15| Sebuah Penyesalan

806 61 2
                                    

Malam ini, Abimanyu sengaja membeli bubur untuk Gentala. Dikarenakan kedua sudut bibirnya luka, jadi dia tak bisa membuka mulutnya lebar-lebar. Sebenarnya Abimanyu kasihan dan masih tak terima kalau keluarganya di injak-injak seperti tadi, tapi saat melihat Febriantara yang berani bersuara. Membuat Abimanyu bangga, bahkan Febriantara mampu mengola emosinya dengan baik tadi, mungkin kalau yang di sana Daniswara, anaknya sudah kebakaran jenggot.

”Setelah kejadian pagi tadi, Abang jadi bangga sama kalian. Bukan Febri aja, tapi semuanya. Kalian saling melindungi satu sama lain aja Abang seneng loh, gak semua anak bisa kayak gitu apalagi sampai ikut bersuara,” jelas Abimanyu di hadapan adik-adiknya yang tengah makan malam.

”Febri, coba ceritain. Apa aja yang udah Bara lakuin sama kalian selama ini,” pinta Abimanyu dan dengan cepat Gentala menarik tangan saudaranya.

”B-bang, bukan masalah besar dan kita berdua masih bisa ngelindungi diri masing-masing. Abang gak perlu khawatir kok...” Gentala angkat bicara meskipun bibirnya sakit.

Abimanyu menghela napas, baiklah kalau Gentala tidak ingin menceritakan lebih detailnya.

”Tapi, kalau misalnya udah keterlaluan kalian cerita ya.” Kedua adiknya mengangguk serentak.

”Oh iya bang, Abang udah tau bang Catur dimana?” tanya Daniswara yang mengalihkan topik pembicaraan.

”Udah, ternyata dia nginep di tempat latihannya. Dan ternyata bulan depan Caturangga ada turnamen di Jakarta, kita nanti dateng ya. Buat semangatin dia,” ajak Abimanyu ke adik-adiknya. Meskipun Caturangga kerap kali bersikap tidak sopan dan sering membentaknya tapi tetap saja. Caturangga adalah keluarga Adiwangsa dan adiknya, ia tidak ingin pilih kasih antara satu dengan yang lain.

”Info darimana bang?” tanya Endaru.

”Bagas, barusan dia nelpon Abang dan kasih tau semuanya.” jelas Abimanyu dan semuanya mengangguk. Setidaknya Abimanyu tidak uring-uringan lagi memikirkan dimana Caturangga.

”Abang minta sama kalian buat gak benci Catur selepas semua perbuatannya ke abang. Catur itu baik, dia cuma belum bener-bener ikhlas sama kepergian Papa dan Mama.” Abimanyu berupaya menjelaskan kepada adik-adiknya.

”Inget, kalian itu bersaudara. Sudah seharusnya kalian saling melindungi satu sama lain, coba kalian ingat-ingat, pernah gak Catur masa bodoh kalo kalian lagi dalam masalah?” keempat adiknya diam, mereka coba untuk mengingat kebaikan apa saja yang sudah Caturangga berikan untuk adiknya.

”Bang Catur selalu jadi garda terdepan buat bantu kita, disaat bang Abi dan Bagas sibuk, bang Catur itu bisa di andalkan juga...” Endaru buka suara, ia jadi ingat saat seragam olahraganya ketinggalan dan saat itu Caturangga tidak masuk, dia menyempatkan diri untuk mengantarkan seragam Endaru agar adiknya itu tidak di hukum.

”Bang Catur juga pernah bantuin Febri dan Genta ngerjain PR matematika waktu bang Abi gak pulang-pulang,” Febriantara ikut bersuara. Ia ingat betul kalau besok PR nya harus di kumpulkan dan sejujurnya mereka berdua takut dengan Bu Intan yang terkenal galak dan gak segan menghukum murid yang tidak mengerjakan PR.

”Bang Catur juga pernah jemput aku malem-malem waktu pulang kerja kelompok, soalnya malem itu angkotnya udah sepi.” Daniswara pun buka suara.

See? Catur gak seburuk itu kok. Terlepas dari dia yang suka bolos dan berantem, tapi aslinya dia baik. Peran seorang kakaknya itu emang gak pernah di tunjukkin terang-terangan, tapi dia gak banyak omong dan langsung gerak kalau kalian butuh bantuan.” Semua adiknya mengangguk setuju. Itu benar. Caturangga memang tidak pernah menunjukkan terang-terangan bahwa ia peduli dengan keluarganya. Yang dilakukannya adalah langsung bergerak untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada.

No Time To DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang