18. Dekap

63 20 3
                                    

Aku ada di dunia mana sekarang? Aku mencoba membuka mata lebar-lebar untuk memastikan keberadaanku sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku ada di dunia mana sekarang? Aku mencoba membuka mata lebar-lebar untuk memastikan keberadaanku sekarang. Tirai putih menjuntai indah dari besi melintang yang menggantung cantik di plafon ruang perawatan. Lampu ruangan ini, menyilaukan mata.

Bau khas cologne yang paling familiar itu membuatku menoleh. Gelang pasien yang melingkar di tanganku tertaut dengan tali jam tangan Pak Pram. Dia terlelap di sampingku. Dia duduk di sebelah tempat tidurku, tangan kanannya menopang kepalanya, sementara tangan kirinya memegang tanganku.

Tiba-tiba, dia terjaga. Matanya yang sedikit bengkak itu terlihat menarik untuk dipandangi. Wajah bangun tidurnya lucu. Dia mengusap wajahnya lalu menatap ke arahku. Saat menyadari aku sudah terjaga, dia langsung berdiri.

"Hana?" Getar suaranya yang terdengar sangat khawatir itu mengalir indah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hana?" Getar suaranya yang terdengar sangat khawatir itu mengalir indah. "Apa? Mau minum?" tanyanya lagi. Dia masih sangat mengantuk, tangannya mencoba membuka botol air mineral. Tanganku ikut tertarik ke mana pun tangannya bergerak.

"Sini, Mas bantu." Dia berdiri menyodorkan botol air mineral yang sudah diberi sedotan itu.

"Mas?" panggilku pelan.

"Ya?" sahutnya cepat.

Dia langsung menoleh ke arahku, padahal aku setengah berbisik, tetapi dia bisa mendengarnya dengan jelas.

"Duduk? Bentar tombolnya di mana ya?"

"Ini jam tangannya lepas dulu," kataku menunjuk jam tangannya.

"Astagfirullah, maaf-maaf, Mas jadi agak linglung sekarang." Cepat-cepat dia membuka jam tangannya. Tangannya sedikit gemetaran. Aku meraih tangannya dan mengelusnya pelan. Tangannya dingin. DIa berhenti mencoba membuka jam tanganya dan menatapku lurus.

"Nafas dulu." Aku menirukan gerakan pernapasan dan dia mengikutinya. Dia pun duduk kembali di kursinya.

"Mas, takut kamu tiba-tiba bangun atau butuh sesuatu, makanya Mas sangkutin. Maaf ya, Mas kekanak-kanakan." Laki-laki dewasa itu pun menunduk sebentar dan mengusap keningnya.

"Mas?"

"Ya?" sahutnya cepat.

Dia seperti orang kebingungan.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Where stories live. Discover now