𝟎𝟑. 𝑨𝒍𝒆𝒈𝒓𝒂?

176 26 6
                                    

Hello my freenddd😁...

How are you today?

I'm?

Oh, I'm okay👌

Buat yang baca jangan lupa tinggalin jejak ya,

Follow, vote, juga comment okey?

Met baca freenddd😍

٭٭✰٭٭

"𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑤𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑙𝑢𝑘𝑎. "
-𝑺𝒂𝒎𝒖𝒆𝒍 𝑨𝒍𝒆𝒈𝒓𝒂

٭٭✰٭٭

"Haizel, lo liat fannya ngga? " tanya Theo. Haizel menggeleng pelan, Theo mulai frustasi, seharian ini ia tidak melihat pacarnya itu, Fannya Syarasvati.

Hubungan Theo dan fannya bisa dibilang sangat awet karena sudah bertahan selama tiga tahun. Perkenalan mereka berawal dikelas VIII SMP saat fannya menjadi anak baru disekolah Theo, dari awal memang Theo sudah menyukai gadis itu, namun tanpa disangka ternyata fannya juga sedemikian rupa.

Akhirnya pada awal kelas IX, mereka resmi berpacaran hingga saat ini.

Sementara haizel dan Aslan baru menuju satu tahun lamanya hubungan mereka. Semua berawal dari Haizel yang menyukai Aslan sejak awal MOS. Akhirnya setelah banyaknya usaha yang dilakukan haizel untuk meluluhkan hati Aslan, cowok berhati batu itu luluh juga dan memilih Haizel untuk menjadi pacarnya.

"Makanya kalo punya binik tuh di iket yang kuat biar ngga hilang. " saran Angkara.

Theo menatap Angkara dengan dahi berkerut "mau diiket pake apa nyet? "

"Pake tali kebo! " Angkara asal bicara, dan langsung mengundang gelak tawa dari yang lainnya.

"Tali kebo gigi lo! "
"Lah, kan iya, biar ngga kabur-kaburan gitu, " Angkara masih berusaha mempertahankan argumennya, sementara Theo hanya menatap lelaki itu datar. Sesekali ia meraup kasar wajahnya.

"ya allah, kenapa ketos segoblok ini dipertahanin? ", gumamnya pelan.

Angkara hanya cengengesan melihat wajah frustasi sahabatnya itu.

" Overthinking banget sih, paling juga lagi dikelas, " ucap Angkara.
"Iya, iya, jones, alias jomblo ngenes. "
"Apaan jones? gue jogia. "

Theo kembali menatap angkara heran, " jogia apa lagi gila? "

Inti Alstand yang lainnya juga ikut menatap angkara heran, cowok itu selalu saja punya cara untuk mempertahankan pendapatnya.

"Jogia itu, jomblo bahagia! " Angkara tersenyum puas.

Sahabatnya hanya bisa menggeleng heran.

٭٭✰٭٭

"Hiks,... Mama! Mama dimana? Kenapa mama cepet banget ninggalin aku ma? Aku kangen mama... " Keisya terisak pilu sembari meringis kesakitan menatap kedua lengannya yang sudah penuh dengan luka sayatan.

Luka sayatan yang ia buat sendiri untuk melampiaskan amarahnya.

Dengan nakalnya, cairan bening itu berhasil terjun deras di pipinya hingga membuat kaca mata yang dipakainya berembun. Luka lebam dan luka sayatan yang ada ditubuhnya tidaklah sebanding dengan kehancuran mental dan dunianya selama ini. Luka sayatan itulah yang memaksa gadis itu untuk selalu mengenakan jaket atau hoodie saat keluar rumah.

"Keisya mau bahagia ma, tapi kenapa Tuhan ngga mau kasih keisya kebahagiaan? Kenapa ma?! " suara parau gadis itu kembali terdengar. Cuaca yang tadinya mendung kini telah rintik hujan, seolah semesta juga ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan.

"Tuhan bakal ngasih lo kebahagiaan di waktu yang tepat. "

Keisya sontak menoleh saat mendengar suara itu, tak lupa juga ia segera menarik kembali lengan jaketnya untuk menutupi luka itu.

"Nangis ya? Dasar cengeng." cowok itu kembali berucap di iringi senyuman smirk.

Keisya menatap nyalang cowok itu.

"Bukan urusan lo! " jawabnya ketus. Dia benci disaat ada orang lain yang mengetahui bagaimana hancurnya dan rapuhnya seorang keisya.

"Memang." balas Samuel dingin. Memang dasarnya cowok itu sangat irit bicara.

"Pergi aja sana! " titah keisya.

"Bukan tanah bokap lo."

"Gue mau sendiri. " keisya berujar dingin, dan mulai mengenakan kembali maskernya. Namun yang diminta pergi hanya diam sembari menatap kedua sepatu yang melekat di kedua kaki jenjangnya.

"Udah hujan, buruan pulang. "

Samuel kembali menatap gadis yang ada dihadapannya dengan tatapan datar.

Keisya bergeming menatap langit yang mulai menjatuhkan butir-butir hujan tanpa menoleh sedikitpun pada Samuel.

"Gue suka hujan." katanya pelan.

Samuel mendengus pelan, berpindah tempat untuk berdiri disamping gadis itu. "Habis ditampar siapa? Bokap? "

"Bukan urusan lo! " balas keisya pedas.

"Hmm, " Samuel mengangguk pelan dan menoleh pada gadis itu. "Samuel" ucapnya lagi pada keisya disertai jabatan tangan.

Keisya ikut menoleh dan membalas menjabat tangan Samuel, "Keisya".

Perlahan, bibir Samuel tertarik kesamping, mengukir seulas senyum kecil yang sangat jarang cowok itu nampakkan.

"Kenapa suka hujan? "

Gadis itu tak langsung menjawab, ia terdiam sejenak dan segera mengalihkan pandangannya dari Samuel.

"Hujan itu rumah gue. " jawabnya pelan.

Samuel mengangguk faham.

"Samuel Alegra? " ucap keisya sembari menunjuk nametag yang tertera diseragam Samuel. Cowok itu tak berniat menjawab, ia hanya mengangguk pelan.

"Gue boleh panggil lo alegra? "
"Terserah lo. "

Keisya tersenyum kecil dibalik maskernya, kemudian melepas kacamatanya dan mendongakkan kepalanya untuk menatap langit yang begitu suram karena hujan. Tak lupa, gadis itu membiarkan tubuhnya basah terguyur hujan.

٭٭✰٭٭
Gimana part yang ini frend?

Si keisya kan suka hujan nih, kalo kalian gimana? Suka hujan juga ngga?
Seru loh main hujan😁

Okey deh, besok kita jumpa lagi ya..
See you all next time, freenddd😍

Papay👋👋


AlegraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang