27

11 0 0
                                    

"Jadi laki-laki sialan itu sering datang ke kantor kamu, ya?" tanya Nita saat ia dan anaknya sudah berada di dalam mobil.

"Ada beberapa kali. Benar-benar nggak tau malu, sudah lama ngilang, sekali datang langsung buat masalah," ujar Azka dengan kesal.

"Masalah apa yang sudah dia perbuat?"

"Jodohin aku dengan anak temannya. Iyuh, dia kira aku sebodoh itu," omel Azka semakin kesal.

Nita juga kesal dengan sikap mantan suaminya itu. Laki-laki paruh baya satu itu memang tidak pernah berubah sejak dulu. Selalu menyebalkan.

Alasan Nita bercerai dengan laki-laki sialan itu ada beberapa faktor. Pertama, dia hobi selingkuh. Kedua, hobi playing victim. Ketiga, otoriter dan patriarki. Benar-benar masalah yang kompleks.

"Beruntung hak asuh aku jatuh di Mama. Kalau jatuh di dia ... nggak tau nasibku bakal kayak gimana," omel Azka sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Tentu aja jatuh di Mama. Waktu itu kamu masih kecil. Dan anak kecil ... memang nggak boleh jauh dari ibunya. Ya ... walaupun sebenarnya dia memang nggak mau ngasuh kamu sih, jadi nggak ada banding atau apapun dari dia. Jadi ya ... Mama bisa mengajukan hak asuh dan hak perwalian dengan mudah," ujar Nita dengan kesal.

Saking kesalnya perempuan itu tidak sengaja membocorkan rahasia kecil mantan suaminya. Bukan ia bermaksud untuk membuat Azka membenci ayahnya, hanya saja ... kelakuan Aldri sangat keterlaluan, sehingga Nita harus mengatakan yang sesungguhnya kepada Azka, agar Azka bisa berhati-hati.

Azka geleng-geleng mendengar cerita dari ibunya. Dulu ia tidak diinginkan oleh ayahnya, sekarang mengapa datang lagi dan seolah-olah hubungan mereka sangat dekat? Benar-benar memalukan.

Beberapa menit berkendara sambil ngomel-ngomel, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Restoran Padang kesukaan ibunya.

"Kita makan dulu atau shalat dulu, Ma? Di sini ada mushala," ujar Azka yang memang pernah beberapa kali ke tempat tersebut, jadi ia sudah familiar dengan fasilitasnya.

"Makan dulu aja deh. Mama laper banget. Takutnya nggak khusyuk kalau makan dalam keadaan lapar. Lagian waktu dzuhur masih panjang kok." Nita mengecek jam di pergelangan tangannya.

Ya, saat kita sangat lapar, pasti tidak bisa konsentrasi dalam melakukan apapun. Jadi makan dulu memang lebih baik. Setelah kenyang---tapi tidak kekenyangan, baru shalat.

Azka setuju dengan ibunya. Ia juga sangat lapar sekali karena tadi pagi bangun kesiangan, sehingga hanya sarapan selembar roti tawar tanpa selai atau apapun itu, dan segelas susu hangat. Itu saja.

Ibu dan anak itu menikmati hidangan mereka setelah hidangan diantarkan oleh pramusaji.

***

"Jhon, cari tahu siapa perempuan yang bakal jadi calon istrinya Azka! Juga cari informasi tentang anak Azka yang lahir di luar nikah!" perintah Aldri pada asisten kesayangannya. Ya, kesayangan, karena apapun yang ia perintahkan, pasti selalu selesai ditangani oleh Jhon.

"Baik, Pak," jawab Jhon dengan segera.

Setelah Aldri selesai bicara, Jhon segera berpamitan keluar dari ruang kerja bos-nya. Laki-laki yang sudah bekerja kepada Aldri lebih dari dua puluh tahun itu segera menghubungi detektif swasta yang sering bekerjasama dengan bos-nya.

Hati Yang Penuh Tentang-Mu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang