Chapter 21

12.1K 714 23
                                    

Setelah klarifikasi selesai, Deo bisa menjalani aktifitas kembali seperti biasanya.

Panca yang ikut Streaming acara itu ikut lega atas Deo. Dari awal Panca sudah menduga kalau Alan yang mengulur waktu dan bermain dengan para awak media.

Mengingat kesayangan keluarganya itu, Panca terkekeh, lagipula Rama tidak akan berani bermain dibelakang Alan, sudah akan dipastikan Rama tidak akan berumur panjang kalau sampai berani menyakiti Alan.

Melihat Panca senyum senyum sendiri, Banyu sangat ingin menonjok wajah itu tapi dirinya masih harus kerja secara profesional dan mengesampingkan masalah pribadinya.

"Pak, kita harus kelapangan sekarang juga" tegurnya yang menyadarkan Panca dari terpesonanya dengan Deo dari dilayar hpnya.

Belum sempat menjawab, Banyu sudah keluar.

Panca heran dengan sikap Banyu yang  tidak bisa ditebak itu, wajahnya yang datar membuatnya tak bisa menebak apa yang dirasakan Banyu saat ini.

Apakah dia masih marah atau sudah melupakan kejadian malam itu. Panca terus mencoba mengingat semua kejadian malam itu namun ia hanya mengingat saat menghempaskan Banyu kekasur dan menciumnya kasar, hanya sebatas itu.

Melihat Banyu yang menyetir dengan tenang, Panca meliriknya berulang kali, ia yang penasaran ingin menanyakan soal perasaan apa yang dirasakan Banyu saat ini padanya.

"Banyu"

"Iya pak" jawabnya.

"Apa yang membuatmu bersikap seperti sekarang, harusnya kau marah ataupun menghajarku sesuka hatimu, tapi kau hanya diam, apa kau punya rencana lain untuk membalasku?"

"Ya. Saya berniat memberihatu nyonya Alan atas semua yang bapak lakukan dengan saya. Bahkan saya sudah merekam pengakuan dan permintaan maaf bapak" jawabnya tenang setenang  arti namanya namun mematikan.

Panca tak habis pikir dia akan dalam masalah besar saat ini, ia akui Banyu memang cerdas dan licik kali ini.

"Hey, kau tahu itu akan menjadi masalah besar untukku, Alan bukan untuk aku lawan Banyu" jawabnya panik " Baiklah, begini saja..... buatlah penawaran asal kejadian itu tidak sampai ketelinga Alan"

Banyu terlihat menghembuskan nafasnya pelan "nanti akan saya pikirkan apa yang harus saya lalukan pada bapak"

Mendengar itu Panca sedikit lega. Yang benar saja perbuatannya malam itu akan dilaporkan dengan Alan. Ya bagus kalau Alan ngamuk dan menghajarnya. Kalau dia kecewa dan terlebih sampai menangis, Rama pasti akan membencinya pertama kali, disusul Aram, adik kembar Aram, mantan istri dan juga kedua orang tuanya sendiri.

Panca tidak akan sanggup kehilangan mereka semua.



.

Sampai diproyek pembangunan itu Panca selaku salah satu investor terbesar atas pembanggunan hotel dan tempat hiburan itu disambut oleh pemilik perusahaan dan dijamunya dengan baik.

Bahkan dirinyapun diajak berkeliling bahwa tempat apa sayang yang kini sedang dikerjakan.
Mereka kini menggunakan helm pelindung kepala sambil berbincang bincang soal bisnis itu.

Panca yang tau betul soal konstruksi juga perihal pembangunan, ia puas akan arsitek dan bahan bahan yang digunakan.

Banyu yang tidak ingin melewatkan sedikitpun kejanggalan pembangunan itu, ia izin berjalan lebih dulu dan merekam semuanya didalam otak cerdasnya.

Namun saat dia berjalan kearah pembangunan disebrang jalan, Panca tak sengaja melihat besi baja ringan yang diangkut crane sepertinya akan terlepas.

Panca langsung berlari dan mendorong Banyu dan Panca yang terlambat menyusul Banyu, dirinya malah tertimpa beberapa runtuhan besi itu.

"PANCAAAAA!" teriak Banyu yang syok melihat darah yang perlahan mengalir dari runtuhan besi itu.

Semua para pekerja dan tak terkecuali Banyu langsung menolong Panca dan ambulan yang siap siaga membawanya kerumah sakit.

Banyu menangis sesegukan disana, ia tak meyangka Panca akan berbuat hal sebodoh itu.

Mulutnya terus bicara berharap Panca akan membuka matanya.

"Pak bangun.....urusan kita belum selesai, BANGUN!!!!" dengan menepuk pelan pipi Panca Banyu berpikir Panca akan merasakan sentuhannya.

"Bapak bangun....."dengan sesegukan Banyu malah membongkar rahasianya sendiri "baiklah kita buat penawaran itu sekarang, bapak harus hidup, aku salah satu manusia seperti Alan, bagaimana kalau ada sesuatu didalam perutku, aku takut menghadapinya sendirian pak, kumohon buka matamu" Banyu terus menangis dan dengan ajaibnya Panca membuka matanya tepat diaaat mereka tiba dirumah sakit yang sudah ada beberapa perawat dan dokter yang menunggu kedatangan mereka.

Banyu sedikit lega melihat Panca yang membuka sedikit matanya namun mereka terpisah karena Panca harus diperiksa di salah satu ruang intensif IGD.

Banyu dengan tangan bergetar mengabari keluarga Panca di Indonesia.

.


Untung saja Panca hanya mengalami patah tulang pada lengan kirinya, helm dikepalanya telah menyelamatkan nyawanya.

Panca yang sudah sadar tersenyum melihat Banyu yang tertidur disampingnya, Panca yang mendengar Banyu memangis dan PENGAKUANnya itu tiba tiba membuat hatinya menghangat.

Tangan kanannya terulur mengusap rambut hitam yang biasa disisir  kebelakang itu kini jatuh menjuntai menutupi hadi hingga setengah matanya.

Mengingat sesuatu yang kecil mungkin akan mendatanginya Panca berpikir keras, bahwa dia akan melupakan dan mengikhlaskan Deo untuk Aram Toh Panca juga tidak bisa merebut milik keponakan yang sudah ia anggap sebagai putranya sendiri itu.

Meski hatinya belum bisa sepenuhnya bisa melupakan Deo, Panca perlahan akan menutup dan membuka lebar pintu hatinya untuk Banyu.

Keluarganya yang sudah datang cukup kaget melihat kedekatan keduanya sampai membuat mereka menunda acaranya untuk menjenguk Panca dan membiarkan mereka burdua romantis seperti pemandangan saat ini.

"Sesuai dugaanku , mereka akan bahagia bersama" ucap Alan yang hanya dimengerti oleh Rama.






Tbc

Satu Chapter lagi end.



FAITHFULNESS ENDWhere stories live. Discover now