23 | Makhluk Yang Tersisa

1K 113 3
                                    

Semua tanah kuburan yang dikumpulkan dari ketiga rumah para korban kini telah ditumpuk menjadi satu dalam sebuah wadah berbahan besi. Mereka berkumpul bersama mengelilingi wadah tersebut, karena sebentar lagi mereka akan mulai proses mematahkan teluh tanah kubur yang dikirim oleh Heri.


"Bagi yang akan masuk ke dalam dan menangani korban, silakan bersiap sekarang juga. Siapkan semua air yang sudah didoakan untuk melakukan ruqyah terhadap para korban di masing-masing rumah itu," ujar Ziva.

"Mari kita tetap berkomunikasi menggunakan earbuds seperti biasanya. Kita harus saling mengabari, agar tahu kapan sebaiknya memulai untuk meruqyah para korban," ujar Tari.

"Ya, mari lakukan hal itu agar tetap bisa berkomunikasi. Aku akan usahakan bahwa kali ini komunikasi kita tidak akan mengalami kendala apa pun," tanggap Mika.

Mika pun menatap ponselnya dan melihat kalau Rian membuat status baru pada WhatsApp. Ia membuka status itu dan bisa melihat foto serta caption di sana.

"Wah! Wah ... Hani bertingkah!" seru Mika, dengan wajah sebal yang tidak bisa pria itu sembunyikan.

"Bertingkah bagaimana maksudmu, Mik?" tanya Ziva, tak mengerti.

Mika pun menyerahkan ponselnya agar semua sahabatnya bisa melihat status yang dibuat oleh Hani pada ponsel milik Rian.

"Lihat saja sendiri. Lihat kelakuan Hani di belakang kita," jawab Mika.

Ziva dan Tari jelas lebih antusias ingin melihat yang Mika lihat. Raja dan Rasyid hanya mengekor di belakang mereka. Keempat orang tersebut langsung menahan tawa sekuat tenaga, usai melihat status tersebut.

"Wah, Hani sudah menjelma menjadi Putri Salju sejak menjadi calon Istrinya Rian. Kamu kapan, Mik?" tanya Rasyid, dengan sengaja.

Mika tercengang saat mendengar pertanyaan itu terlontar kepadanya. Ia pikir, dengan memperlihatkan status yang Hani buat, maka Hani yang akan mendapat ceramah rohani dari keempat sahabatnya. Tapi sayang, prediksinya salah total. Bukan Hani yang mendapat ceramah rohani, malah dirinya yang mendapat pertanyaan sakral.

"Kenapa jadi aku yang kamu serang, Ras? Seharusnya Hani yang kamu beri ceramah rohani saat ini, biar dia enggak lupa diri," sinis Mika.

"Hani enggak lupa diri, Mik. Buktinya, sekarang dia sudah mendapatkan calon Suami. Kamu yang masih lupa diri. Lupa diri bahwa kamu butuh menemukan calon pendamping yang bisa diperkenalkan kepada Mami dan Papimu," tutur Ziva, sukses merobek-robek perasaan Mika hingga tak bisa lagi berkata-kata.

Raja, Rasyid, dan Tari pun segera beranjak menuju ke rumah-rumah yang harus mereka tuju. Ketiga orang itu masih saja tertawa ketika sudah menjauh dari lokasi ditumpuknya tanah kuburan yang mereka kumpulkan. Mika kini masih menatap sengit ke arah Ziva, meski jemarinya sedang mengetik pesan untuk dikirim kepada Hani.

"Awas ya, Ziv. Kamu tidak akan lolos dari pembalasanku," ancam Mika, setengah sebal pada Ziva.

"Sudah, jangan banyak buang air mulut. Ambil minyak tanahnya dan bawa kemari," pinta Ziva, tak menanggapi ancaman dari Mika.

Mika pun segera berjalan sambil menekuk wajahnya. Ziva hanya berupaya menahan tawanya agar tidak meledak sebelum mereka menghadapi hal yang sebentar lagi akan mereka hadapi. Aksan diminta menunggu saja di dalam mobil, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan jika Heri muncul pada akhirnya. Mika kembali tak lama kemudian sambil membawa dua jeriken minyak tanah. Ziva pun segera membuka kedua jeriken tersebut dan mulai menuang isinya ke dalam wadah berisi tanah kuburan yang telah dikumpulkan tadi.

"Itu harus diberi secara merata?" tanya Mika.

"Iya, Mik. Biar tanah kuburan ini bisa terbakar secara keseluruhan," jawab Ziva.

"Dan kamu memilih minyak tanah karena hasil bakaran yang akan terjadi bisa cukup lama daripada bensin?"

"Ya, itu juga benar."

Ziva pun mengeluarkan korek kayu dan kertas dari dalam sakunya. Ia kini meminta Mika untuk menjauh, karena akan mulai proses mematahkan teluh tanah kubur. Mika pun segera mundur beberapa langkah seperti yang Ziva inginkan. Ziva kini menyalakan korek kayu yang dipegangnya, lalu mulai membakar kertas yang ia pegang di tangan kiri.

"Bismillahirrahmanirrahim, A'udzubikalimatillahi taammati min syarri maa khalaq," ucap Ziva, yang kemudian melempar kertas terbakar dari tangannya ke dalam wadah besi.

BRRRUUFFFFHHH!!!

Wadah yang terbuat dari besi itu pun langsung menyala dengan sempurna. Semua tanah kuburan yang sudah dikumpulkan kini terbakar di dalam wadah itu. Tidak ada celah sedikit pun di dalam wadah besi itu yang disisakan oleh Ziva.

BOOMMMM!!!

Wadah tanah liat yang ada di atas meja persembahan di rumah Heri mendadak meledak hingga hancur berkeping-keping. Semua bunga tujuh rupa yang disediakan oleh laki-laki itu pun berhamburan di lantai bersama bongkahan-bongkahan kemenyan merah dan juga serpihan wadah tanah liat yang meledak tadi. Heri berlari dari belakang rumahnya menuju ke dalam kamar yang ia jadikan tempat melaksanakan ritual teluh tanah kubur. Kedua matanya langsung terbelalak saat menyaksikan semua usahanya yang kini telah hancur lebur tanpa sisa.

"KURANG AJAR!!! BERANI-BERANINYA ORANG-ORANG KOTA ITU MENGUSIK RITUAL PEMBALASAN DENDAMKU!!! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN MEREKA LOLOS DARI SEMUA YANG TELAH MEREKA LAKUKAN!!!" teriak Heri, dengan amarah yang berkobar.

Di perumahan tempat para korban tinggal, Ziva dan Mika tampak masih menatap ke arah wadah besi yang masih berkobar api di atasnya. Mereka berdua kini mengawasi sambil mencoba mencari tahu tentang keadaan di dalam ketiga rumah para korban.

"Ada yang ingin dilaporkan?" tanya Mika.

"Bintik-bintik merah yang terjadi pada sekujur tubuh korban pria sudah menghilang. Panas akibat demam yang mereka alami, baik itu korban pria ataupun korban wanita sudah menurun ke suhu tubuh normal," lapor Raja.

"Aku akan meminta Istri atau anak korban di rumah nomor 8F untuk memeriksa tubuh korban pria. Aku tidak bisa memastikan sendiri soal bintik-bintik merah di tubuh korban pria," ujar Tari.

"Iya, Tari. Mintalah pada Istri atau anak korban untuk memeriksa tubuh kepala keluarga mereka," Ziva setuju.

"Apa yang Raja laporkan sama persis seperti yang aku saksikan di rumah nomor 7F," tambah Rasyid.

Ziva pun kini menatap ke arah Mika yang masih berada di sampingnya.

"Makhluk-makhluk yang memenuhi ketiga rumah itu kini sudah pergi. Yang tersisa di sana hanya satu makhluk. Tampaknya dia adalah yang memimpin di dalam ritual teluh tanah kubur, yang dilakukan oleh Heri," ujar Ziva.

"Makhluk apa yang kamu lihat itu, Ziv?" tanya Mika.

"Banaspati, Mik. Itulah mengapa para korban mengalami demam yang sangat tinggi dan tidak pernah turun. Makhluk itu membakar manusia yang dianggap mengusik baginya. Dan tampaknya Heri meyakinkan banaspati itu bahwa tiga keluarga yang sedang kita tangani adalah manusia yang berusaha mengusiknya," jawab Ziva.

* * *

TELUH TANAH KUBURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang