Memasuki semester genap, semua kampus kayaknya mulai mengadakan welcoming untuk para mahasiswa baru yang masih euforia ngerasain kelulusan dan masuk ke jurusan yang diidam-idamkan.
A cruel way to ruin it: ospek.
Apalagi kalo ospeknya di villa di Puncak, Bogor. Kakak-kakak senior bebas ngelakuin apa pun tanpa pengawasan dosen, apalagi pihak kampus.
Satang nggak pernah suka ospek. Dia punya trauma karena disuruh makan nasi bekas temannya yang nggak habis. Katanya, sih, buat solidaritas, tapi yang ada Satang malah diare seminggu sampai harus diopname gara-gara kehabisan cairan. Pihak kampus pun nggak ngehukum kakak seniornya karena acara yang diadakan di luar area kampus.
Sejak itu dia punya dendam dengan semua hal yang berbau-bau ospek.
Tapi semuanya terbalik ketika sahabatnya, Gemini, yang ngemban amanah jadi ketua jurusan, mohon-mohon sama dia untuk jadi panitia ospek.
"Ayo, dong, Tang, bantu gue sekali aja!!" teriak Gemini sambil sujud-sujud di hadapan Satang.
Mana sujudnya di depan fotokopian yang penuh mahasiswa nge-print skripsi.
"Iya, iya, berdiri lu!" Satang terpaksa mengiyakan sebelum dia jadi bahan lenongan di depan fotokopian.
"Makasih, Tang. Tenang aja, jabatan lu nggak ribet, kok."
"Emang apaan?"
"Bendahara."
Satang mendelik kaget. Kayaknya dia terakhir jago matematika pas SMA, deh, makanya dia milih jurusan art performing. Kenapa pula dijadiin bendahara?
"Gem, lu udah gila apa? Gue nggak jago itung-itungan. Kenapa pilih gue?" tanya Satang.
"Karena lu kaya.." jawab Gemini pelan. Dia takut Satang langsung membentaknya.
"Hah?"
"Karena lu kaya jadinya lu gak bakal ambil duit ospek. Gue trauma duit acara kita kemaren diambil sama Gun sialan."
Berkat perjuangan Gemini sujud-sujud, jadilah Satang sekarang ada di suatu vila di Puncak... untuk ngeospek maba.
"Udah capek belum?" bentak Mark ke para mahasiswa baru yang lagi dalam posisi push-up.
Ugh, trauma mulai bikin Satang pening. Diambilnya rokok yang nggak tau punya siapa, dan menyalakannya. Emang rokok adalah jawaban tiap kali PTSD ospek menderanya.
"Capek, Kak!" jawab salah satu maba dari barisan belakang.
"Capek?! Dulu Kakak lebih lama push up-nya dari kalian. Kalo gitu, 5 menit lagi! Mana loyalitasnya?" bentak Mark menggebu-gebu.
Suara rintihan perlahan-lahan keluar dari mulut para maba. Cuaca yang panas terik ditambah push-up yang entah sampai kapan kelarnya, membuat para maba mulai tumbang.
Ford, si bagian kesehatan, lari menghampiri salah satu maba yang pingsan.
"Satang! Cariin Winny, dong. Ada yang pingsan, nih." suruh Ford.
"Kenapa gue?" balas Satang.
"KENAPA GUE?!" balas Ford dengan sarkas.
"Okay, chill."
Satang mengeluarkan ponselnya dengan malas-malasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
friend with(out) benefit | WINNYSATANG
FanfictionCinta dan nafsu bedanya cuma setipis tisu dibagi dua. - Satang [author lagi pusing sama hidup. semoga bisa update lagi bulan Februari bestiess]