30. Dawai

44 14 3
                                    

"Mau lagi gak?" Dia berbisik pelan di telingaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau lagi gak?" Dia berbisik pelan di telingaku. Geli, rasanya begitu menggelikan mendengar suaranya itu.

"Nggak mau," jawabku pelan. Aku tak musti berteriak, karena saat ini, kami hanya duduk bersebelahan di atas dipan.

Aku menarik selimut sampai menutupi wajahku.

"Jangan ditutupi gitu, gak kelihatan entar," bisiknya lagi.

"Serem, Mas."

"Katanya tadi berani, malah nantangin, malah sekarang takut gini, gimana, sih, Hana!"

"Ya, masa dipaksa lihat orang bunuh-bunuhan, sih, Mas. Kan serem, mana masih pagi, hujan-hujan gini, katanya mau sarapan malah nonton film zombi," sungutku kesal dengan tingkah aneh Pak Pram.

Dia terkekeh, pundaknya bergerak pelan. "Katanya tadi berani, ya udah kita liat yang lain," katanya lagi. Dia meraih mouse dan mengganti film. Laptop kebanggaannya terpampang nyata di depan kami saat ini.

Sepertinya, dia sengaja mengajak menonton film aneh itu, agar aku makin menempel seperti koala padanya. Sejak tadi, aku memang tak berani bergerak dari sampingnya. Lebih-lebih lagi, kakiku yang terkena air panas kini terasa sedikit nyeri.

"Hana sukanya yang romen-romen gitu ya? Yang uwu-uwu biar terinspirasi ya?" pancingnya.

"Iiiih, mana ada!" sanggahku cepat. Aku membuang muka, wajahnya hanya beberapa centi di depanku kini. Aku ketahuan hanya memandanginya saja sejak tadi.

"Heleh! Dasar bocah! Pasti gemes kalau liat yang pacaran-pacaran gitu biar bisa dipraktekin?" lanjutnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heleh! Dasar bocah! Pasti gemes kalau liat yang pacaran-pacaran gitu biar bisa dipraktekin?" lanjutnya lagi.

"Nyebelin banget, sih! Awas aja...."

"Aku lapor bapakku nantik!" sambungnya cepat. "Kamu mau bilang gitu kan? Dasar anak manja!" ejeknya lagi.

"Seneng banget, sih, ejekin Hana!"

"Iya! Kamu emang enak buat digangguin!"

Aku memajukan bibir, merengut di depannya. Bukannya berusaha membujukku agar tak cemberut, dia malah makin semangat mengusik hidupku. Aku kesal! Namun, mau bagaimana lagi, dia memang sudah disetting seperti itu, menyebalkan!

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang