Chapter 4 - Hari Pertama

510 85 16
                                    

Sepanjang mata kuliah terakhir, Kievara sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Pikirannya bercabang kemana-mana, yang paling banyak cabangnya tentu mengarah pada satu orang.

Celine.

Tadi tuh salah ngomong ya? Aduh, ngapain sih segala ngomong mau bayar Celine? Aneh banget, Kiev!

Kievara memang gemar bermonolog dengan dirinya sendiri, dan kali ini ia merutukki kebodohan yang terjadi akibat kegugupan saat bertemu dengan orang yang ia taksir. 

Habis gimana? Celine cantik banget.. Kiev jadi gak konsen. Kiev naksir banget!

Kievara tersenyum sendiri, menertawai perasaan di dada yang makin membuncah. Hatinya berbunga saat memikirkan sang gadis impian, debaran jantungnya juga tak mau diajak bekerjasama.

Aduh, Kiev norak banget deh. Baru kali ini naksir sampai segininya.. Jadi malu.

Wajah Kiev gantian berubah merah padam, malu sendiri dengan kelakuan uniknya yang kini bahkan berubah gelisah, selalu ingin melihat Celine, berada di dekatnya terus-menerus rasanya.

Kievara ingin tahu makanan kesukaan Celine, warna kesukaan, hobi, film favorit, bahkan topik pembicaraan yang gadis itu senangi. Semua tentang Celine ingin sekali ia pelajari. Andaikan ada buku manual mengenai sang gadis, tentunya Kievara sudah menjadi pembeli pertama.

"Ada yang tahu jawaban untuk dua pertanyaan di whiteboard?". Gema suara Miss Elliot menyuarakan pertanyaan membuat Kievara tersentak kembali ke realita. Sudah berapa lama tepatnya ia melamun?

Lelaki tersebut memandang sekilas kearah dua pertanyaan yang dimaksud dan dengan santai mengangkat tangannya. "Saya, Miss".

"Yes, Kievara Lessman. Silahkan, mau pertanyaan nomor 1 or 2?". Tanya sang dosen balik.

"Dua-duanya, Miss".

———

Lain halnya dengan Kievara yang tengah berbunga-bunga, ekspresi Celine kini tengah kusut bukan main. Gadis itu menekuk wajahnya, jelas tak menyukai sedikitpun interaksi dengan lelaki yang menurutnya cupu dan mengganggu. Akio dan Lunar yang melihatnya gantian terkekeh.

"Temen lo mukanya kusut amat habis ketemu sama si cupu". Komentar Akio lebih dulu pada Lunar.

Lunar tertawa. "Bukan si cupu, tapi si cayang, cayangnya Celine". Belum selesai, Lunar menambahkan. "Aduh—Mana dibawain cupcake sama susu.. Manis banget deh".

"Diem deh lo, Lun. Bangsat juga lama-lama gue diemin". Sembur Celine kesal.

"Uuuh—Serem banget. Kenapa sih, Cel? Padahal lucu juga loh dia gue perhatiin tadi, polos. Gampang banget lo bego-begoin. Tampangnya oke kok". Balas Lunar disertai tawa mengejek.

Celine menggebrak meja tempat mereka duduk di kelas. "Gue gak minat sama produk gak lolos uji. Mana norak banget lagi, kayak orang jaman dulu aja kelakuannya. Sampe mampus juga gue gak bakalan bisa sama orang kayak dia".

"Sarden kalengan kali, ah, pake diuji segala". Ledek Akio menambahi.

Lunar terlihat menaikkan alis. "Taruhan yuk, Cel, mau gak? Udah lama kita gak betting on something".

Dua pasang mata di hadapan Lunar terlihat tertarik mendengarnya. "Taruhan apaan?". Akio bertanya lebih dulu.

———

Bukan Kievara namanya jika ia berhenti pada percobaan pertama. Sebab, lelaki itu kali ini memilih opsi lain sebagai hadiah yang akan diberikan. Kievara kali ini menanti di depan sebuah ruang kelas kampus, melongok ke dalam berulang kali guna memastikan orang yang ia cari masih didalam sana.

Tangannya menggenggam dua jenis jus berwarna merah dan orange. Senyum sang lelaki setia terpatri di wajah, tak sabar menanti orang yang ia tunggu keluar dari ruangan. Dan pada akhirnya, sosok itu keluar juga, dengan kuncir asal yang menyisakan anak rambutnya di sekitaran pipi dan makin membuatnya terlihat cantik.

Celine awalnya tak menyadari kehadiran Kievara, gadis itu terus berjalan sampai akhirnya Kievara memberanikan diri untuk berdiri di hadapannya. Perbedaan tinggi mereka membuat Celine harus mendongak untuk menatap Kievara, sehingga mata bulat itu akhirnya bertemu dengan milik Kievara dan membuat sang lelaki hilang didalamnya.

Koneksi mata mereka terputus saat Celine menutup matanya frustasi. "Oh, god. Here we go again".

"Hi, Celine! Ternyata kamu sama aku satu angkatan ya. Aku kira kamu senior". Ucap Kievara ceria, berbeda drastis dengan lawan bicaranya.

Wajah Celine berubah kesal. "Maksud lo gue kelihatan tua?".

Kievara menggeleng cepat. "Eh—Bukan! Bukan gitu, Celine imut kok, cantik banget juga. Gak kelihatan tua sama sekali".

Celine memutar bola mata saat mendengar pujian yang sudah sering ia dengar sebelumnya. Tapi entah mengapa kali ini terdengar begitu... Inosen.

"Celine udah mau pulang? Temen-temen Celine yang dua lagi mana?". Tanya Kievara sembari celingukan mencari yang dimaksud.

Sang gadis menatap malas dan tidak menjawab. Merasa tidak mendapat respon dari pertanyaan yang dilemparkan, Kievara mengalihkan pembicaraan dengan mengangkat dua botol jus dengan rasa berbeda untuk Celine. "Celine, tadi Kiev beliin jus, ada dua, rasa jeruk sama stoberi. Kiev belum tahu Celine suka yang mana jadi beli dua-duanya".

"Pacaran yuk". Sambar Celine begitu saja.

Kievara menatap dengan bodoh, sepertinya ia salah dengar. "Eh—Yang rasa apa, Celine? Kiev gak denger jelas".

"Gue bilang pacaran, bodoh. Bukan pilih rasa yang mana". Balas Celine ketus.

"P—Pacaran? M—Maksudnya? Pacaran sama siapa, Celine?". Balas Kievara terbata.

Celine menghela nafasnya panjang. "Oh, god.. Help me". Sang gadis berupaya mengatur emosinya tetap stabil. "Lo sama gue, pacaran. Ngerti kan konsep pacaran gimana? Masa iya gue mesti jabarin artinya?".

Kievara sampai melotot dibuatnya, terkejut bukan main. "Kiev ngerti, Celine. Tapi—Kok tiba-tiba mau pacaran? Memang Celine suka sama Kiev?".

"Lo suka gak sama gue?". Balas Celine membalikkan pertanyaan.

Wajah Kievara sontak panas seketika, merah padam sudah dipastikan menghinggapi pipinya. "I—Iya. Suka, Celine. Kiev suka banget".

"Yaudah, kalo gitu mulai sekarang kita pacaran". Balas Celine singkat.

Kievara melakukan hal yang paling tidak terpikirkan oleh siapapun di dunia ini saat mendengarnya, yaitu menampar pipinya sendiri baik kanan maupun kiri. "Sakit. Berarti bukan ngimpi ya?".

"Ini lo mau apa nggak sih? Gini aja lama banget". Ujar Celine kesal sendiri, hampir meninggalkan Kievara di tempat, namun, tangan sang lelaki menahannya.

Itu adalah sentuhan pertama mereka, yang berhasil membuat keduanya terasa bak tersetrum. Celine sontak menjauhkan diri.

"Celine, tunggu. Jangan pergi dulu. Iya, Kiev mau.. Mau banget. Kiev tadi cuma bingung, kok Celine tiba-tiba mau jadi pacar Kiev. Padahal, Kiev belum bilang apa-apa". Balas Kievara, mencoba menjelaskan.

Celine hanya mengangguk-angguk seadanya. "Oke, good. Mulai hari ini kita pacaran".

"Eh—Tapi, Celine, tunggu". Ujar Kievara dengan ekspresi khawatir.

Celine berdecak sebal. "Apa lagi, cupu? Banyak banget dramanya".

"Itu loh.. Mm.. Kiev selama ini belum pernah pacaran. Pacaran itu gimana sih biasanya?". Ucap Kievara malu-malu.

Celine menepuk jidatnya. Habis sudah kesabarannya, gadis itu memilih pergi dari sana sebelum kewarasannya yang ikutan habis, meninggalkan Kievara yang masih tersipu dan senyum-senyum sendiri. Ini akan menjadi kisah panjang untuk Celine dan juga untuk Kievara.

Sebab pada hari itulah mereka secara tiba-tiba resmi menjadi 'kita'.

———

YOU & US Where stories live. Discover now