Mirror Mirror on The Wall

273 39 6
                                    

Wajah di cermin itu tidak asing.

Dia mengenalnya dengan baik. Karena wajah ini telah memberinya beberapa rasa sakit dan mimpi buruk untuk menemani malamnya yang sepi. Acap kali berlatar di dapur dengan dekorasi memuakkan, kebun yang kotor, dan lemari bawah tangga yang gelap.

Dalam mimpi itu dia adalah pengamat, melihat wajah ini dari sisi lain. Dari dekat dan jauh. Tapi dia tak pernah menyentuhnya. Tidak bisa dan tidak boleh. Pemilik wajah ini tidak pernah ingin memiliki tangan-tangan kecil yang ringkih dan kotor untuk menyentuh wajahnya.

Tapi dia bisa menyentuhnya dengan bebas sekarang.

Kenapa?

Sudah lebih dari sepuluh menit, mengapa wajah di cermin ini tidak mengeluarkan ekspresi marah dan jijiknya.

Kenapa tak ada pukulan yang melayang?

Kenapa? 

Kenapa dia merasa sakit saat dia mencubit kecil pipi wajah di cermin?

Matanya masih sama, hijau. Tak ada yang berubah. Namun tak ada bekas luka petir di dahinya, atau rune penglihatan yan dia gambar dua tahun yang lalu.

Tapi sobekan di sudut bibirnya dan cap tangan yang merah dan menyakitkan di pipinya.

Kesadaran menghantamnya dengan keras dan kasar. 

Ini bukan wajahnya.

Rambut wajah di cermin ini pirang dan menjuntai hingga ke punggungnya.

Rambutnya tidak pirang.

Wajah ini feminim dan menunjukkan tanda-tanda korban kekerasan. Alih-alih bekas luka petir di dahi yang memudar, ada sobekan di sudut bibirnya dan bekas tamparan.

Wajahnya tidak memiliki bekas luka kecuali di dahinya, Nyonya Weasley akan meributkannya.

Ini bukan dia.

Ini bibinya yang jahat, Petunia Dursley.


*****

So, what do you think?

Author nulis ini di sekolah, pelajaran komputer.

Gila emang, untung gurunya enteng ae.

HOPE YOU LIKE IT!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Third Time's The CharmWhere stories live. Discover now