07. Donghyuck

15 1 0
                                    

Happy reading! Leave urr vote and comment!

Haechan terdiam melihat hujan semakin deras setelah panggilan dari Jong In di tutup dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan terdiam melihat hujan semakin deras setelah panggilan dari Jong In di tutup dengan cepat. Haechan membuang nafas panjang berharap kakaknya tidak salah paham dengan ucapannya tadi.

Haechan menutup tirai kamarnya dan berjalan menuju sofa, ponselnya kembali berdering menandakan ada panggilan masuk, setelah tertera nama Jeno ia langsung mengangkatnya.

'Kenapa pesan gue cuma di baca?'

"Aku bersama kak Jong In saat itu, kau pasti sudah tahu." ucap Haechan me-loudspeaker ponselnya.

Haechan menuangkan sup yang sempat di buat tadi ke mangkuk, lalu ia mulai memakan sup itu seraya menunggu jawaban dari sang lawan.

'Apa dia gak berbuat ulah di sana?'

"Aku mengatur emosiku dengan baik."

'Tadi gue liat di berita ada pembunuhan di daerah mansion Kim,'

Haechan meletakkan sendok sup yang hendak ia makan, "Kau mencurigaiku?"

'Aku hanya ingin memastikannya'

Haechan menunduk dengan tangan terkepal erat di atas meja, "Jeno, aku di sini untuk menemui keluargaku, berhenti mengaitkanku dengan kasus pembunuhan di sekitarku."

Terdengar suara helaan nafas, 'Maaf, hanya saja Donghyuck begitu mengerikan jika di hadapi.'

"Bisakah kau berhenti membahasnya?"

"Bisakah kau bertanya hal lain? Seperti apa kabar kakakmu? Apa kau sudah menemui Ibumu? Apa Paman Kim ada di sana?"

'Maaf' sahut Jeno.

"Lagi dan lagi, Jeno kau sepupuku tapi kau nampak asing di mataku."

Panggilan mereka hening beberapa detik, sampai akhirnya Haechan menghela nafas panjang lalu kembali buka suara, "Menurutmu, apa sekarang jarak kita semakin jauh?"

'Mungkin? Kau di Daegu sedangkan aku di Seoul' Jeno berniat mencairkan suasana.

"Aku serius."

'Malu mengatakannya, tapi aku rindu kau yang dulu'

"Mungkin? Aku juga." ucap Haechan dengan suara kecil.

Suasana hening beberapa detik sebelum Jeno menyahut, 'Haechan kau pendiam bukan karena keinginanmu, aku tak memintamu kembali seperti dulu, tapi jadilah diri sendiri.' ujar Jeno mengerti akan perubahan perilaku Haechan.

"Aku berusaha untuk sembuh, tapi menurutku bertemu dengan orang asing itu akan membuatnya semakin menjadi, aku takut." sahut Haechan mengaduk makanannya.

'Dengar Haechan, sebenarnya kau tidak membutuhkan psikiater atau psikolog manapun, kau hanya butuh seorang teman yang baik yang siap membantumu dalam mencari solusi dari permasalahan yang kau hadapi, belajarlah untuk tidak menaruh perasaan negatif pada seseorang, jangan biarkan rasa trauma yang kau alami dulu membuatmu menjadi tidak mempercayai siapapun, tidak semua orang yang ada di sisimu itu memiliki niat buruk,'

AUXIOCCISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang