1 | Titik awal di masalalu

390 48 9
                                    


                       T H E M I S S I O N
                             Newversion!

Happy reading 🖤
.
.
.
.
.
.

"Sekarang jelaskan! Bagaimana bisa anjing kesayangan milik Dimas mati?!"

Suara wanita paruh baya itu menggema seolah menuntut jawaban atas pertanyaan yang baru saja terlontar. Di lihat dari situasinya, ia benar-benar sedang dalam keadaan marah sedangkan gadis kecil yang menjadi objek kemarahannya hanya diam tanpa ekspresi. Tidak takut ataupun merasa bersalah.

"Hewan itu terus mendekatiku walaupun aku sudah mengusirnya, Mama. Itu benar-benar menggangguku. Satu-satunya cara agar dia bersikap tenang dan berhenti menggangguku, dia harus hilang."

Gadis itu menjawab dengan tenang, seolah tindakannya memang benar.

"Apa dengan membunuhnya? Kau liat, 'kan? Adikmu itu begitu sedih."

"Hanya itu yang aku bisa pikirkan. Dengan begitu aku terbebas dari gangguannya selamanya."

Wanita paruh baya itu menghela nafas frustasi, tidak habis pikir dengan jalan pikiran putri sulungnya yang berusia sepuluh tahun itu.

"Kau benar-benar tidak tertolong, Ara! Bertindak tanpa hati. Secepatnya Mama akan mengatakan kepada Papa. Renungi kesalahanmu ini!"

Setelahnya Mama pergi. Tinggallah gadis kecil itu seorang diri. Kamarnya nampak temaram, satu-satunya sumber pencahayaan berasal dari cahaya bulan yang sedang dalam fase purnama masuk melalui celah fentilasi. Serta garis cahaya pintu kamar yang tidak tertutup rapat.

"Mata melotot, dan suara meninggi. Mama marah?" tanyanya bermonolog.

Setelahnya gadis kecil yang kerap di sapa Ara itu memilih untuk tidur. Biasanya, Mama akan membacakan dongeng petualangan dunia favoritnya sebelum tidur atau jika sedang ingin, beberapa lagu pengantar tidur juga disenandungkan. Tapi, apa salahnya? Malam ini kebiasaan itu terlewatkan.

***
Saat malam sekali, ketika suara hewan malam saling bersahutan. Ara terbangun, setelah menggeliat pelan akibat mimpi buruknya. Ia bangun dengan keringat bercucuran. Terakhir kali, gadis kecil itu ingat bahwa setelah Mama keluar, keheningan menyambut sehingga matanya memberat lalu akhirnya terpejam.

Namun, yang memancing rasa penasarannya itu suara berisik di bawah sana, berasal dari kamar Mama dan Papa di lantai satu. Untuk mengobati rasa penasarannya itu, dengan gaun tidur putih polos di bawah lutut ia berjalan perlahan dengan wajah pias.

Sembari menuruti satu persatu anak tangga, suara-suara aneh semakin menggema, dan teriakan demi teriakan terdengar kuat seiring mendekati jarak kamar orang tuanya. Ketika tiba di depan pintu, dengan wajah tenang ia mulai membuka perlahan pintu itu. Gadis kecil itu tidak bisa tidak kaget melihat pemandangan di depan sana.

Kaki kecil yang berdiri dengan susah payah untuk menopang tubuh mungilnya. Walaupun tidak dapat mengobservasi keadaan yang saat ini terjadi, mata sayu itu tetap menatap keadaan di balik celah kecil yang dihasilkan oleh pintu kamar yang tidak di bukanya sempurna.

Di sana ada Mama dan Papa yang sedang dibekap mulutnya oleh seseorang yang sedang membelakangi arah pintu. Kondisi orang tuanya tidak bisa dikatakan baik sebab banyak luka dan darah di tubuh mereka. Di sana Mama yang melihat ada Ara melotot kaget, dan segera memberi isyarat agar gadis itu cepat pergi dari sana. Itu tentu bukan ranah anak perempuan usia sepuluh tahun sedangkan Ara hanya diam sembari meneliti satu persatu luka di tubuh mereka. Banyak luka memar, dan luka tikaman. Darah di mana-mana. Ara lebih melihat orang asing itu memperlakukan mama dan papa seperti binatang.

The Mission [NEW VERSION!]Where stories live. Discover now