Chapter 8

194 38 9
                                    


Aku up di pagi hari, tolong bangettt, yang puasa aku saranin untuk baca abis buka saja, ada sedikit adegan yang berbau 18+ oke?!

Happy reading! Terima kasih untuk kalian yang selalu vote apalagi komentar, ngasih semangat dan selalu menerka-nerka jalan cerita selanjutnya. Of course aku merasa sangat dihargai sebagai penulis amatir. Thanks u, enjoy your time

*

*

*

Starlight in the moonlight

Pertarungan semakin sengit, Ino semakin gencar melakukan penyerangan tanpa memberi Sakura kesempatan untuk menyerang balik. Lupakan tentang keberadaan Sasuke yang harusnya Sakura lindungi. Malah sekarang mereka sudah pindah tempat, jauh dari tempat pertarungan sebelumnya.

Ino melangkah mundur menghindari pedang Sakura yang hampir menggores pipinya lagi.

"Aku terkejut ketika bertemu dengan sesama wanita yang bisa mengendalikan pedangnya dengan sangat apik. Kau tau bukan? Bermain pedang rasanya tabu bagi wanita seperti kita. Disaat para wanita lain sibuk menari, menjahit, bermain musik dan pekerjaan membosankan lainnya. Kita disini beradu nasib siapa yang akan mati."

Sakura setuju dengan perkataan Ino.

"Aku juga tak menyangka, mampu bertemu dengan dirimu, si pembunuh yang selama ini menjadi incaran para kerajaan. Bahkan sekelas Hatake Kakashi pun aku yakin belum pernah bertemu denganmu."

Tubuh keduanya tak bisa dikatakan baik. Pakaian yang robek, darah yang keluar dari bahu, pipi, lengan tangan dan leher Sakura yang tergores pedang milik Ino. Sakura tau Ino tak benar-benar membunuhnya.

"Jika kau bukan bawahan Jenderal Sasuke, aku pasti senang bisa menjadi sekutumu, Sakura."

"Aku tidak punya hobi menghabisi nyawa manusia. Apalagi aku tau fakta bahwa kau bukan pembunuh bayaran. Kau tetap memilih siapa yang akan kau bunuh bukan?"

"Kau benar, aku hanya membunuh kaki tangan Hatake Kakashi tanpa ampun dan semua orang yang menghalangiku."

"Aku sangat berterima kasih jika kau bisa langsung membunuh Hatake Kakashi, Ino. Kita punya dendam yang sama."

Kedua wanita dengan surai yang berbeda itu saling berpandangan. Sakura dapat merasakan bahwa Ino bukanlah orang jahat, niat Ino pun bukan untuk membunuhnya, tapi mengukur seberapa lama Sakura bertahan. Kalau memang Ino ingin membunuhnya, sudah sejak tadi Ino menggunakan racun dan bubuk bunga krisan yang disembunyikannya.

"Aku lihat matamu selalu waspada dengan kantong ini."  Ino memegang kantong warna merah yang dia sematkan pada pinggang kanannya.

"Siapa yang tahu kau akan menggunakan racun itu." Mata Sakura melirik.

"Kau tau?"

"Aku bisa mencium aromanya."

Ino bertepuk tangan, tak menyangka ada orang yang bisa mencium aroma bubuk bunga di kantongnya. Pantas saja jika Sakura tau bahwa dia pelaku atas semua pembunuhan berantai yang terjadi dalam lingkaran istana.

"Tak kusangka, ku pikir hanya aku seorang yang bisa mengekstrak sari bunga krisan, ternyata kau juga bisa."

"Aku memiliki kebun bunga krisan dulu."

"Wah! Mengejutkan Sakura." Mata Ino berbinar-binar. "Harusnya kau terus menjadi petani bunga, Sakura."

Mata Sakura mendelik, melangkah maju menyerang tubuh Ino.

Starlight In The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang