Tugu garuda

111 18 0
                                    

   Redam gonjang-ganjing, nuansa tentram dua ruang berbeda dalam satu rumah. Kamar Naufal dan Haikal, memiliki atmosfer tersendiri. Sebuah satuan vokal syahdu terlepas simpul. Menghabiskan waktu bersama wanita yang telah melahirkan mereka.

   Naufal tertidur di paha ibunda yang tengah bersandar di headboard. Surainya dibelai sayang.

   "Bun..." panggilnya pelan dengan suara berat, serak.

   "Hmm?" respon bunda, rendah.

   "Tahun ini Naufal akan masuk 17 tahun." Ia terdiam.

   Bunda tersenyum. "Kamu ingat soal kue satu meter dan perayaan besar keinginanmu sewaktu kecil, Fal?"

   "Di pending saja, bun!"

   Wanita itu menautkan alis. "Kenapa, Fal, apa ada hal lain yang ingin kamu lakukan?"

   "Bukan begitu, akhir-akhir ini Naufal agak lelah, tidak tertarik sama pesta."

  Ucapan anaknya ia balas helaan napas panjang. Tangan berhenti mengusap. "Kan sudah bunda kasih tahu, lebih baik habiskan waktu bersama keluarga, teman dengan wajar-wajar saja, astaga, Fal!"

   "Ya sudah terlanjur, mau gimana lagi, lagian ya, bun, suatu hari nanti bunda bakalan berterima kasih sama Naufal!"

   Wanita ini mengusak kasar rambut Naufal. "Kok anak bunda bisa kamu sih, Fal, jengkel banget bunda, demen ngelawan !"

   Anak itu terkekeh.

   Di kamar Haikal, Kirei bersila di atas ranjang. Dengan kedua anak yang kepalanya berbaring di pangkuan. Ia menyandar di headboard.

   "Maaf... " ujarnya lirih. Kedua buah hati, menggeleng.

   "Kalian tidak mau memaafkanku?"

   "Bukan begitu, bu, maksud kami, kau tidak perlu meminta maaf," sahut Revan.

   "Ibu tahu, ini benar-benar tidak terduga, padahal rencananya, setelah misi selesai, aku akan mengajakmu kencan, takut keduluan kakak-kakakku, eh, bukannya keduluan mereka, malah keduluan fakta," pernyataan Haikal loloskan ketukan kepala dari si kakak.

   "Mau jadi Sangkuriang season 2?" sergah Revan.

   "Masih mending, dari pada oedipus!" kilah Haikal.

   Kirei tergelak dibarengi banjir linang. Bendungan sudah bocor. Kedua remaja yang tahu ibunya tengah menangis, bangkit. Mereka hapus tetesan bening itu.

   "Sudahlah, tidak perlu menangis, wajah cantikmu nanti bisa cepat keriput!" Revan berusaha menenangkan.

   "Benar, padahal aku belum sempat memamerkan kalau aku punya ibu titisan Aphrodite dari negri matahari terbit," timpal Haikal.

   Ia hanya tertawa geli mendengar bualan putra-putranya.

   ***

   Januar duduk di kursi ruang keluarga, ibunya terus memeluk sembari tersedu-sedu.

   "Kamu anak ibu satu-satunya, kalau kamu tidak ada, siapa yang mau berantakin rumah, merusak barang-barang, gaduh sama ibu?"

   Remaja itu terkikik, sementara sang ayah yang menyaksikan, cengar-cengir seraya menggaruk pelipis.

   Januar mengusap punggung dan kepala belakang ibunda. "Sudah, bu, sudah, jarak sini kesana gak nyampai dua jam."

Utopia 2014 || The Prologue [End]✔️Where stories live. Discover now