Tiga Keturunan Waradana [01]

98 19 50
                                    

MANGATA

Malam telah tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah tiba. Di dalam sebuah kamar bernuansa pink dan juga putih, seorang gadis berperawakan kecil dan juga dengan wajah cantik menggemaskan tengah berbaring di atas ranjang. Gadis itu adalah Alenha Nalendra. Gadis yang saat ini menginjak usia dua puluh tiga tahun.

Alenha yang tengah asyik mendengarkan musik itu sontak melepas earphone yang menutupi kedua telinganya. Menatap seorang pria tua yang masih terlihat gagah di usia senjanya.

"Papa?" Alenha mendudukkan diri. Menggeser sedikit posisinya guna memberi ruang untuk sang ayah.

"Papa mau bicara sama kamu. Soal rencana pertunangan kamu dengan anak om Bagus. Om Bagus sudah menghubungi kamu bukan?" Alenha hanya mengangguk sekali.

"Kenapa? Kok ekspresi wajah kamu begitu?" Alenha semakin mengerucutkan bibir kala tangan sang ayah menarik hidungnya cukup kuat.

"Kenapa harus dijodohkan sih, Pa? Alenha masih bisa cari pasangan sendiri. Papa pikir Alenha ini nggak laku apa?" Alenha melipat kedua tangannya di depan dada.

"Bukan begitu, Len. Papa cuma nggak mau kamu jatuh ke tangan lelaki yang salah. Papa tahu betul seperti apa anak-anak om Bagus. Papa yakin mereka baik buat kamu." Alenha bungkam tanpa berniat membalas perkataan sang ayah.

"Kamu pendekatan saja dulu. Mungkin sekarang kamu merasa nggak nyaman karena kamu juga belum mengenal mereka. Mereka bertiga anak yang baik." Alenha menghela napas kasar. Kemudian beralih menyandarkan kepalanya pada lengan sang ayah.

"Kalau bukan karena Alen sayang sama Papa, Alen juga nggak mau dijodohin sama mereka. Alen mau nerima ini semua karena Papa." Alenha menyamankan posisinya dalam rangkulan tangan sang ayah.

"Terima kasih, Len. Sikap kamu sama persis dengan mendiang mama kamu. Papa sayang banget sama kamu." Alenha tersenyum saat sang ayah mendaratkan satu kecupan di atas puncak kepalanya.

"Alen juga sayang Papa. Maaf kalau selama ini Alen selalu manja dan bikin Papa susah." Alenha semakin mengeratkan lingkaran tangannya pada tubuh sang ayah.

"Jangan seperti itu. Kamu kan putri papa satu-satunya. Papa akan berusaha memberikan yang terbaik buat kamu dan kehidupan kamu di masa depan." Alenha lagi-lagi hanya mengangguk.

"Apa anak-anak om Bagus sudah ada yang menghubungi kamu?" Alenha menggelengkan kepalanya perlahan.

"Mereka bertiga baru kembali ke sini, jadi mungkin masih ada yang dikerjakan. Mereka pasti bakal hubungin kamu kok. Jangan dicuekin kalau misalkan ada yang chat atau telefon kamu," pesan sang ayah.

"Iya. Papa nggak perlu khawatir soal itu. Tapi apa nggak masalah, Pa? Masa Alen harus memilih satu di antara tiga anak om Bagus? Apa nanti nggak jadi masalah?" Alenha menatap penuh tanya ke arah sang ayah.

MANGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang