rollercoaster

884 59 3
                                    

Desahan dari tetangga apartemennya semalam berhasil membuat Mark begadang semalaman. Bukan karena dia ikutan horny, tapi karena dinding kamarnya cuma selapis sama kamar sebelah dan suara itu kedengaran jelas banget!

Dengan mata yang sayu karena kurang tidur, Mark jongkok di depan kamarnya lengkap dengan seragam kuliahnya (jujur sebenarnya dia udah siap untuk berangkat kuliah) demi ngamukin siapakah pelaku ngewe semalam.

Terdengar suara dari balik pintu unit 808.

"Halo. Lu udah jalan? Oke, ini gue baru kelar siap-siap. Inget, jangan telepon gue buat ngabarin hal gak penting gini. Bye!"

Sang pemilik apartemen kedengarannya lagi nelpon pacarnya, tapi kenapa galak banget, deh? Apa semalem abis berantem? Nggak, deh, kayaknya. Buktinya suara desahan semalam makin malam makin membara.

Mark makin mendekatkan telinganya di pintu ketika suara itu hilang.

Brukk!

Tubuh Mark terdorong karena pintu apartemen yang dia kupingin terbuka. Sang pemilik unit, Satang, kaget dengan kehadiran Mark, salah satu manusia yang nggak dia peduliin di kampus, ada di depan unitnya.

Kebetulan macam apa ini?!

"Mark? Lu ngapain anjir?" tanya Satang emosi.

Mark mendongkkan kepalanya.

Satang si bocah sengak di kampus, kenapa ada di unit apartemen ini?!

"Kok lu di sini? Bukannya rumah lu di Pondok Indah?" tanya Mark balik.

Otak Satang mendadak berpikir keras. "Ya... ya.. emang gak boleh?! Lu juga ngapain di sini anjir?"

"Kamar gue di sebelah lu, ya, Babi!" umpat Mark dengan kesal. "Kok lu yang ngamuk, sih? Harusnya gue yang marah!"

Satang membalasnya dengan tak kalah sengit. "Kenapa?!"

"Karena suara lu ngewe semalem bikin gue gak bisa tidur! Lihat mata gue sekarang!" bentak Mark sambil menunjuk matanya yang kayak mata panda.

Shit.

"Nge- ngewe apa anjing?!" Satang berkelit.

Mark berkacak pinggang dan mengamuk. Pagi-pagi kesabarannya udah diuji aja.

"Gue dengar jelas dan kencang! Gak usah ngeles lu! Bukannya lu nggak punya pacar, ya? Karena apa... apaan sih kok gue lupa? Oh iya, lu single by choice apalah itu."

"Anggap aja semalem nggak pernah terjadi dan lu nggak denger apa-apa." ancam Satang dengan muka was-was.

Tangan Satang menunjuk ke arah Mark sambil gemetaran dan juga matanya berulang kali fokus ke arah lain, bukan ke wajah Mark.

Gara-gara itu, Mark menatap Satang dengan curiga. Nggak biasanya cowok kejam sekampus itu secanggung ini. Sekarang Satang lebih kelihatan kayak maling yang ketangkep basah.

"Oke, tapi lu harus anterin gue ke kampus pagi ini."

"Deal."

Semetara itu, di kampus, Winny memulai paginya lebih awal karena dosen pembimbingnya mendadak minta ketemu buat bahas proyek paper bareng.

Bayangin, abis having sex dan cuddle semalaman sama Satang, jam 4 pagi dosbingnya itu nyuruh ketemuan jam 6 pagi. What-the-fuck-moment banget.

Sudahlah nggak tidur semaleman, mana punggung dia berulang kali kena kram gara-gara digas terus sama Satang, ditambah pula kudu duduk tegak di hadapan dosbing.

Rasanya dia pengen gondok segondok-gondoknya.

Bundaaaa. Aye keselll!

"Gimana, Win? Setuju untuk ikut project?" tanya dosbingnya yang membuyarkan lamunannya.

friend with(out) benefit | WINNYSATANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang