MC 12

122 7 0
                                    

Tahapan demi tahapan proses pengajuan nikah dinas mereka lalui dengan lancar tanpa hambatan.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga hari ini," ucap Aira.

"Lega, Sayang?"

"Hu um. Ternyata proses pengajuan nikah dinas dengan abdi negara sungguh panjang dan melelahkan. Penuh perjuangan, ya, Mas?"

"Tapi Mas nggak ngerasa lelah sedikit pun karena sama Adek. Malah semangat banget pengen buru-buru halalin Adek."

Jawaban Adnan sukses membuat merah merona pipi Aira. Ia tersipu malu lalu menundukkan kepala, seperti biasa. Dan di saat seperti ini, Adnan malah semakin menggodanya.

"Apaan sih, Mas?"

Tatapan mata Adnan kembali membuat jantung Aira berdegup kencang. Entah mengapa setiap hari Aira merasakan cintanya semakin bertambah saja terhadap Adnan, calon imamnya.

"Setelah ini kita harus ke mana lagi untuk pengesahan berkas pengajuan, Mas?"

"Tinggal tanda tangan Komandan Batalyon aja, Sayang."

"Terus?"

"Ya terus berkasnya dibawa ke KUA. Setelah itu kita resmi menjadi suami istri secara kedinasan, hukum, dan agama, Sayang."

Aira mendengarkan penjelasan calon suaminya dengan saksama.

💞💞💞💞

Mbak-mbak dan Kang ndalem mulai disibukkan dengan persiapan acara pernikahan Ning Aira. Hampir semua keperluan acara pernikahan telah siap, mulai dari kepanitiaan, dekorasi hingga urusan katering. Aira menyerahkan semuanya kepada Ummik dengan dibantu kakak iparnya, istri dari Gus Ahmad.

Aira juga sudah menyiapkan baju spesial untuk hari sakralnya tersebut.

"Mik, jangan cape-cape. Ummik terlalu bersemangat. Cukup Ummik memantau dan memberi instruksi saja, biar mereka yang bekerja," ucap Abah kepada istrinya.

"Nggih, Bah. Ummik terlalu bahagia lho, Bah. Pengen semuanya sempurna. Semoga niat kita ini diridai oleh Allah, ya, Bah."

"Aamiin. Iya, Mik. Nggak terasa, ya, Aira sudah mau menikah, rasanya baru kemarin anak itu masih menjadi gadis kecil yang manja."

"Abah, Ummik, njenengan istirahat saja, jangan terlalu cape. Biar saya dan Alya yang menghandle semuanya. Abah dan Ummik tinggal mmeberi perintah saja," ucap Gus Ahmad.

"Iyo, Le. Abah sama Ummik percoyo karo sampean dan Alya."

"Bi, besok itu pake acara sangkur pora apa nggak, ya?" tanya Alya kepada Gus Ahmad, suaminya.

"Nah, itu, Abi juga belum tau. Coba nanti Abi tanyakan sama Adnan."

"Sangkur pora iku opo tho, Nduk?" tanya Ummik.

"Sangkur pora itu upacara pernikahan ala militer, Mik," jawab Alya.

Alya membuka gadgetnya dan mulai berselancar pada kanal online lalu menunjukkannya kepada Ummik. "Nah, seperti ini lho, Mik, upacara sangkur pora itu. Karena Adnan tingkatannya dari bintara, maka upacaranya menggunakan sangkur pora. Jika dari tingkatan perwira maka menggunakan upacara pedang pora. Tapi, Ummik dan Abah tidak perlu lhawatir, walaupun ada upacara sangkur pora, kesakralan acara ala pesantren tetap kok kental nantinya, Mik."

"Oala, kok apik tenan, yo, Nduk. Ummik belum pernah liat lho upacara seperti itu. Lak yo ruame besok ini pesantren kita, Nduk. Banyak tamu yang datang dari kalangan kiai dan para petinggi tentara. Wes Ummik karo Abah manut opo jare kalian berdua, kalian atur sebagus mungkin acara adekmu, yo."

"Njih, Ummik."

💞💞💞💞

Seminggu kemudian acara pernikahan Sertu Adnan Baihaqi dan Ning Aira Medina berlangsung sakral dan meriah. Banyak tamu undangan yang hadir menyaksikan serta mendoakan mereka berdua.

Sertu Adnan dengan lantang, lancar, dan tegas mengucapkan kalimat ijab kabul. Suasana terasa begitu sakral saat itu, hening dan khidmat. Bulir bening luruh begitu saja dari mata indah Ning Aira saat suaminya mengucapkan kalimat ijab kabul tanpa ragu sedikit pun, lalu para saksi mengucap kata 'sah'.

Ribuan kata syukur terucap dari para hadirin yang memenuhi ruang ijab kabul. Aira mencium takzim tangan pria yang kini telah resmi brstatus sebagai suaminya, sebagai imamnya, dan prajurit hatinya.

"Hebat si Adnan. Nggak nyangka playboy kelas kakap kayak dia akhirnya nikah juga, mujur lagi nasibnya, dapat istri salihah, putri kiai pula," ujar salah satu senior Adnan yang ikut menyaksikan ijab kabul.

"Izin, Bang. Kabarnya, Bang Adnan dan Mbak Aira dijodohkan karena kedua orang tua mereka sahabatan sejak dulu. Memang beruntung Bang Adnan nikah sama Mbak Aira, mereka serasi, cantik dan ganteng. Terlebih Mbak Aira juga baik, ramah, mandiri lagi, punya usaha butik. Bang Adnan juga bagus agamanya, kan pernah mondok di pesantren ini juga. Cuman, ya, itu, minusnya dia playboy aja," jawab salah satu adik leting Adnan.

Seusai ijab kabul, acara dilanjutkan dengan upacara sangkur pora. Para anggota yang bertugas pun telah siap pasa posisi masing-masing. Sangkur pora berlangsung dengan khidmat. Balutan gaun pengantin berwarna hijau sage yang dikenakan oleh Ning Aira membuatnya semakin anggun memesona. Sangat serasi dengan Pakaian Dinas Upacara (PDU) yang tampak gagah membalut tubuh atletis milik Sertu Adnan. Gaun hijau sage yang terkesan sederhana namun mewah hasil desainnya sendiri itu mampu mencuri banyak perhatian ratusan pasang mata yang memandang, tertutama kaum hawa.

"Duh, meleleh rasanya melihat Sertu Adnan bersanding dengan istrinya, mereka begitu serasi, cantik dan ganteng, lihat tuh senyum mereka berdua merekah bahagia, ya, ibu-ibu," kata Ibu Danyon.

"Siap, benar sekali, Ibu. Mereka tampak begitu serasi," sahut Ibu Danki.

Tak henti-hentinya mereka berdua dihujani pujian dari para tamu. Semua tampak bahagia, senyum semringah tersungging dari bibir para tamu yang hadir. Lantunan nasyid islami oleh grup vocal gambus yang menghibur tamu undangan ikut memberi warna tersendiri suasana yang penuh sukacita di aula serbaguna pesantren Al Karomah.

"Dek, kapan acara ini nanti selesainya?" bisik Adnan kepada istrinya di pelaminan.

"Sampai ntar malem, Mas. Kenapa, Mas udah mulai lelah?" tanya istrinya.

"Waduh, lama banget, ya, Dek. Padahal Mas udah nggak sabar menanti malam pertama kita."

Aira mencubit lengan kiri Adnan. "Ih, Mas Adnan nakal!"

Aira menunduk dengan wajah merah merona.

"Tuh, kan, wajahnya jadi merah gitu, malu-malu. Pasti Adek juga nggak sabar kan?" goda Adnan.

"Ih, apaan sih, Mas ..."

Abah dan Ummik menyaksikan dari kejauhan, dua insan di atas pelaminan yang sedang larut dalam candaan. Aura cinta terpancar kuat dari keduanya. Tanpa terasa Ummik menitikkan air mata melihat kebahagiaan putrinya.

💞💞💞💞

Hujan gerimis mulai membasahi bumi yang sedari tadi dahaga. Acara resepsi telah usai, para tamu undangan sudah mulai lengang.
Segenap panitia dan petugas dekorasi mulai bekerja membersihkan semuanya.

Sertu Adnan dan Ning Aira juga telah meninggalkan pelaminan. Kini, mereka berada di peraduan yang nyaman. Kamar pengantin yang didekor sedemikin rupa dengan mawar merah yang bertaburan di mana-mana hingga wanginya  menyeruak membangkitkan gairah yang ada.

Kian malam hujan semakin deras, dinginnya menusuk hingga ke tulang. Namun, tidak dengan dua insan yang kini tengah memadu kasih. Mereka menciptakan kehangatan tersendiri, gerakan keduanya semakin lincah, keringat bercucuran membasahi seluruh tubuh oleh aktivitas mereka. Penyatuan oleh keduanya telah menciptakan kenikmatan yang luar biasa.

Ah, saya jadi meleleh membacanya 😍😍😍
Terima kasih yang sudah mampir baca 🙏🙏🙏

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang