Kejutan, Terkejut?

215 19 0
                                    

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Suasana ruang inap Naren sudah cukup ramai. Semua terlihat dapat bernafas lega melihat keberadaan Naren yang mereka cari-cari.

"Ibu kesel sama kamu Naren. Kenapa ngga ngasih kabar ibu? Handphone kamu pake buat apa kalo gini".
Bu Wina mencubit pelan pipi anak laki-lakinya itu.

"Maaf Bu. Saya ngga akan mengulanginya lagi".
Ungkap Naren seperti anak yang baru saja mendapat hukuman.

"Jangan sampe diulang lah Ren. Gue sama Dante sampe ngga tenang nyariin Lo".
Erlan yang duduk di sofa yang ada di sana menyeletuk.

"Makasih udah khawatir sama saya. Kalian sampe ngga sekolah karena saya".
Naren memandang semua orang yang ada di sana.

Dia melihat keberadaan perempuan yang sudah dia harapkan kehadirannya sejak tadi. Tetapi Naren tidak akan melakukan obrolan terlebih dahulu. Dia butuh keyakinan untuk mengobrol dengan perempuan itu.

"Lagian yang nyerang Lo siapa Ren?"
Dante bertanya. Sharon yang sejak tadi berada di samping Dante pun mengangguk penasaran.

"Hmm saya ngga kenal. Mungkin dia salah orang".
Ucap Naren yang membuat Dante merasa tidak yakin.

"Gue cek cctv di sekitar, bukannya orang itu sempet ngobrol sama Lo sebelum nendang Lo?"
Erlan masih berusaha mengulik. Jika saja letak cctv itu strategis dengan tempat kejadian, dia tidak perlu bertanya pada Naren yang tentu saja tidak akan mau mengaku.

"Dia salah orang Lan. Jadi saya yang kena imbasnya".
Kekeh Naren membuat Erlan menyerah. Dia yang akan mencari tau sendiri.

"Siapa yang anter kamu ke sini?"
Ibunya kembali bertanya. Wanita itu mengelus pelan rambut sang anak.

"Kak Sabil yang bantu saya Bu. Dia juga yang mengurus semua administrasi rumah sakit ini".
Naren harus memohon maaf karena kali ini dia tidak bisa menuruti perkataan penolongnya itu. Dia rasa semua orang harus tahu bahwa kakak dari Shakila itu sudah sangat berjasa bagi Naren.

"Kak Sabil?"
Tanya Shakila cukup terkejut. Dia yang sejak tadi diam kini berpikir bagaimana bisa kakaknya berada di tempat kejadian.

"Oh pantes. Jadi tadi dia hubungin gue yang katanya sempet liat Lo, ternyata dia yang nolongin Lo".
Erlan mengangguk paham.

"Kalo gitu saya pamit pulang dulu ya Bu. Mau jemput kakak saya".
Erlan pamit pada Bu Wina. Remaja itu menyalami Bu Wina sebelum keluar dari ruangan itu.

"Saya juga pamit ya Bu".
Ucap Shakila singkat. Perempuan itu mendekat pada Bu Wina dan melirik sekilas pada Naren yang diam tidak berbicara padanya.

"Nak Shakila mau pulang?"
Bu Wina bertanya lembut.

"Ada beberapa hal yang harus saya urus Bu".
Ucapnya yang diangguki oleh Bu Wina.

Sekali lagi Shakila menatap Naren, memastikan cowok itu yang tetap tidak berbicara padanya. Shakila akhirnya berjalan keluar menyusul Erlan.

Falling Into You [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя