IO 24

317 42 4
                                    

Hari ini Charan dan Kanin kembali bekerja di Pentagon.
Namun ada yang berbeda hari2 ini, Charan selalu mencium bibir Kanin ketika Kanin akan memasuki ruangan kantornya.

Pada waktu makan siang Charan selalu mendatangi kantor Kanin dan mengajaknya makan bersama di restoran depan jalan atau di kantin kantor.

Hari itu Charan memilih untuk makan di kantin kantor karena sebentar lagi dia ada janji dengan seorang klien.

"Nin, Phi berencana akan menjual mansion kelurga Wang dan hari ini Phi akan bertemu dengan orang yang akan membelinya." ujar Charan.

Kanin hampir saja menyemburkan makanan yang ada si mulutnya.

"Kenapa Phi mau menjual rumah itu? Itu kan peninggalan orangtua Phi." ujar Kanin.

"Banyak kenangan pahit disana, Phi tak akan sanggup kalau harus masuk lagi ke rumah itu." ujar Charan dan Kanin hanya menatap wajah Charan.

"Sudahlah, cepat makannya, sebentar lagi Phi harus kembali ke kantor." ujar Charan lagi sambil makan dengan cepat.

"Pak, tamunya sudah datang." ujar Foei, Charan menyimpan sendoknya dan berdiri.

"Phi duluan, kau sekarang pelan2 saja makannya." ujar Charan sambil mengelus rambut Kanin, membuat para karyawan disana merasa iri dan sendiri.

Charan pun merapikan jasnya dan berjalan pergi, sementara Kanin meneruskan makannya.

Charan memasuki kantornya dan terkejut setelah melihat siapa yang ada disana yang merupakan klien yang akan membeli mansion keluarga Wang.

"Janis?" ujar Charan terkejut.

"Hai, Ran." ujar Janis sambil tersenyum.

"Kau yang akan membeli rumahku?" tanya Charan sambil duduk di kursinya dan tersenyum.

"Umm. Banyak kenangan kita di rumah itu, sayang kalau sampai jatuh ke tangan orang lain." ujar Janis kembali duduk dengan satu kaki menopang pada kaki yang lainnya. Charan pun tersenyum.

"Kalau sudah deal, bukankah lebih cepat lebih baik kita selesaikan masalah jual beli ini. Bagaimana?" tanya Charan.

"Kalau aku tentu sudah cocok dengan harga dan segalanya." ujar Janis.

"Foei tolong panggilkan pengacara kita kemari dengan membawa dokumen2 yang dibutuhkan." ujar Charan dan dibalas anggukkan oleh Foei yang segera keluar dari kantor.

"Bagaimana kalau kita rayakan ini nanti malam sambil mengenang masa lalu?" tanya Janis.

Charan pun tersenyum dan menyetujuinya.

Setelah semua urusan itu beres dan Janis sudah pergi, Charan menghampiri kantor Kanin.

"Nin, nanti malam Phi ada urusan dulu, kau bisa pulang sendiri? Biar Phi pesankan taksi untukmu." ujar Charan.

"Phi mau kemana?" tanya Kanin.

"Phi mau menemui teman lama Phi. Phi tak akan lama." ujar Charan dan Kanin pun menggangguk.

Akhirnya sepulang bekerja Kanin pulang sendiri dengan taksi yang dipesan oleh Charan, sementara pergi dengan mobilnya menemui Janis.

Charan memasuki sebuah restoran yang mewah.

"Ran.." teriak Janis sambil melambaikan tangannya.

Charan pun tersenyum dan menghampiri Janis.

Mereka pun menikmati makanannya dan banyak bercerita tentang mereka di masa lalu sambil tertawa2 hingga akhirnya Charan pun lupa waktu.

Ketika Charan tersadar jam sudah menunjukkan pukul 2 malam.

"Sudah terlalu larut, Jan. Aku permisi dulu. Mungkin kita bisa bertemu lagi lain waktu." ujar Charan sambil berdiri dari kursinya.

"Sebentar, Ran. Bisakah kau antarkan aku pulang? Aku menyuruh supirku untuk pulang duluan tadi." ujar Janis dan Charan pun akhirnya menyetujuinya.

Mereka masuk ke dalam mobil Charan dan melajukan mobilnya menuju rumah Janis.

Akhirnya sampailah mereka di sebuah rumah besar dan Charan menghentikan mobilnya.

"Terima kasih, Ran." ujar Janis.

"Hum. Sama2." ujar Charan.

Janis membuka pintu mobil Charan namun Janis tiba2 berhenti dan berbalik pada Charan.
Charan heran dengan tingkah Janis.

Dan tiba2 Janis mencondongkan badannya lalu menarik tengkuk Charan dan mencium bibir Charan.

Charan melepaskan tangan Janis sembari menarik wajahnya menjauh.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Charan yang terkejut.

Janis tersenyum dan menatap mata Charan.

"Sejak dulu aku sudah menyukaimu, Ran. Aku membeli rumah itu juga karena ada kenangan antara aku dan kamu yang tak mau aku hilangkan." ujar Janis.

Namun Charan menghela nafas panjang dan memalingkan wajahnya.

"Aku tidak bisa, Jan." ujar Charan yang membuat Janis terkejut namun kembali tersenyum.

"Aku tahu aku terlalu cepat mengungkapkan ini, tapi kuharap kita bisa saling mendekatkan diri lagi seperti dulu." ujar Janis.

"Bukan itu masalahnya, Jan. Masalahnya adalah aku sudah mempunyai seseorang yang sangat aku cintai dan tidak mungkin aku tinggalkan." ujar Charan.

Janis membelalakkan matanya lalu kembali tersenyum.

"Wanita yang beruntung." gumam Janis.

"Dia seorang pria, Jan." ujar Charan dan menatap wajah Janis yang sangat terkejut dengan perkatan Charan.

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

690

If Only (ZeeNunew)  015Where stories live. Discover now