4. Kesempatan

14 3 0
                                    

happy reading

"Tidak ada salahnya memang memberi kesempatan. Hanya saja biasanya, terlalu banyak berharap terkadang adalah kesalahan."

- ʰᵃᵖᵖⁱⁿᵉˢˢ: ʷʰᵉⁿ ⁱ ᵐᵉᵉᵗ ʸᵒᵘ -

✯☆✯

Djoey berdiri di dekat tangga, karena langkahnya terhenti saat pandangan matanya menangkap sosok Candani yang sedang menikmati sunset bersama sahabatnya. Dalam hati, Djoey tidak berhenti memuji Candani. Gadis itu begitu cantik dalam segala hal. Baginya, Candani itu sempurna baik secara fisik maupun hatinya. Siapa saja laki-laki yang menyakiti, sepertinya masuk ke dalam sekumpulan laki-laki bodoh di dunia. Djoey juga sudah mengenal Candani dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun tidak dekat. Hanya saja ia bisa menilai, jika Candani sangat baik. Dia juga memiliki sisi positif yang mampu membuat orang sekitar akan nyaman berlama-lama di dekatnya dan sikapnya yang hangat, membuat ia jatuh cinta dengan gadis itu.

Dengan satu tangannya, Djoey mengambil ponsel di saku celana. Lalu membuka kamera. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil gambar dua pemandangan yang sangat cantik di matanya. Candani dan Sunset. Meskipun perilakunya tidak terpuji, karena sudah memotret diam-diam, tapi Djoey tidak peduli. Nanti, ia akan izin saat Candani sudah dengannya. Semoga saja, karena baginya tidak mudah menaklukkan seorang Candani. Ah, atau dirinya yang kurang berusaha untuk mengambil hati gadis itu? Sepertinya iya, karena saat ini dirinya lebih memilih untuk menyimpan perasaannya sendiri dan tanpa pergerakan apa pun.

"Seperti biasa, pesanan favorit yang tidak pernah berubah sudah jadi. Selamat menikmati." Djoey datang dengan senyum lebarnya dengan membawa senampan berisikan makanan, camilan dan minuman.

Wulan tersenyum, tidak lupa mengatakan terima kasih. Begitu juga dengan Candani. Setelah itu, Djoey memutuskan untuk undur diri dan membiarkan dua gadis itu menikmati waktunya. "Can ....." Panggilan Wulan membuat Candani yang sedang mengabadikan langit cantik di sore ini menolehkan kepala.

"Apé?" (Apa?)

"Djoey tadi diem-diem foto kamu tau," ujarnya memberitahu dengan senyum menggoda.

"Taukan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan? Mending kamu diem aja deh, Lan. Daripada ngomong nggak jelas gitu," balas Candani mengomel.

"Oh kurang jelas? Jadi, mau diperjelas?" Bukannya diam menuruti perkataan Candani, Wulan semakin bersemangat untuk menggoda. "Jadi, tadi saya liat Djoey foto kamu diem-diem."

"Terus misalkan dia foto saya diem-diem, kenapa? Saya harus marah-marah gitu?"

"Normalnya kalo orang nggak suka sih, harusnya marah. Tapi kalo kamu nggak marah, berarti suka sama Djoey." Mendengar kalimat Wulan yang semakin ngelantur membuat Candani mendengus kesal. Lalu secepat kilat ia tersenyum manis sembari menatap sahabatnya itu yang tidak bisa diam sejak tadi.

"Wulan kalo suka sama Djoey, mending ambil aja deh. Saya ikhlas kok," ujar Candani tersenyum.

Wulan tersenyum, tapi tetap menampilkan wajah datar setelah mendengar kalimat Candani. "Enggak deh, makasih. Saya setia sama Adhi."

"Udah tau diselingkuhin, masih aja cinta. Bodoh," ujar Candani mengejek. Pasalnya, pacar Wulan itu sangat brengsek dan sahabatnya itu terlalu dibutakan oleh cinta, sehingga membuat bodoh. Sudah tau pernah diselingkuhin, masih saja dilanjutkan hubungannya.

Happiness: When I Meet You #GHS1 (On Going)Where stories live. Discover now