Prolog

1K 19 2
                                    

Gadis dengan pakaian ketat minim bahan, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang bodygoals, kulit eksotis, ditambah rambut blonde tergerai dan wajah yang kebarat barat an, menciptakan satu kata yaitu, 'sempurna'.

Ya, yang di idam-idamkan kebanyakan wanita seolah ia miliki semua, cantik bak model. Sayangnya, kecantikannya itu bebas dinikmati sembarang orang dan dengan pekerjaan sampingan yang patut di curigai.

Kaki jenjangnya itu melangkah memasuki rumah mewah.

"Darimana saja kamu!?" Suara mengintrupsi dari sang ayah yang tengah duduk di sofa ruang tengah.

Gadis itu memutar bola mata malas.

"Sebentar lagi akan ada pria pilihan ayah yang datang kemari, cepat ganti pakaianmu yang sopan. Besok kamu akan menikah." Perintahnya dengan guratan serius. Ia ingin anaknya berubah dengan menepati perjanjian itu. Perjanjian lama bersama sahabatnya tentang menikahkan putra putrinya kelak apabila memungkinkan. Walaupun terdengar klise di zaman ini namun itulah kenyataannya.

"Hah? Apa-apaan pa! Gila apa ya?! Nikah sama orang gajelas. Pokonya Inggit gamau, titik!"

"Lebih gila jika papa membiarkanmu semakin gak terarah. Terserah kamu, kalau tidak ingin memegang perusahaan ya sudah."

Bibir ranum itu berdecak kesal. Bagaimana ia bisa menolak jika diimingi dengan perusahaan yang diberikan cuma-cuma.

_____

"Alsan bersedia menikahinya, bu." Jawabnya lugas tanpa pikir panjang setelah mendengar tawaran dari ibunya untuk menikahi anak pemilik perusahaan yang dirintis bersama almarhum ayahnya.

Wanita paruh baya yang tengah duduk di singgle sofa ruang keluarga itu menatap putranya yang kini bersimpuh dihadapannya sembari menggengam tangannya meyakinkan. Dibalik kacamata tua yang bertengger itu, tersirat kebahagiaan setelah mendengar penuturan dari sang putra. Senyuman terbit di bibir yang kian keriput itu.

"Kamu tau nak? Bagi ibu, ayahmu sosok yang luar biasa, ia selalu berpegang teguh dengan agamanya, bahkan uang tak mengubah pribadinya. Padahal jika ingin, ayahmu bisa membeli apa saja yang ia inginkan, tapi ayahmu tidak, ia tak mau meninggalkan harta yang bisa menjadikannya ladang dosa. Sebaliknya, semua hasil kerja kerasnya berupa rezeki dari Allah itu ia bagikan dan diabdikan agar bisa menjadi ladang pahala, karena seperti yang kamu tau nak, semua hal yang kita dapatkan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan kelak sekecil apapun. Dan ibu berpesan, jika ibu sudah pergi mendahului mu, tetaplah berpegang teguh dalam agama sampai akhir hidupmu."

Pria berkulit putih bersih dengan kacamata bulat itu mengangguk dan mencium tangan ibunya takzim.

Memang benar, orang tua Alsan selalu mengajarkan hidup sederhana, rumah yang ia tinggali sedari kecil masih sama tak berubah.

Sang ibu tak menetapkan kriteria apapun untuk menantunya kelak, ia hanya menginginkan putranya bisa menuntun anak istrinya kelak dalam ketaatan, bisa mengajak pada kebaikan, itu sudah lebih dari apapun.

Alsan menatap ibunya sendu, 'Ini semua demimu juga bu', batinnya dalam hati. Walau ia tak mengenal betul siapa yang akan dilamarnya nanti, ia yakin pilihan ibunya pasti yang terbaik. Karena ia percaya, ridha Allah terletak pada ridha orang tua.

Setelah ini kehidupan Alsan yang tentu berbeda akan dimulai. Semoga ia mampu mengemban tanggung jawabnya kelak dengan baik.

°°°°°

TO BE CONTINUE..

Kalem dulu dah openingnya..

💌 jangan lupa VOTE ya.. biar tau gitu lho kalo ada yg baca :)
Biar makin semangat update😘
syukur-syukur kalo kasih COMMENT.

Syukran, Terima kasih, Thank you,

Married with Pak Ustadz?Where stories live. Discover now