09. Hujan

216 19 0
                                    

-Start

Suara petir tak kunjung menghilang. Hujan semakin deras dan udara menjadi semakin dingin. Langit dipenuhi oleh awan awan gelap. Sinar matahari benar benar tak terlihat.

"Gila anjir, yakali gue suka cowo." jawaban Samudra dari pertanyaan yang ditanyakan oleh Juan sebelumnya. Ia berdiri dan mengangkat tubuh Juan. Mereka berdua berlari menuju area yang tidak terkena hujan. Siswa siswi yang sedari tadi bermain hujan kini sedang berkumpul di area kantin.

"Lo kedinginan? Mau ganti baju ga?" Tanya Samudra.

"Engga, ganti baju juga bajunya siapa?"

"Gatau, Lo bawa kaos kan? Nanti didobelin pake jaket gue aja. Celananya pinjem di UKS biasanya ada."

"Terus, lo gimana?"

"Gue bawa dua jaket, yang tadi gue pake sama cadangan."

"Kaosnya?"

"Gaada. Tapi gapapa kok, jaket gue tebel."

"Anjir, Lo ga pake daleman gitu?"

Perdebatan antara kedua lelaki muda yang memakan waktu cukup lama. Dan akhirnya Juan yang menang, ia menyerahkan kaosnya kepada Samudra. Mereka berdua pun pergi menuju kelas untuk mengambil baju ganti. Tujuan mereka selanjutnya adalah UKS, mereka ingin meminjam celana ganti untuk sementara.

Setelah mengganti pakaian, mereka berdua kembali ke kelas. Mereka termasuk orang orang beruntung yang masih mendapatkan sisa celana ganti. Saat mereka keluar dari UKS, siswa siswi berdatangan dan berebut baju ganti.

-Di Kelas

"Ju, Lo kedinginan? Lo mau pake kaosnya ga?" Samudra sedikit memperhatikan muka Juan yang cukup pucat. Sepertinya ia kedinginan.

"Enggaa, gapapa. Gua kebal." Jawab Juan.

"Kebal kebal, daritadi bersin mulu lo!" Samudra membalas. Memang benar, Juan bersin setiap saat.

"Ck, engga anjing. Gua beneran gapapa."

"Yaudahlah, serah serah lo aja." Samudra menghela nafas panjang. Begitu juga dengan Juan. Samudra sibuk dengan ponselnya, hingga ia merasakan sesuatu yang bersandar pada bahunya. Iya, Juan. Matanya terpejam, Samudra mengecek suhu tubuhnya. Cukup panas.

"Ndra, pinjem jaket lo bentar. Juan kedinginan." Samudra memanggil temannya.

"Iya, noh." lelaki itu mengambil jaket yang sedari tadi bertengger pada kursinya dan memberikannya kepada Samudra.

"Thanks ya." Samudra segera menyelimuti tubuh Juan dengan jaket temannya. Untungnya, jaket tersebut cukup tebal dan hangat.

"Tau gitu tadi gua ga ngeiyain ajakan lo buat ujan ujanan, Ju." Lanjutnya. Ia merasakan deru nafas Juan yang temponya semakin tidak beraturan.

"Ju? Badannya menggigil anjir." Bibir tebal Juan yang awalnya berwarna pink kini berubah menjadi pucat.

"Sam..." Ucap Juan, masih dengan mata yang tertutup. Ia bergerak seperti sedang tidak nyaman.

"Gua disini, lo butuh sesuatu? Mau gua bawa ke UKS aja ga?" Samudra merangkul Juan dan membenarkan posisinya agar ia tetap merasa nyaman. "Atau lo mau pulang aja? Gua call bang Agam." Lanjutnya. Juan hanya menggelengkan kepalanya.

"Ju, gua call ya?" Tidak perlu menunggu Juan menjawab, Samudra segera membuka ponselnya dan menelpon Agam.

"Halo, kenapa Sam?" Ucap Agam di seberang sana.

"Bang, sibuk ga?"

"Engga, gua dapet jam sore hari ini. Kenapa emangnya?"

"Ini ... Juan sakit bang."

Sedalam Samudra || heejakehoonWhere stories live. Discover now