TANGAN KAMU KOK HALUS?

11 2 0
                                    


BAB 6

Pagi ini, Aileen lagi-lagi datang tepat waktu ke sekolah. Akhir-akhir ini, Bundanya benar-benar tidak kehabisan akal membangunkan putri satu-satunya itu. Mulai dari menyiram segelas air, melempar wajahnya dengan handuk mandi, sampai menarik salah satu kakinya, semua itu dilakukan agar Aileen meninggalkan kasurnya.

Gadis dengan seragam berantakan tak lupa dengan wajah yang masih sesekali menguap, siapa lagi kalau bukan Aileen, tali sepatunya saja tidak terikat dengan baik, masih menyisahkan tali yang terseret sepatu.

"Untung hari ini pelajaran olahraga," guman Aileen

"Weii, di geraih nih," kata Rian yang entah darimana asalnya,sambil menyentuh rambut hitam lurus milik Aileen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Weii, di geraih nih," kata Rian yang entah darimana asalnya,sambil menyentuh rambut hitam lurus milik Aileen. Memang biasanya Aileen mengikat rambutnya karena tidak ingin repot untuk mengatur rambutnya itu.

Aileen tidak menjawab ucapan Rian, ia lebih memilih mencari ikat rambut yang bisanya ia simpan di dalam tasnya. "Gue mau main Basket, mau ikut engga?" tanya Rian sambil menepuk pelan kepala Aileen.

Sebenarnya Aileen tidak terlalu hebat dalam bermain basket, biasanya ia bermain dengan teman-teman sekumpulan mereka, tapi Aileen tidak sehebat mereka. Saat bermain dengan mereka, Aileen hanya menghabiskan tenanganya berlari mengejar bola dari ujung lapangan ke ujung yang lain. Ia hanya menyentuh bola kurang dari sepuluh detik, lawannya dengan mudah merebut bola darinya. Maka dari itu, ia sangat malas bermain Basket, tidak asik karena ia tidak tahu.

"Engga!" jawab Aileen

"Lo pasti malu kan? Cuman bisa ngejar bola," ejek Rian. Sepertinya ejekan Rian tidak lebih menggangu dibandingkan rambutnya yang terus terbang karena angin, menggangu penglihatanya dan menimbulkan rasa geli di wajahnya.

"Aissh, ikat rambut gue mana yah?" guman Aileen, sambil sesekali menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

"Udah enggak usah di ikat kali, biarin aja! Sekali-kali" kata Nisa yang datang dari arah yang berlawanan. Berbeda dengan Aileen, Nisa adalah gadis manis layaknya perempuan pada umunya, Nisa rapih, wangi dan juga cantik. Walaupun berteman dengan Aileen, gadis yang tidak peduli dengan penampilan. Jika bukan karena Bundanya, mungkin Aileen tidak akan menyisir rambutnya sesering mungkin saat baik akan keluar atau dirumah saja.

"Panas!" jawab Aileen. Ia gadis yang terbiasa menguncir rambutnya, paling tidak suka membiarkan rambutnya menghalangi pandangannya atau menimbulkan rasa geli di sekitar leher atau wajahnya. Mungkin tidak pernah Aileen ke sekolah tanpa menguncir rambutnya. Tapi hari ini berbeda, Bundanya mengomel karena ia terus saja menguncir rambutnya, Aileen heran sendiri, apa Bundanya kehabisan topik untuk memarahinya di pagi ini, hingga masalah seperti ini juga menjadi bahan omelannya.

"Udahlah, ke kelas aja, udah mau masuk tuh" kata Nisa lagi sambil mendorong Aileen menuju kelas mereka. Mengabaikan Aileen yang terus mendengus kelas mencari ikat rambutnya.

10th FEBRUARYWhere stories live. Discover now