25. Demensia

49 19 3
                                    

Aku mendengar suara kendaraan bermotor berhenti di depan rumah

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Aku mendengar suara kendaraan bermotor berhenti di depan rumah. Tak lama, pintu rumah diketuk pelan. Aku yang sedang membantu Ibu menyiapkan makan malam, menoleh ke arah pintu. Ibu memintaku membukanya.

"Assalamualaikum," sapanya sopan. Dia berdiri di depanku memasang wajah sendu. Dia tersenyum, tetapi seperti ada luka di dalam matanya.

"Ya, cari siapa, Pak malam-malam begini?"

"Hana! Pak Alfian ada?" Aku membuka pintu rumah lebar-lebar, ada mahasiswa kebanggaan Ayah di depan pintu.

Hari ini, kebetulan Ayah pulang lebih awal, dia ada di ruang kerjanya seperti biasa, bersemadi di sana untuk mengerjakan pekerjaannya yang sudah seperti Gunung Himalaya itu.

Hari ini, kebetulan Ayah pulang lebih awal, dia ada di ruang kerjanya seperti biasa, bersemadi di sana untuk mengerjakan pekerjaannya yang sudah seperti Gunung Himalaya itu

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Eh, kamu sudah datang, Pram? Makan dulu yuk!" Ibu memintanya masuk ke rumah. Dia terlihat pasrah dan tidak bersemangat. Aku meninggalkan Ibu dan dia di ruang makan, sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin mereka bicarakan. Aku harus kembali ke kamar untuk menyelesaikan tugasku yang sudah menumpuk. Kalau tidak dikerjakan sekarang, bisa-bisa akan sama seperti pekerjaan Ayah yang banyak itu.

"Hana, sebentar."

Aku yang sudah berdiri di anak tangga ke tiga mengalihkan pandanganku ke arahnya. Dia menyodorkan sebuah paper bag untukku.

"Ini apa?"

"Kenang-kenangan, untuk kamu."

Aku terdiam sebentar, kubuka paper bag itu, ada sebuah kotak kecil di dalamnya.

"Kenapa suka kasih-kasih begini, Ayah gak suka, loh, ama orang tukang nyogok!!"

"Saya beli itu dua hari lalu di Medan. Itu buat kamu, bukan buat Pak Alfian. Dan itu bukan gratifikasi."

"Hm ... Ok, deh, Hana ambil. Makasih."

Aku langsung berlari ke kamarku dan menutupnya rapat-rapat. Sudah entah berapa kali dia datang ke rumah. Kata Ayah dia tinggal di rumah Paman, karena tidak punya tempat lain untuk nge-kost. Namun, anehnya Ayah selalu mengajaknya pergi salat di masjid. Atau bahkan, makan malam bersama. Aku penasaran, kenapa mereka terlihat begitu dekat, seperti Ayah dan Anak.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ