Toxic Positivity

45 2 0
                                    

Orang bilang aku pandai merangkai kata-kata. Tapi mereka yang berkata begitu hanyalah orang-orang yang melihat permukaan saja. Mereka tidak pernah tau kebenarannya.

Aku dan kata-kata tidak seperti yang ada dibenak mereka.

Aku dan kata-kata memiliki hubungan teramat jelek. Kami saling membenci. Bahkan saling muak satu sama lain.

Aku sering menyakiti kata-kata. Dan kata-kata sering mencabikku dengan ketajamannya.

Ya, itulah kenyataannya.

Aku tidak pernah bersikap baik kepada kata-kata. Bahkan sering sengaja aku tidak bicara hanya agar aku tidak bergantung padanya.

Aku tidak suka.

Kata-kata terlalu sering menyiksaku. Dia lah yang merusakku. Dan dialah yang menghancurkan hidupku. Tidak ada yang bisa menyangka aku sangat membencinya. Selamanya. Aku tidak akan berdamai dengan kata-kata.

"Kamu itu kurang bersyukur."

"Teruslah hidup."

"dan ... semangat."

Itulah kata-kata yang menghancurkanku. Yang selamanya mungkin akan aku sesali karena pernah bercengkrama dengan bibirku.

Kamu ingin tau?

Baiklah, aku akan jelaskan padamu agar kamu mengerti maksudku.

Kata-kata itu busuk!

Percayalah. Setiap huruf di setiap kata itu menyimpan monster dibaliknya. Bukan. Bukan monster lagi tapi iblis! Mereka selalu menyembunyikan wujudnya, kadang mereka di dalam kata 'syukur' lalu melompat-lompat riang pada kata 'hidup' setelah itu mereka akan cekikikan bahagia dan memeluk kata 'semangat' sambil memamerkan taring mereka yang tajam dan berlumuran darah hitam.

Mereka tersenyum dengan sungguh memabukkan. Senyum yang akan membuatmu tersesat. Hilang. Lenyap tak bersisa.

Aku tidak tahu ini sebelumnya.

Kata-kata telah memanipulasi pikiranku. Membuatku dengan ceroboh berkata-kata.

Sebenarnya aku tidak ingin berakhir seperti ini. Aku hanya ingin menghibur terkasihku dengan kata-kata bercita rasa manis. Maka, kukecup manis itu dengan bibirku dan dengan bodohnya kutimpa ditelingganya hingga dengan kebencian ia membalas;

"Segampang itu ya kamu bilang kurang bersyukur?

Aku benci hidup!

Kenapa kamu malah memaksaku untuk tetap semangat di saat aku sangat benci hidup ini?!"

Dia.

Seorang malam penyindiri, menghadiahiku balasan bara kata-kata yang menghanguskanku sekejap dalam rasa bersalah.

Aku sesali kebodohanku. Aku sesali semuanya. Sebab kata-kataku itu, kini telah menghacurkannya yang yang telah hancur.

Bahkan aku tidak mampu meminta maaf. Karena kutahu, kata 'maaf' pun memiliki iblis dibaliknya.

#renunganuntukdirisendiri

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Apa yang Salah dari Masyarakat?Where stories live. Discover now