16. Dissapear

51 24 2
                                    

Aku tak bisa memaafkan diriku karena sudah mengabaikan Hana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tak bisa memaafkan diriku karena sudah mengabaikan Hana. Setelah hari-hari yang damai, kini semua terasa dunia yang damai itu jungkir balik kembali. Anak-anak yang sudah mengusik hidupnya kembali mengingatnya. Walau kesusahan menimpanya, dia masih bisa tertawa, bahkan, dia menghiburku dengan berkata, "tenanglah, luka ini akan segera kering. Bapak tidak berencana untuk pergi ke apotik membelikan saya salep seperti di drakor itu kan? Jangan, deh, Hana tahu, Bapak belum gajian."

Dasar gadis kurang ajar, bisa-bisanya dia berkata seperti itu padaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dasar gadis kurang ajar, bisa-bisanya dia berkata seperti itu padaku. "Walau itu sebuah kebenaran, setidaknya bungkuslah dengan kalimat yang indah, agar saya tak sakit hati mendengarnya, Hana."

Seperti biasa dia hanya meringis, aku tak ingat kapan terakhir kali dia tersenyum dan tertawa begitu manis. Sejak kejadian mengenaskan itu, dia menjadi pemurung. Selalu diam di kantin sekolah pagi-pagi sekali. Diam sambil membaca buku. Dia tak pernah keberatan saat aku mengusiknya dengan mengambil sarapannya. Namun, semakin hari aku malah makin nyaman makan berdua dengannya.

Dia tak pernah tahu jika diam-diam aku mendatangi ayahnya untuk memperkenalkan diri. Ajaibnya, ayahnya malah memintaku menjaganya.

"Ini Pram? Hana selalu ngomongin soal kamu. Setiap saya tanya, ada masalah apa di sekolah, pasti selalu ada kamu dalam ceritanya. 'itu, Yah, ada guru nyebelin banget!' Oh, rupanya kamu, toh."

Pak Alfian benar-benar orang tua dan guru yang hebat, dia masih mengingatku dengan baik. Aku datang untuk mengunjungi istrinya, dia malah berkata sambil menepuk pundakku, "Pram, tidak ada yang tahu umur ibunya Hana sampai kapan, kondisinya makin ke sini makin parah. Bisa ya, bantu saya untuk jagain Hana. Kami mungkin akan sangat sulit untuk selalu ada untuk dia. Di masa sekarang juga, dia butuh fokus belajar, tapi tidak ada yang menemaninya belajar."

"Siap, Pak!"

Saat kami ditemukan tertidur berdua di ruang tamu, Pak Alfian hampir saja membun*hku. Dia bilang dia kecewa, dan aku harus bertanggung jawab. Aku harus selalu menjaga Hana dan melindunginya, datang padanya segera saat dia memanggilku.

Entah sejak kapan ini terjadi, tetapi aku selalu mendengar dia memanggilku. Aku dengar saat dia menyebut namaku. Bahkan, saat malam tiba aku tak bisa tidur saat mendengar suaranya. Aku hampir gila karena rasa cemas yang tak wajar yang selalu menghantuiku setiap hari.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Where stories live. Discover now