25. Satu Bulan Pemulihan

80 4 0
                                    

Satu bulan kemudian...

Selama masa pemulihan Freya, Issac tak pernah kembali ke kastil nya. Dia lebih memilih tinggal di apartemen di tengah kota. Sementara Freya yang sudah pulih menjalani kehidupan sebagai seorang Nyonya Constantine. Gelar yang di berikan oleh seorang Issac dengan menikahinya secara hukum.

"Nyonya," panggil Clara sore itu ketika Freya tengah menikmati teh chammomile sambil menikmati sunset di sore hari.

"Panggil aku Freya saja. Kau tidak perlu merasa hormat padaku. Aku ini bukan pemilik kastil ini," ucap Freya.

"Nyonya adalah pemilik kastil ini," kata Clara.

"Aku hanyalah seorang tawanan," ujarnya lembut. "Katakan apa yang ingin kau ucapkan?"

"Nyonya, untuk makan malam kali ini, apa yang kau inginkan? Aku akan melayanimu dan menuruti semua yang kau perintahkan. Aku akan mendedikasikan hidup ku untuk melayanimu," ucap Clara.

"Apa pun yang kau sajikan akan aku makan," kata Freya.

"Baik, Nyonya." Clara membungkukkan badan lalu berbalik dan pergi dari tempat itu.

Deg!

Freya baru menyadari ucapan Clara setelah wanita itu pergi meninggalkannya. Dia bisa melakukan apa pun yang di perintahkan. Itu adalah celah untuknya pergi dari tempat ini. Dia harus pergi sebelum Issac kembali dan menyiksanya lagi.

Dengan tenang wanita itu menikmati teh nya. Sudah lama dirinya tidak menikmati teh dengan tenang seperti seorang aristokrat. Kehidupannya yang berliku menjadikannya seorang wanita pekerja keras yang tak kenal lelah. Meski sempat keluarga Zion membiayai kehidupannya, namun kemudian mereka berubah pikiran dan mencampakkan dirinya.

Saat itu Lucas yang lembut turut membangkang dan tinggal di apartemen demi bisa bersama dengan Freya. "Lucas, kau sangat cerdik rupanya. Mengandalkanku lalu membuangku begitu saja," gumam Freya mulai membenci Lucas.

Saat matahari sudah tak menampakkan dirinya lagi, Freya bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam. Dia berjalan ke arah kamar untuk membersihkan diri. Clara sudah berada di dalam kamar mandinya. Wanita itu menyiapkan aromaterapi serta air hangat yang sudah di campur dengan susu dan essens bunga.

"Rupanya kau di sini," celetuk Freya.

"Sudah saya siapkan semuanya untuk Nyonya," kata Clara tersenyum senang.

"Aku bahkan tak memintamu melakukannya," ujar Freya.

"Apakah kau tidak menyukainya?" tanya Clara. "Aku akan segera menggantinya."

"Keluarlah," ucapnya lirih. "Aku ingin membersihkan diri."

Clara tersenyum lalu membungkukkan badan dan pergi dari sana. Sementara itu Freya mulai membuka bajunya helai demi helai. Dia mencoba menikmati ini semua. Aroma bunga yang menenangkan.

Seorang pria masuk ke dalam dan melihat dengan tatapan licik ke arah wanita yang berada di dalam air itu. Pria itu mulai bermain-main dengan air di dalam bath tub. Sementara Freya mulai waspada.

"Apakah kau akan menyiksaku lagi?" tanya Freya.

"Tentu saja," jawab pria itu santai. "Menyiksamu adalah kesenangan bagiku."

"Sebaiknya kau bunuh aku saja," kata Freya.

"Bagaimana mungkin aku menghancurkan kesenanganku? Kau itu harus tetap hidup agar terasa nikmat," kata pria itu.

Freya ingin menggerakkan tubuhnya. Tapi entah bagaimana tubuhnya sulit untuk di gerakkan. Sekeras apa pun ia mencoba, semakin sulit untuknya menggerakkan bahkan untuk satu jarinya saja.

"Kau mau kemana, Sayang?" tanya pria itu. "Tetap lah di sini bersama suamimu ini."

"Issac!" teriaknya keras sambil membuka mata. Napasnya mulai tak beraturan. Freya mulai mengamati sekitar. Ternyata itu semua hanya mimpi.

Freya menangis tak tahu harus bagaimana. Dia tak memiliki tempat pelarian. Bahkan keluarga Hans akan benar-benar hancur jika dia datang kepada mereka. Wanita mang itu benar-benar sudah tak bisa memikirkan jalan keluarnya lagi.

***

Ruang makan yang besar itu terasa dingin karena hanya dirinya yang menikmati makanan di tempat itu. Dua orang pelayan dalam arahan Clara melayaninya dengan sangat baik. Freya bahkan mulai menerima ini semua. Wanita itu menikmati makanan yang tersaji dengan raut wajah datar.

Setelah selesai, dia berjalan keluar tanpa mengatakan apa pun. Freya berjalan di lorong menuju ke sebuah pintu. Perlahan dia masuk ke dalam. Freya di buat takjub dengan ruangan yang berisi banyak sekali buku. Ini seperti perpustakaan yang sangat luas dan terlihat sedikit kuno dengan gaya Londom era pertengahan.

Freya berjalan masuk semakin ke dalam. Wanita itu melewati rak demi rak yang menjulang tinggi. Dia benar-benar takjub oleh banyak nya buku di tempat itu. Tapi langkahnya berhenti ketika mendapati seseorang yang ia kenal tengah membaca buku. Dia adalah Issac yang dengan raut wajah sangat serius menikmati bacaan di tangannya.

Buku yang terlihat sangat tebal itu seolah menjadi kesenangan seorang Constantine saat ini. Freya bahkan tak pernah mengira jika Issac juga bisa terlihat tenang dalam senyuman lembut itu. Wanita itu mulai terpesona oleh senyuman sang suami sah yang selalu menyiksanya.

Untuk sesaat kemudian, Issac mulai berubah. Dengan raut wajah mengerikan, dia meletakkan bukunya lalu menoleh tepat ke arah Freya. Hingga wanita itu tersungkur ke belakang dengan perasaan takut menyelimutinya.

"Apakah kau ingin melakukannya di tempat ini?" tanya Issac perlahan bangkit dari tempat itu, pojok rak bersandar pada rak.

Freya menggeleng cepat. Wanita itu menarik tubuhnya ke belakang dengan waspada. Dia tak pernah mengira akan menjadi se takut ini. Sebelum nya dia sudah sangat sering menerima siksaan. Kali ini seharusnya dia merasa sedikit tenang.

"Freya, apakah kau merindukan ku?" tanya Issac berjalan perlahan ke arahnya.

"Apa?" Freya terkejut dengan pertanyaan itu. Namun bukan hanya itu yang membuatnya lebih waspada dari sebelumnya. Melainkan langkah kaki seorang Constantine menuju ke arahnya.

"Aku sedang tidak ingin menikmati tubuhmu," kata Issac. "Kau nikmati saja buku-buku ini."

"Bolehkah aku meminjam buku-buku di tempat ini?" tanya Freya.

"Ambil saja apa yang kau suka," kata Issac.

Wanita itu tersenyum ramah dan penuh kebahagiaan. Nyaris senyuman itu melelehkan Issac seketika. Pria itu pun dengan sambil menutupi rasa malunya berjalan keluar dari tempat itu.

"Clara!" teriaknya dengan suara nyaring ketika dirinya sudah berada di luar perpustakaan dengan pintu sudah tertutup.

Wanita iti berlari ke arahnya dengan penuh tanya. "Ada apa, Tuan?" tanyanya.

"Kau sudah gila dengan membiarkannya masuk ke dalam sana!" bentak Issac dengan penuh amarah.

"Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu nyonya akan masuk ke dalam sana," kata Clara ketakutan.

"Dia melihatku membaca buku dan aku sangat membenci itu," omelnya kesal.

"Saya akan membawa nyonya keluar," kata Clara beranjak akan masuk ke dalam.

"Tidak perlu. Kau awasi saja dia," kata Issac kesal. "Aku akan kembali ke apartemen. Sungguh ini sangat melelahkan. Aku tidak bisa kembali ke tampat ini dengan leluasa. Ini adalah rumahku."

"Saya akan ...."

"Jangan lakukan apa pun!" bentak Issac memotong perkataan Clara.

Bahkan suara lantang pria itu telah membuatnya tersentak kaget. Dia tak mengatakan apa pun dan hanya menunggu. Clara menunggu perintah dari Issac.

***

Prisoner Of ConstantineWhere stories live. Discover now