14

486 31 0
                                    

Yui sudah benar-benar kembali ke kehidupannya, kembali menjalin hubungan canggung dengan pasangannya dan kembali beraktivitas seperti biasa yaitu bekerja di salon. Liburannya di Rausu seakan hanya bunga tidurnya saja dan hampir terlupakan oleh Yui.

Saat Yui mengkeramas rambut pengunjungnya, karyawannya yang berperawakan tinggi dan kurus itu menggeser tirai dan melongokkan kepalanya dari sana.

"Yui-san?"

Yui sekilas melirik dan kembali memijat kepala pelanggannya yang nyaris terlelap itu.

"Kita kedatangan pengunjung. Tapi dia tidak mau dilayani olehku atau Koike." Ujar wanita berambut pendek dengan highlight biru bernama Habu. "Dia maunya denganmu."

"Pengunjung biasa?"

"Tidak. Kurasa aku baru melihatnya. Koike juga bilang begitu."

"Bilang saja kalau aku masih lama."

"Oke."

Belum lama Habu pergi, ia sudah kembali.

"Katanya tidak apa-apa. Dia tahu kau sibuk. Menunggumu sampai lima tahun pun tidak masalah."

Kening Yui berkerut. Siapa sih orang ini?

Mendekati tirai dan sedikit menggesernya, ia mencari sosok yang sedang ditunjuk Habu. Mata Yui seketika membulat sempurna.

Sial, Karin?!

Karin duduk di bangku tunggu sendiri. Padahal masih ada dua kursi salon yang kosong bila ia ingin melakukan sesuatu pada rambutnya dengan cepat. Tapi wanita itu dengan santai membaca majalah bersama satu kaki tersanggah di atas paha kirinya.

Kembali pada kerjaannya, jantung Yui berpacu tak keruan. Tiba-tiba saja ia gugup. Tangannya yang sudah dingin karena air dan shampo semakin terasa dingin. Syukurnya konsentrasinya saat bekerja tidak terganggu.

Yui bertanya-tanya bagaimana bisa Karin tahu alamat salonnya, dan .... ya, kartu nama! Mereka pernah bertukar kartu nama saat makan di restoran pinggiran laut di Rausu setelah berbelanja barang mendaki.

Selesai dengan pelanggannya, Yui pun menghampiri Karin yang kini beralih pada ponselnya.

Yui berdehem membuat Karin mengangkat kepalanya. Senyum Karin pun terulas, tampak hangat. Dada Yui rasanya sesak karena jantungnya berdetak tak keruan lagi.

"Aku perlu memotong rambutku." Ujar Karin, bangkit dari kursi tunggu. "Rambutku sudah agak panjang."

Sebenarnya penambahan panjang pada rambut Karin tidak banyak. Palingan hanya 2 senti di bawah bahu. Kalau dipikir-pikir sudah berapa lama ya mereka tak bertemu? Dua minggu kan?

"Duduk di sini." Yui menuntun Karin untuk duduk di sebuah kursi salon.

Setelah wanita itu duduk, Yui menutup tubuh Karin dengan cape. Ia memandang pantulan diri mereka di cermin. Ia yang tampak tegang, kontras dengan Karin yang sangat santai, bibir Karin bahkan tampak melengkung ramah.

"Kau mau dipotong seperti apa?"

"Aku serahkan padamu, asalkan aku dibuat tetap manis ... Oh jangan pendek seperti laki-laki. Nanti aku malah jadi tampan." Kata Karin sembari bercanda.

Yui mendengus, lalu fokus dengan rambut Karin.

Perempuan akan manis dengan rambut bob daripada dibuat mullet atau wolf cut. Dengan wajah dan perawakannya, Karin rasanya memang lebih cocok berambut bob seleher. Agar tidak terlihat kaku, ia akan menipiskan ujung rambutnya.

Yui pun mengambil gunting dan sisir, sebentar menyemprot air pada rambut wanita itu. Dengan cekatan Yui memberikan perubahan pada rambut Karin.

"Ternyata kalau sedang bekerja, kau jadi serius begini." Karin berucap di sela-sela kegiatan Yui.

ColdWhere stories live. Discover now