14 : Kencan

1.3K 91 15
                                    

Hyunsuk benar menepati janjinya kali ini. Pulang dari kantor dia langsung menuju universitas ku dan menunggu hampir dua jam hingga kelasku selesai. Meskipun begitu aku tetap merajuk padanya. Sepanjang perjalanan hanya diam, memandang ke luar jendela mobil dengan tatapan kosong.

"Bagaimana kuliahnya, Sayang?" Hyunsuk bertanya tiba-tiba. Mencoba memupus atmosfer yang terasa sedikit canggung.

Aku sama sekali tidak tertarik dengan menu percakapan yang dia ambil. Tanpa mau menoleh aku menjawab, "Semua baik. Kamu tidak perlu khawatir."

"Hmm~ bagus kalau begitu. Kamu kelihatan semangat sekali, ya."

Aku bergeming. Merapatkan diri pada pintu mobil, sama sekali tidak ingin memberi respons. Mengizinkan kesenyapan mengisi, membiarkan Hyunsuk merasa tidak enak hati sendiri. Hingga melewati dua lampu merah dia kembali bicara,

"Kita makan diluar, mau? atau kamu ingin belanja? pergi ke bioskop? kita beli es krim, ya. " Hyunsuk mencoba membujuk, sesekali melirik sambil mengelus pundakku sebentar. Berharap hatiku cepat mencair. Tapi hal seperti itu tidaklah cukup meluluhkan hati yang sudah terlanjur kecewa.

"Tidak mau. Aku ingin pulang, mau tidur saja!" ucapku, sedikit galak. Menyingkirkan tangan Hyunsuk dari pundak.

"Astaga Sayang~" Hyunsuk menghela napas panjang. Agaknya kewalahan. Terdiam beberapa detik, mungkin berpikir sebelum dia menambahi,

"Serius, kamu tidak mau? Di Dongdaemun-gu ada mall baru, loh. Kamu tidak ingin bereksplorasi?"

Aku mengerjap mendengar kalimat itu. Merasa sedikit tertarik, irisku melirik. Disaat yang bersamaan ternyata Hyunsuk juga menoleh padaku. Lantas terburu berpaling, aku masih enggan memberi jawaban. Sebenarnya cukup penasaran dengan pusat perbelanjaan yang dia katakan baru. Ditambah aku sudah lama sekali tidak kencan dengan Hyunsuk. Ini benar-benar menyebalkan, padahal aku masih belum puas merajuk.

"Hanni, Sayang aku benar-benar minta maaf. Tolong jangan marah terlalu lama, aku bingung Sayang." Hyunsuk masih berusaha membujukku, nada bicaranya terdengar begitu memelas dan hampir putus asa.

Tapi aku memutuskan tidak ingin mudah goyah.

"Jangan peduli, tidak perlu peduli pada istrimu! Aku bisa melakukan semua sendiri. Kencan saja dengan pekerjaanmu itu!" ketusku, melipat kedua tangan di bawah dada. Kian merapatkan diri ke pintu mobil.

Lagi, Hyunsuk menghela napas panjang, menyisir surainya kebelakang. "Ya ampun Sayang, aku harus bagaimana lagi sekarang?"

Aku bungkam. Beberapa saat senyap kembali menyerang. Karena tak ada sepucuk jawaban, dia menyimpulkan,

"Ya sudah, kalau kamu tidak mau kita pulang. Nanti aku kerja lagi kalau kamu diam terus."

Refleks mataku membulat, seketika berteriak, "Jangan!"

Aku membalikkan badan menghadapnya. Memasang raut setengah memelas setengah merajuk.

"Jangan pulang~ aku mau kencan. Aku mau menghabiskan waktu bersamamu."

Hyunsuk lantas terkekeh mendapati reaksiku, masih berusaha fokus pada jalan raya meski sekali dua kali melirik. "Apa Sayang? bisa ulangi sekali lagi? aku tidak dengar."

Dia pasti sengaja menggodaku. Tidak mungkin dia tidak dengar padahal tidak ada suara musik yang mengusik percakapan kami. Ini benar sedikit memalukan, padahal tadi aku menolak mentah-mentah. Dan sekarang kenapa aku yang terkesan harus memohon?

"Mau kencan, Suki~" ulang ku, mau tak mau. Menunduk malu-malu dengan jemari yang saling memintal.

Hyunsuk menyeringai dengan satu alisnya terangkat, menjatuhkan kesan nakal.

Soft Serve || Choi HyunsukWhere stories live. Discover now