24 - Vicious Circle

155 12 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Asher Bolkiah Al Rashaed— kepala Zaura Mohsen penuh dengan satu nama tersebut akhir-akhir ini. Tinggal dan hidup bersama dengan Asher membuatnya menyadari satu hal juga mempertanyakan satu hal yaitu .... apakah pria sebaik Asher pantas untuk dirinya yang seperti ini?

Kalau mempertimbangan jawaban dari Zaura sendiri maka wanita itu akan secara jelas dan lantang mengatakan kalau dia tidak cukup baik bagi Asher si manusia yang hampir menyerupai perfect guy. Wanita itu bahkan mulai berandai-andai dan berpikir apakah dirinya menyelamatkan dunia dikehidupan sebelumnya hingga menjadi wanita seberuntung ini?

"Ma'am."

Hufazaiah menginterupsi kegiatan Zaura yang sedang melamun, wanita itu mengangkat kepalanya untuk menatap sang personal asisten dari kaca depannya.

"Ada apa?" Tanya Zaura dengan suara pelan.

Kali ini wanita itu berbalik dan turun dari mini stage tempatnya berdiri tadi, agak kesusahan karena dia harus mengangkat gaun putih panjang yang dia kenakan. Zaura semakin mengerutu kesal saat heels setingga tujuh centimeter yang dia kenakan hampir membuatnya terjerembab ke depan jika saja Hufazaiah tidak cepat tanggap.

"Anda baik-baik saja?" Tanya wanita itu khawatir, dia membantu Zaura untuk berdiri dengan tegak dan setelah memastikan kalau sang junjungan berdiri dengan benar dia melepaskan tangannya dan mundur satu langkah dengan sopan.

"Ya saya okay, tadi kamu hendak bilang apa?"

"Oh itu, saya hendak memberitahu Anda kalau Mrs. Mohsen sudah sampai begitupun juga dengan His Highness Asher mereka saat ini menunggu Anda di waiting room."

Zaura mengangguk. "Ibunda saya dari aiport langsung kemari ya?" Tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat.

Wanita itu agak takjub dengan ketahanan Ibundanya, maksudnya setelah long flight Jakarta — Dubai harusnya Ibundanya itu beristirahat terlebih dahulu bukannya menyusulnya fitting gaun yang akan dia kenakan saat resepsi yang akan dilaksanakan beberapa hari ke depan.

"Beliau mengatakan tidak ingin melewatkan momen ini Ma'am."

"Oh tentu saja!" Balas Zaura dengan suara pelan namun terdengar menusuk.

Reaksinya terdengar seperti sebuah sarkasme tidak langsung bagi yang mendengarnya. Tania Mohsen tentu saja tidak akan melewatkan momen-momen yang selalu ditunggunya selama ia hidup. Sejak Zaura beranjak dewasa atau mungkin lebih tepatnya sejak dia selesai menempuh pendidikan formalnya sang Ibunda selalu dan setiap saat mengutarakan keinginanya agar anaknya segera menikah jadi bukan hal baru lagi kalau Tania Mohsen lebih bersemangat dibanding dengan anaknya sendiri.

Hufaziah tidak berkomentar, wanita yang menjadi personal asisten tetap Zaura itu hanya menundukkan kepalanya sopan memilih untuk mengabaikan.

"Memangnya apa sih yang ingin dilihat dari ini?" Tanya Zaura menyerupai gumaman untuk dirinya sendiri.

Lady Al RashaedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang