28. Dimas Prambudi

42 13 4
                                    

Aku penasaran, mengapa laki-laki yang mengaku bernama Dimas itu, enggan berbicara padaku

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Aku penasaran, mengapa laki-laki yang mengaku bernama Dimas itu, enggan berbicara padaku. Kata-kata yang keluar dari lisannya juga sedikit ketus dan terdengar sangat kejam. Sudah dua jam dia diam saja padahal sedang duduk di depanku.

Matanya awas menatap pada layar laptop di depannya. Setumpuk kertas ada di samping kanannya dan puluhan lainnya yang berserak di bawah kakinya. Aku penasaran, apa gerangan yang dia kerjakan?

Aku juga mulai penasaran, apakah makhluk good looking di depanku ini punya rasa lapar atau tidak. Sudah jauh malam, dia tak juga menyentuh makanan. Atau mungkin, dia serupa robot humanoid yang bisa diisi ulang dengan baterai?

Aku berdiri dan berjalan menuju dapur. Kubuka setiap laci yang ada di dapurnya. Hanya ada sendok, mangkuk, piring dan gelas yang disusun seadanya. Juga sebungkus mie instan. Aku menghela napas sebentar.

Mataku kembali menyisir ruangan, kali ini perhatianku beralih pada lemari pendingin kecil yang ada di sisi ruangan. Aku membuka pintunya dan hanya menemukan sebutir telur di sana.

Tak ada nasi di rice cooker.

Hebat! Hebat sekali! Aku ingin bertepuk tangan saking kagumnya dengan laki-laki yang mengaku tak senang dengan kehadiranku itu. Entahlah, mungkin aku serupa lalat yang berisik di kupingnya sejak tadi siang. Aku juga tak mengerti, kenapa mulutku tak bisa berhenti bertanya.

"Mau ngapain?" Dia membuka suara.

Sedari tadi kepalanya hanya menoleh ke kertas dan layar, bergeleng-geleng seperti robot kena bugs.

"Oh, bisa bersuara juga, toh?" kataku memancing prahara.

Dia bergeming, perhatiannya masih tertuju pada laptop di depannya. Laptop itu memiliki mata elang besar dengan led kecil yang menyala dan mengeluarkan sebuah tulisan nyentrik. 'Pengen ya?'

Menyebalkan memang menemukan manusia nyentrik seperti itu, sama menyebalkannya seperti mencari x pada persamaan polinominal dengan a,b,c,d,e bilangan imajiner dengan f(x)=0. Bisa saja mengerjakannya, tetapi rumit dan lama. Sama seperti menghadapinya, rumit. Apa ada rumus baku yang bisa aku gunakan untuk menyelesaikan sengketa perasaan ini dengannya?

"Ini mi-nya saya masak ya?"

Aku menoleh ke arahnya, menantinya bersuara. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Suaranya pelan sekali, "Hm." Gumam kecil yang menyebalkan.

Aku masih rindu pada laki-laki yang selalu ramah itu. Wajahnya yang terhapus dari ingatanku itu akhirnya membentuk wajah baru. Sejak kehadiran wanita bermantel hitam waktu itu, aku tidak bisa mengenali wajah orang dengan benar. Semua bercampur dan membentuk wajah yang tak bisa kukenali.

"Ngelamun mulu, mikirin siapa?" Om Dimas tiba-tiba saja sudah berdiri di depanku. Panci yang aku taruh di atas kompor sudah berubah warna. Mie instan yang kubuat sudah menjadi mi goreng yang gosong pula pinggirannya. Aku meringis.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora