chapter 16

17.8K 661 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.

' karena dalam hal mencintai, pilihannya hanya dua yaitu halalkan atau tinggalkan '

- Aldevaro Ghazi Atharrayhan -

.
.

Suasana kisruh sedang terjadi di dalam ndalem. terlihat para pengurus pesantren dan juga tak luput dari keluarga ndalem tengah menghakimi dua bersaudara itu.

" Apa benar kalian berdua telah melakukan hal yang rendahan seperti itu terhadap Xavia? " tanya Gus Mahen menelisik tajam kearah mereka berdua.

" Saya tidak menyangka di pesantren yang saya dirikan ini telah dijadikan sebagai tempat untuk merundung orang lain, " sahut kyai Alif dengan nada yang kecewa.

" Apa alasan kalian melakukan hal ini? " sahut Gus Mahen menuntut jawaban.

Tidak ada jawaban dari kedua bersaudara itu.

" Dan kamu Bara, berani sekali kamu ingin melecehkan seorang santri putri disini. dimana harga diri kamu sebagai seorang laki-laki? " ujar Gus Mahen berusaha menahan amarahnya.

" Itu urusan saya, " jawab Bara ketus.

" Kamu mengatakan apa tadi? urusan kamu? "

" Kamu tahu, dulu Rasullullah berjihad mati-matian untuk menaikkan derajat para perempuan. tapi sekarang kamu malah seenaknya ingin menurunkan harga diri dari seorang perempuan muslimah. kamu tau apa hukuman bagi para pelaku zina? seorang pelaku zina yang belum menikah maka akan mendapatkan hukuman cambuk seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. sementara pelaku zina yang sudah menikah namun dia berzina dengan orang selain suami atau istrinya maka hukumannya adalah dirajam sampai mati, " sambung Gus Varo.

" Sabar Gus, " gumam Gus Arsha hanya bisa menenangkan lelaki itu.

" Saya heran, bagaimana bisa kamu berkeliaran di area santri putri tanpa diketahui oleh petugas keamanan? " tutur Gus Varo tidak habis pikir.

" Sekarang kalian berdua dengarkan saya. karena Gus Varo telah datang tepat waktu untuk menolong Xavia dan kamu tidak jadi untuk melecehkan Xavia dengan perbuatan yang lebih jauh, maka sebagai hukumannya kalian berdua yang harus membersihkan area masjid selama satu minggu ke depan dan saya juga akan menghukum cambuk kamu sebanyak sepuluh kali sebagai peringatan, " titah Gus Mahen.

" Saya izin menambahkan Gus. hafalkan juga satu juz dalam Al-Qur'an setelah itu setorkan kepada ustadz atau ustadzah disini dalam waktu lima hari, " titah Gus Varo terdengar tidak ingin dibantah sekalipun.

" Dan juga, saya ingin kalian berdua menghafalkan nadhom maliki lalu setorkan besok kepada saya setelah sholat isya'. jika kalian tidak datang, maka saya akan menambah hukuman kalian berdua, " sambung Gus Varo menambahkan.

Mendengarkan hal tersebut, kedua bersaudara itu melototkan matanya. kejam sekali memberikan hukuman sebanyak itu, pikir mereka.

" Tidak bisa seperti itu Gus, banyak sekali, " protes Salsa tidak terima.

" Kenapa kamu protes? bukankah seharusnya kamu dan saudara kamu itu telah memikirkan konsekuensinya sebelum bertindak nekat saat itu? " cerca Gus Varo sedikit ketus.

" Boleh sedikit dikurangi tidak? " ujar Salsa berusaha bernegosiasi namun ternyata malah mendapat penolakan tegas dari sang empu.

" Tidak, " tolak Gus Varo.

" Hukuman kalian akan berlangsung mulai hari ini, " sahut Gus Mahen.

" Ustadz dan ustadzah, saya minta kalian mengawasi mereka berdua selama masa hukuman mereka berdua berlangsung dan jangan sampai berita ini sampai ditelinga santri-santri yang lain! " ucap kyai Alif.

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Where stories live. Discover now