15. De Javu

44 25 1
                                    

Alih-alih membawaku ke sekolah, Luka malah berbelok ke Cafe Tuan Wiskar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alih-alih membawaku ke sekolah, Luka malah berbelok ke Cafe Tuan Wiskar. Aku menepuk kuat pundaknya sampai dia pun mengadu.

"Kau mau aku ngapain di sini? Kita harus ke sekolah sekarang, hari ini ada PTS, loh!"

"Aku tahu. Tapi, kau harus liat sesuatu di sini sebelum pergi ke sekolah, Hana."

Aku mengikuti langkah Luka yang lurus saja sampai ke ruang kenangan. Ruangan itu berantakan, semua barang bercampur menjadi satu dalam sebuah tumpukan tinggi.

Puzzle-puzzle kehidupan pun hancur dan berserakan. Semua puzzle yang sudah terkunci hancur berantakan.

"Apa yang terjadi di sini, Luka?" tanyaku kebingungan.

"Ada yang masuk ke sini dan menghancurkan semuanya. Apa kau bisa menebak siapa yang merusak semua ini, Hana?" tanya Luka. Tangannya mengepal sampai buku-buu jarinya memutih. Aku bisa merasakan kemarahannya dari sorot matanya itu.

"Kemarin, kita pergi ke rumah Gladis dan kita berempat di sana sampai malam. Siapa yang menjaga kafe semalam?" tanyaku penasaran.

"Apa Kak Rey? Dia bahkan tak bisa melihat ruang kenangan ini dengan matanya, bagaimana bisa dia ke sini?" Luka memungut sebuah diary berwarna hitam yang tergeletak di lantai.

"Lalu, Kakek Wiskar di mana?"

"Ada, dia di kamarnya, tubuhnya tiba-tiba lemah tak bisa digerakkan. Aku juga tak mengerti mengapa Kakek sakit mendadak," ucapnya pelan.

"Ya sudah, kita bersihkan saja semuanya sekarang. Kita lihat, apa ada yang bisa kita lakukan setelah ini atau tidak. Tak usah terlalu sedih begitu. Kakekmu akan baik-baik saja."

"Apa kau masuk ke dunia paralel akhir-akhir ini?" Pertanyaan Luka sontak membuatku menghentikan tanganku yang hendak memungut puzzle kehidupan yang berserakan itu.

"Hanya sekali bersama Pak Pram, saat kami tiba-tiba muncul di sini. Lalu, aku bermimpi beberapa kali didatangi seorang wanita bermantel hitam."

Luka menarikku agar berpaling ke arahnya. Dia memegangi kedua pundakku kuat. "Apa kau melihat sesuatu?"

"Ada wanita yang menawarkan dua cawan padaku, dan dia memintaku membantunya," jawabku ragu.

"Hanya itu?" Luka memaksaku buka suara. "Hana, katakan padaku, apa yang terjadi."

"Dia masuk ke dalam mimpiku dan memintaku memilih cawan, hanya itu!"   

Luka menghela napasnya, dia melepaskan cengkeraman tangannya di bahuku.

"Lalu?"

"Dia bilang, sebagai ganti dari kepingan kenangan yang bisa membuat ibu kembali mengingatku, aku harus membayarnya dengan keceriaan."

"Apa kau membuat kesepakatan dengan wanita itu?"

Aku menggeleng. "Namun, aku malah masuk ke mimpi yang lain. Seorang wanita menginginkan...."

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Where stories live. Discover now