Ucul

2.4K 69 1
                                    

Assalamualaikum
Haloo readerss apa kabar?
Makasii yang udah jadi pembaca setiaku, kalian baik-baik banget sih, love buat kalian🖤🖤

Happy reading~~







🦋🦋🦋




Pagi hari, Ara menunggu kedatangan orang tuanya di dalam pesantren, hari ini ia tidak akan kemana-mana sesuai permintaan orang tuanya.

Untuk menghilangkan bosan, ia berjalan-jalan di sekitar pondok,

"Dek, mau kemana?" Tanya Fahrul dari arah dalam rumahnya.

"Ngga kemana-mana, cuma mau keliling-keliling disekitaran sini, Ara bosen diem aja nunggu Ayah Bunda." Jawab Ara jujur dengan wajah cemberut.

Fahrul tersenyum, meskipun adeknya sudah menikah tapi dihadapannya hanya Ara kecil yang cengeng.

"Yaiyalah, orang tadi mereka ngabari masih mau ke bandara, mungkin nanti sore kalau ngga nanti malam mereka datang." Tutur Fahrul.

"Kak, Ara mau tanya dong!" Saut Ara.

"Tanya apa?" Jawab Fahrul.

"Kenapa disini disebutnya 'ndalem' padahal kan bukan di Jawa?" Tanyanya polos.

Fahrul terkekeh, "Kata Umma sama Abi dulu saat mereka bangun pesantren,santri disini sering mendengar Umma sama Abi tentang ndalem, mereka ingin tahu ndalem itu seperti apa, jadi Umma sama Abi menunjukkan letak ndalem disini, jadi sampai saat ini mereka menyebutnya ndalem." Ujar Fahrul memberitahu.

Ara yang mendengarnya manggut-manggut, lalu ia melihat dari arah luar gerbang ada wanita abdi ndalem yang biasa bercadar hendak menuju ke arah dapur.

"mbak mau kemana?" Tanya Ara melihat Ririn menuju ke arahnya.

"Emm, mau ke dapur untuk masak Ning." Ucapnya menenteng belanjaannya yang ia bawa dari luar saat membelinya dipasar.

"Ara mau ikut buat masak boleh?" Tanya Ara, ia tampak girang saat melihat belanjaan ditangan Ririn.

"Boleh Ning." Jawabnya tetap menunduk.

"Yeayyy, Ara mau ke dapur dulu ya Kak, dadaahh Assalamualaikum." Pamit Ara pada Fahrul merangkul tangan Ririn.

"Waalaikumussalam, dasar bocil." Batin Fahrul menggeleng-geleng.

Jika bersama Fahrul, Ara menjadi perempuan yang ceria, Ara tak pernah malu mengungkapkan keinginannya jika bersama Kakaknya, dulu saat masih sd Ara sempat tinggal di pesantren ini cukup lama, bahkan santri-santri menyebutnya Ning karena ia adik dari Gus Fahrul, oleh karena itu ia tidak perlu adaptasi saat kembali ke pesantren ini setelah sekian lama.

Sesampainya di dapur, Ririn menaruh semua bahan tersebut lalu ia bersiap-siap untuk masak.

"Ara bantuin apa aja mbak?" Tanya Ara.

"Hanya potong ini saja Ning, selebihnya saya saja." Jawab Ririn.

"Ishh mbak nih panggilnya 'Ara' jangan yang lain, eh tapi Ara mau bantu yang lain juga dong mbak, Ara bisa kok percaya deh." Kata Ara meminta untuk menambah pekerjaan dapurnya.

AydanAra [End] Completed✔️Where stories live. Discover now