2 | Dia, Bell.

69 12 6
                                    

             Jangan lupa vote+komen!

Happy reading!
.
.
.
.
.
.

7 tahun kemudian ....

Pagi sekali, mading menjadi titik kumpul beberapa murid dengan kehebohannya masing-masing. Beberapa bahkan rela datang sepagi ini hanya untuk melihat lebih awal pengumuman di mading itu. Di sana tertera nama-nama yang diurutkan dari yang murid teratas dan terbawah nilainya di angkatan masing-masing.

Seiring berjalannya waktu, murid-murid mulai datang dan memadati sisi mading. Padahal itu hanya sebatas nilai UTS saja tapi sangat mengundang antusiasme siswa. Itu sebab, SMA Jaya Bangsa menjadi salah satu sekolah elit yang menjunjung nilai dan otak siswanya. Hal itulah yang menjadikan nilai sekecil apapun menjadi percikan persaingan sebesar itu.

Tidak banyak yang terjadi, hanya raut kekecewaan yang terlihat jelas pada penyandang nama yang terletak dibawah nama-nama lainnya. Meskipun nilainya masih bisa dikatakan baik dan memenuhi KKM, namun inilah yang membedakan tingkat keambisan para siswa di sekolah ini. Ada pula yang berusaha menyembunyikan kekesalannya karena namanya terletak dibawah temannya, beginilah yang terjadi usai ulangan diadakan semua senyum siswa-siswi itu menjadi palsu dan basa-basi yang dilakukan untuk sekedar memamerkan nilainya yang mungkin lebih baik dari yang lain.

Dibalik padatnya sisi mading atensi siswa teralihkan dengan sosok yang baru saja melintas menghiraukan hiruk pikuk antar siswa. Berjalan dengan langkah pasti menonjolkan kepercayaan dirinya. Buru-buru mereka memberi jalan, dan seketika senyap mendera. Napas sebagian dari mereka tercekat, bahkan tidak ada yang berani menatapnya lebih dari lima menit.

"Siapa dia?"

Nampak pertanyaan itu berasal dari cowok sisi kanan yang sejak tadi ikut meramaikan perkumpulan Mading. Ia sendiri hanya bingung apa yang sedang terjadi.

"Dia Bell, pemilik nama teratas tadi. " Temannya yang menjawab, langsung saja menunjuk nama Bell yang tertera paling atas di angkatan kelas 12.

"Udah seminggu gue di sini dan ini kali pertama gue tau kalau dia pemilik nama Bell itu," katanya pelan.

"Sejak UTS selesai seminggu sebelumnya, dia udah ngilang dan baru muncul lagi hari ini pas hari pengumuman nilai."

"Lagian aneh, emang sistem UTS kalian seformal ini?"

"SMA Jaya Bangsa emang gitu jadi enggak usah heran lagipula sistem UTS harus dilaksanakan serentak dari kelas 10 hingga 12. Kedepannya lo bakal sering nemuin hal yang aneh."

"Terus lo bisa jelasin kenapa murid-murid tadi langsung senyap? Emang dia siapa?" Agaknya cowok itu semakin penasaran sehingga terus menghadirkan pertanyaan untuk mengobatinya.

Seketika teman yang menjadi lawan bicara cowok tadi menegang. Dengan gerakan perlahan ia mengedarkan pandangannya menginterupsi keadaan. Lalu tangannya naik mengisyaratkan untuk jangan berisik dan tetap menjaga bicaranya agar tak sembarang kata terucap bebas semaunya.

"Lo cari mati? Jangan beri makan rasa penasaran lo itu. Gue lupa kasih tau tentang hal-hal yang gak boleh lo lakuin di sekolah ini."

Alis cowok itu mengerut samar. "Emang kenapa?"

"Alfarendra Rey Pratama, lo gila? Ini lingkungan baru buat lo. Baru kemarin lo masuk dan lo jangan gegabah. Ikut gue!" serunya mulai melangkah pergi.

Sontak Rey langsung mengekori dengan rasa penasaran yang besar.

Sesampainya di tempat yang dirasa jauh dari peradaban murid-murid, mereka berhenti. Langsung saja cowok yang menjadi lawan bicara Rey mengeluarkan kertas dan pulpen lalu mulai menulis. Ketika Rey akan mengintip dia segera menutup kertas dan mendelik tajam. Mau tak mau Rey hanya tersenyum sembari mengaruk tengkuknya. Setelah selesai berkutat dengan lembaran itu ia langsung menyerahkannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Mission [NEW VERSION!]Where stories live. Discover now