PROLOG

2.6K 156 16
                                    

Resepsi pernikahan Raja dan Ziva terselenggara dengan sangat meriah. Kedua mempelai pengantin tampak begitu serasi ketika bersanding di pelaminan. Faris, Mila, serta Retno tentu saja bahagia ketika mendapat ucapan selamat atas pernikahan putra dan putri mereka. Hari itu Mika ditunjuk untuk menemani Retno duduk bersama di samping kursi pelaminan, sebagai perwakilan Almarhum Ayah Raja.


"Cepat menyusul ya, Mik. Biar nanti kamu yang duduk di pelaminan sama Istrimu," ucap Clarissa Kanigara--Ibu kandung Mika--dengan sengaja.

Wajah Mika jelas langsung memerah dengan sempurna saat mendengar sindiran nyata dari Ibunya.

"Benar kata Mami kamu, Mik. Lihat itu ... Hani saja sudah akan menyusul Ziva dan Raja sebentar lagi. Kamu kapan, Nak? Kapan kami akan melihat hilal dari jodohmu?" tanya Federick Kanigara--Ayah kandung Mika--yang sudah sangat sering bertanya-tanya soal hilal mengenai calon menantunya.

"Sabar saja Pak Fedi ... Bu Clarissa ... siapa tahu nanti jodohnya Mika ternyata bukan hanya akan terlihat hilalnya, tapi akan langsung dibawa ke KUA oleh Mika sendiri," ujar Retno, mencoba menyelamatkan wajah Mika yang sedang dipertaruhkan.

"Itu benar, Pak Fedi ... Bu Clarissa ... siapa tahu memang pada akhirnya Mika sendiri yang akan meminta dinikahkan cepat-cepat seperti Raja dan Ziva," tambah Faris.

Mika pun langsung menutupi wajahnya menggunakan bunga yang sejak tadi dipegang oleh Ziva.

"Bisa enggak kalian membicarakan aku dari belakang saja? Aku seperti merasa baru saja masuk salah satu acara gosip di televisi," pinta Mika.

"Acara gosip televisi mana yang kamu maksud, Mik?" tanya Raja.

"Itu ... yang disilet-silet, Ja," jawab Mika, dengan wajah polos.

Ziva dan Raja kini hanya bisa tertawa, sementara kedua orangtua Mika tampak benar-benar putus asa setelah melihat bagaimana kelakuan putra mereka saat ada yang membahas soal calon jodoh. Beberapa mata kini menatap ke arah Ziva dan Raja dari meja-meja yang tersedia bagi tamu undangan. Keluarga Hardiman sudah bicara pada Keluarga Bareksa seperti yang disarankan oleh Mika. Bahkan Keluarga Kanigara benar-benar turun tangan secara langsung saat Ambar dan Ramadi mencoba membuat Vano menolak bertanggung jawab atas anak dalam kandungan Rere yang sudah terbukti adalah anak dari Vano. Keluarga Kanigara hampir memutuskan semua kontrak kerja sama dengan perusahaan milik Keluarga Bareksa, kemarin siang, jika Vano tidak mau segera menikahi Rere. Jika sampai semua kontrak kerja sama itu putus, maka Keluarga Bareksa terancam akan mengalami kebangkrutan total.

Kini--mau tak mau--Vano kembali menggandeng Rere dan memperkenalkan wanita itu sebagai calon Istrinya. Ambar maupun Ramadi juga ikut mengakui hal itu di depan semua orang, bahkan mereka kini duduk pada meja yang sama bersama Anita dan Harun sebagai calon besan.

"Wah, pernikahan Ziva dan Raja benar-benar terselenggara dengan meriah. Nanti pernikahan kita juga akan terselenggara semeriah itu 'kan, Van?" tanya Rere, dengan wajah penuh senyum ketika sedang merangkul lengan Vano.

Vano hanya bisa memperlihatkan wajahnya yang datar ketika sedang berduaan dengan Rere. Hal itu jelas memberikan sedikit tekanan kepada Rere, karena dulu Rere tidak pernah sama sekali menghadapi Vano dengan sikapnya yang berbeda.

"Diam kamu!" bentak Vano, dengan suara yang cukup pelan. "Jangan bertingkah! Bagiku kamu tetaplah seorang perempuan murahan! Aku akan menikahi kamu, karena Keluarga Kanigara saat ini sedang memihak pada kamu akibat dari tahunya mereka bahwa anak yang saat ini sedang kamu kandung adalah anakku! Jangan pernah berharap banyak! Aku menikahi kamu hanya karena harus bertangung jawab! Aku sudah enggak cinta lagi sama perempuan murahan seperti kamu! Andai saja aku dan keluargaku enggak keduluan oleh Keluarga Wiratama, maka kini seharusnya aku yang bersanding dengan Ziva di pelaminan itu! Aku dan keluargaku sudah hampir pergi untuk melamar Ziva kemarin, tapi kami malah menerima undangan pernikahan Ziva dengan Raja sebelum niat kami terlaksana! Oh ya, satu lagi ... kamu jangan pernah berharap bisa merasakan hidup yang bahagia seperti Ziva! Manusia tidak tahu diri dan murahan seperti kamu tidak layak mendapat kehidupan yang sempurna seperti kehidupan Ziva! Dia wanita baik-baik, maka dari itu hidupnya bahagia seratus persen!"

Vano pun menghentakkan tangan Rere dari lengannya. Apa yang Vano katakan membuat Rere semakin sakit hati terhadap Ziva. Ia benar-benar kaget saat tahu kalau Keluarga Bareksa hampir saja melamar Ziva untuk dijodohkan dengan Vano. Kini sudah jelas kalau dirinya akan semakin dibanding-bandingkan dengan Ziva saat menikah dengan Vano, nanti.

"Kamu yang jangan macam-macam denganku, Vano," bisik Rere.

Vano pun kembali menatap Rere dengan tatapan dingin seperti tadi.

"Kalau kamu bertingkah jahat kepadaku, aku akan bilang pada Ziva dan Raja tentang tingkahmu itu. Kalau mereka tahu tentang tingkahmu, maka tidak akan butuh waktu lama bagi Mika untuk tahu dan Keluarga Kanigara akan membuat keluargamu hancur tanpa bisa tertolong lagi. Jangan lupa ... aku memang didukung oleh Keluarga Kanigara sekarang. Jadi kalau kamu tidak tunduk padaku, maka kamu akan tahu bagaimana rasanya hidup di jalanan bersama kedua orangtuamu yang sombong itu!"

Wajah Vano jelas langsung memucat ketika mendengar ancaman dari Rere. Rere jelas tidak bermain-main saat mengatakan akan mengadu pada Ziva dan Raja, agar Mika tahu mengenai sikap buruknya dan Keluarga Kanigara bisa langsung memutus semua kontrak kerja sama dengan Keluarga Bareksa. Vano tahu pasti, bahwa Rere tidak pernah bermain-main dengan ucapannya jika sudah mulai memberi ancaman.

Gani menatap ke arah pelaminan dengan marah, namun tatapannya jauh lebih marah lagi saat melihat Rere yang tampaknya benar-benar sudah diterima kembali oleh Vano. Ia benar-benar tidak bisa terima dengan keadaan, bahwa saat ini hanya dirinya yang hancur setelah insiden perselingkuhannya dengan Rere terjadi. Ziva akhirnya menikah dengan Raja dan Rere akhirnya tetap diterima oleh Vano serta Keluarga Bareksa. Hanya dirinya saja yang terpuruk, bahkan dua orang wanita yang berusaha dijodohkan kepada Gani oleh Ayahnya menolak dengan keras perjodohan tersebut meski telah dijanjikan dengan kekayaan berlimpah. Mereka tidak mau menikah dengan Gani, karena tahu bahwa Gani pernah berselingkuh.

"Aku benar-benar ingin membalas dendam, Ma," bisik Gani.

"Kepada siapa? Rere atau Raja?" tanya Arlita, ikut berbisik.

"Rere yang lebih utama, Ma," jawab Gani. "Dia adalah orang yang menjadi pusat kehancuran hidupku. Dia yang sudah membuatku berada di posisi ini sekarang, bukan Raja. Kalau urusan dengan Raja, bisa aku tunda dan kukerjakan nanti. Intinya, aku tidak mau melihat Rere bisa berbahagia dengan Vano setelah dia menghancurkan hubunganku dan Ziva melalui perselingkuhan yang dia cetuskan."

Arlita pun tersenyum miring seraya menatap ke arah putranya.

"Bagus. Itu adalah niatan yang paling bagus, Sayang. Kamu tenang saja. Besok Mama akan bawa kamu pada kenalan Mama yang bisa membantu kita untuk menyerang seseorang tanpa harus mengotori tangan kita sendiri," Arlita meyakinkan Gani.

Tatap mata Gani sekali lagi tertuju pada Ziva dan Raja yang tampak begitu bahagia. Ziva tampak tersenyum penuh cinta ke arah Raja, begitu pula sebaliknya. Membuat hati Gani mendidih tanpa bisa dikendalikan.

* * *

TELUH TANAH KUBURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang