Prologue

87 70 99
                                    

seseorang mendudukkan bokongnya disebuah ranjang yang ukurannya tidak begitu besar. 

menghela nafas cukup dalam kemudian termenung memikirkan akhir dari kisah hidupnya sendiri, memandangi sekitaran ruang kamar yang kini kembali ditempati setelah sekian lama ditinggal begitu saja.

"aku benar-benar kembali ke sini?" ujarnya kemudian tertawa lirih.

disela-sela lirihan tawa tersebut, tanpa disadari bulir airmata mengalir begitu saja dan disusul dengan suara yang awalnya terdengar seperti tawaan menyakitkan berubah menjadi raungan terpedih yang pernah ia rasakan. 

raungan dan tangisan tersebut sebagai bentuk protes terhadap kenyataan pedih yang kini ia rasakan. mengapa harus seperti ini akhirnya? mengapa mereka bertemu? mengapa banyak kenangan manis yang mereka buat?

seharusnya mereka menjadi dua sosok asing yang tidak pernah saling mengenali atau bahkan bertemu.


"Tuhan, apa kau benar-benar ada?" tanyanya dengan isakan yang belum kunjung mereda.

"Apa kau benar-benar mengetahui betapa hancurnya aku saat ini?"

"DIMANA KUASA MU?! ATAU KEBERADAANMU TIDAK BENAR ADANYA?!"

"lihat aku! lihat aku! aku yang katanya kaulah yang menciptakan diriku, aku kehilangan dirinya! kau yang menciptakan takdir agar aku bertemu bahkan mencintai dirinya! setelahnya kau kembali menciptakan takdir keparat ini?" rentetan kalimat tersebut diucapkan dengan perasaan putus asa, sakit, dan marah.

dirinya tetap menangis, lantas apa yang bisa dilakukannya?


perlahan, dirinya merubuhkan tubuhnya diatas ranjang, menangis cukup membuatnya lelah. dengan keadaan sesenggukan, dirinya berusaha memejamkan mata yang cukup sembab untuk tidur guna melupakan kehidupannya setidaknya dalam satu malam.


"aku berharap aku tidak akan pernah bangun" kalimat terakhirnya sebelum terbang ke alam mimpi.

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang