15: Efforts

859 87 10
                                    

"Woaahh... woaahhh... WAAHHH... WOAAAAHH!!!"

Decakan kagum tidak berhenti keluar dari mulut Hiresh saat dia masuk ke dalam rumah. Tadi Javin berinisiatif untuk memberi kejutan untuk Hiresh sehingga anak itu di ungsikan ke taman depan bersama Hari dan Yoel yang menemani. Katanya agar saat masuk nanti Anak bungsu Akhilendra itu akan terkejut saat melihat seisi rumah yang sudah mereka tempeli beberapa pernak pernik dimulai dari yang menggemaskan sampai yang mengkhawatirkan. Dan benar saja, begitu Hiresh melihat banyak sekali sticker dan tulisan di setiap sudut rumah, bibirnya terus terbuka bersama decakan kagum yang terdengar menggemaskan.

"Ih ini siapa yang bikin?" Hiresh menunjuk sebuah stickey notes yang bertuliskan 'Ini susu, kalo mau tau caranya bikin susu liat noh notes punyanya Javin.'

"Gue, nape? Kagak seneng lu?" Janu mengangkat dagunya.

"Idih, gak kreatif."

Selanjutnya Hiresh kembali menelusuri setiap inci sudut rumahnya. Senyumnya merekah, mereka semua benar-benar melakukan usaha yang luar biasa untuk melakukan ini. Dimulai dari cara membuat susu, arah kamar mandi, kamar tidur, tempat belajar, ruang buku sampai cara memakai sepatu pun mereka menulisnya dengan apik. Lucunya di setiap sudut notes yang sudah ditulis oleh teman-temannya dan teman sang Kakak terdapat kalimat yang membuat Hiresh tersenyum lebar sekali, seperti Jazil yang menulis 'Hiresh ayo senyum yang manisss.' Atau Jaya yang menulis 'Satu titik, dua koma, Hiresh ganteng senyumnya mana?' Hal itu membuat Hiresh benar-benar merasa mulai sekarang dia harus benar-benar banyak bersyukur.

"Makasih banyaaakkk yaaa!!!" Hiresh berlari kecil dari dalam rumah menghampiri orang-orang yang sedang meminum jus di teras, "MAKASIH BANYAAAKK BANGET..."

"Sama-sama, sini duduk." Atha menepuk sisinya yang kosong.

"Ini aku harus apa buat bales ini semua?" Tanya Hiresh begitu polos.

"Cukup dengan kamu sehat dan bahagia udah cukup kok." Jawab Daya, "Mulai sekarang janji buat terus bahagia ya Hiresh?"

"Hehehe... janji."

"Lo sering-sering deket gue aja biar bahagia." Javin memainkan alisnya.

"YEUUUU..."

Sontak saja perbuatannya mendapat sorakan tidak terima.

Tadinya mereka akan melanjutkan sesi ributnya bersama Javin. Tapi suara mesin mobil yang berhenti di depan gerbang rumah mengalihkan eksistensi ke-12 manusia disana. Yoel menatap was-was seseorang yang baru saja keluar dari mobil. Helaan nafas lega langsung keluar begitu dia melihat Jovan yang datang masih dengan seragam rumah sakitnya. Yoel takut kedua orang tuanya datang secara tiba-tiba seperti beberapa hari yang lalu. Jadi saat ada seseorang yang datang tanpa mengabari, Yoel sedikit was-was sekarang.

"Waduh... lagi ada syukuran nih?" Jovan menatap 12 laki-laki yang sedang menatapnya, "Rame banget..."

"Hehehe... apa kabar Bang Jo?" Jaya menjadi orang pertama yang bangkit lalu menyalimi Jovan.

"Baik, kalian gimana? Pangling banget Abang liat kalian."

"Baik juga kok Bang." Hari tersenyum, "Masuk Bang... baru pulang dari rumah sakit ya?"

"Iya nih, makanya enggak bisa lama."

"Ayo Bang, kita ngobrol di dalem aja." Yoel mempersilahkan Kakak sepupunya untuk masuk.

Atha menepuk bahu Daya. "Ke dalem dulu ya? Hiresh ayok."

Ke-empat saudara itu duduk di ruang tengah yang masih sedikit berantakan. Sisa-sisa barang masih berserakan di tengah-tengah ruangan, Jovan tersenyum saat melihat isi rumah yang dipenuhi tulisan-tulisan untuk Hiresh. Rupanya mereka sudah melakukan hal sejauh ini tanpa diberitau sebelumnya. Pantas saja ada mereka berkumpul hari ini, rupanya mereka baru saja mengerjakan ini.

4 BROTHERS || J-Line TreasureWhere stories live. Discover now