20. Dilatasi

33 21 2
                                    

Ekspresi Pak Pram sedikit berbeda pagi ini, dia diam saja tak bersemangat seperti hari biasa

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Ekspresi Pak Pram sedikit berbeda pagi ini, dia diam saja tak bersemangat seperti hari biasa. Dia tak memintaku membuatkan teh hangat, ataupun mengambilkan sarapan. Pandangan matanya lurus ke arah pohon mangga yang ada di halaman rumah. Ayah dan Ibu juga heran dengan tingkah lakunya yang seperti orang.

Ibu berdiri di sampingku, "itu Masnya kenapa, kok diem aja, tumben. Biasanya juga cerewetnya bukan main, kalau pagi."

"Nggak tahu, mungkin lagi mikirin cicilan motor kali," jawabku ngasal.

"Oh," kata ibu sambil ber-oh ria, dia berjalan ke arah Pak Pram yang sudah mengaduk teh manisnya selama sepuluh menit. Coba kalau yang dia aduk dari tadi adalah kopi, sudah jadi dalgona mungkin, saking lamanya dia mengaduk.

"Hari minggu gini, kamu mau pergi ke mana, Hana?" tanya ayah.

"Hana mau ngerjain soal aja, bentar lagi PTS."

"Main sana ama Pram, jangan di rumah aja," lanjut ayah pura-pura cuek.

Aku mengerti maksud ayah, dia ingin berduaan dengan ibu sepuasnya. Tanpa diinterupsi anak semata wayangnya ini.

"Hana mau di rumah aja," kataku lagi.

"Mau ikut saya ke suatu tempat gak, Hana?" tanya Pak Pram yang sepertinya sudah selesai melamun.

"Ke mana?" Dia berjalan ke arahku.

"Ke Kafe Jasuke."

"Tempat apa itu?" tanyaku penasaran.

Ibu yang sedang memasak di dapur tiba-tiba menghentikan aktivitas memasaknya dan berjalan ke arah kami. "Boleh Mbak ikut ke sana?" tanyanya.

"Ya udah, kita ke sana rame-rame," sahut ayah sambil meletakkan kertas yang sedang dia baca. Ayah yang sedari tadi sibuk mencorat-coret kertas pun ikut penasaran dengan tempat yang disebutkan Pak Pram.

Apa ada kafe dengan nama seunik itu di kota ini? Seperti apa ya? Nama itu terdengar sedikit asing, tapi juga seperti pernah mendengarnya di suatu tempat yang jauh.

Pak Pram membawaku ke sana. Bangunan Kafe itu terlihat indah dengan ornamen lampu yang menghiasi taman. Lampu-lampu di buat membentang membentuk atap, ujung-ujungnya saling bertemu di tengah-tengah. Pasti akan sangat indah jika dihidupkan malam hari nanti.

Hiasan di dalam kafe itu unik dan antik. Aku melihat bantal-bantal indah yang tertata rapi di sisinya. Foto-foto dari abad pertengahan yang tersusun rapi di dindingnya. Juga taman kecil berisi herbal di sisi kafe.

Ibu menyisir setiap sudut ruangan di sana dengan sangat teliti. Dia mengambil sebuah pajangan kecil yang ada di pojok ruang yang berisi sofa dan alat pemutar musik yang terlihat cukup asing buatku.

"Ini sangat indah, 'kan, Hana?" tanya Pak Pram padaku. Tatapannya yang tak biasa membuatku bingung haruskah senang dibawa ke sini, atau malah takut.

Pak Pram memohon izin untuk pergi ke kamar mandi. Aku ditinggalkan di pojok ruangan dengan pemutar musik yang terlihat sangat tua.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ