Gym Di Malam Hari (Part 02)

4.2K 106 2
                                    

Aku menyembunyikan handuknya. Tujuanku bukan sekedar mencuri handuknya, tapi lebih dari itu. Pada suasana sunyi, dan sepi seperti ini, siapa yang tidak tergiur untuk melakukan sesuatu yang berbau zinah? Apalagi malam-malam begini, dimana godaan iblis merangkak lebih cepat, dan ganas.

Dengan kondisi tangga, serta alat-alat cuci lain yang di tinggalkan, tidak akan ada yang tahu bahwa pekerjaanku sebetulnya sudah kelar. Aku memanfaatkan selang air yang masih menjalar di ruang mandi ini, sebagai senjata utama untuk mengerjai pria tadi.

Aku mengetuk pintu kaca dengan pelan.

*Tok, tok, tok...

"Permisi koh."

Dapat kudengar ia berhenti membilas badannya. Aku pun kembali memanggil.

"Permisi koh, maaf menganggu."
Ia pun mematikan air, dan menjawab.

"Iya, ada apa ya."

"Gini koh, ini saya teknisi AC, semua saluran air kayanya uda di matikan."

Tentu saja aku bohong, kalau misalnya ketahuan, aku akan pura-pura bodoh saja.

"Iya, lalu kenapa ya bang?"
Dari nadanya, ia terdengar risih, dan bingung.

"Saya ga bisa lanjut cuci AC koh, jadi saya pinjam air dari bilik kokoh boleh? Kayanya cuma saluran air di bilik kokoh yang masih bisa."

"Tunggu saya selesai ya bang."

"Ini sudah gelap koh, sekarang bisa?"

"Yauda saya keluar sekarang."

Nah inilah perangkapnya, aku sudah menduga pria itu akan berniat untuk segera mengalah, dan keluar. Tapi bagaimana jadinya kalau dia berniat untuk beranjak pergi, tapi tidak menemukan handuknya? Di tambah lagi aku tahu dia tidak membawa pakaian ganti.

Bisa saja ia menggantung baju ganti di dalam, tapi handuk pada atap pintu. Lalu bagaimana bisa aku tahu? Karena dinding bilik terbuat dari kaca buram, aku bisa tahu dari bayangan pakaian yang di gantungkan di dalam, tapi tadi sudah ku periksa, dan hasilnya tidak ada.

Pada saat itu bisa ku tebak dirinya sedang di landa rasa panik. Ia harus buru-buru keluar agar pancuran air bisa di gunakan oleh aku bukan? Tapi ia tidak bisa keluar tanpa handuknya. Jadi pada momen ini yang perlu ku lakukan hanyalah mendesaknya saja. Dengan kondisi mental ciut, seseorang bisa dengan mudah di kendalikan.

"Lama sekali koh, aku sudah harus pulang nih koh, takut jambret, atau begal."

"I-Iya, se-sebentar bang."

Benar kan, pria ini sekarang benar-benar panik. Sampai tergagap begitu, kasihan.

"Saya habis ini masih mau rapihin lokasi AC lagi loh koh."

Dia diam saja, pada saat seperti ini yang perlu kutunggu hanyalah permintaan tolong. Di saat tersudutkan, seseorang akan membeberkan masalahnya, agar ia memiliki sebuah alasan, walaupun alasan itu tidak masuk akal, ataupun memalukan. Sebuah alasan di perlukan saat kamu merasa telah merugikan sebuah pihak, dan alasan pada kondisi begini, tidak jauh berbeda sifatnya dengan sebuah keputusasaan.

"Gimana ini koh, woy! Cepat keluar koh!"
Dan sedikit gertakan mempercepat prosesnya.

"Ma-maaf bang, tapi handuk saya hi-hilang."

"Lah, kok bisa hilang koh... yang bener dong koh."

"Iya bener bang, bisa bantu saya cari bang? Kalo ngga saya mana bisa keluar bang."

"Aduh koh, mau cari kemana lagi, cleaning servicenya aja uda pulang."

"..."

Dia diam lagi, pasti dia sudah gemetar ketakutan. Keluar salah, tetap di dalam salah. Rasa takutnya sudah pasti membuat dirinya tak mampu mengambil keputusan lagi. Nah! Di saat seperti inilah aku yang akan membuat keputusan, dia yang ketakutan pasti hanya akan menurut, karena mereka yang tersudutkan merasa yakin tidak ada pilihan lain lagi, selain yang disodorkan oleh pihak yang memerlukan.

Ada-Ada SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang