25 - Never Ending

216 16 9
                                    

Dongeng, mungkin itu adalah satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan wedding ceremony mereka

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Dongeng, mungkin itu adalah satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan wedding ceremony mereka. Zaura Mohsen Bint Al Rashaed tidak dapat menemukan kata yang paling tepat selain sempurna tanpa cela. Kesan mewah memancar dari segala sudut ruangan dan sejauh mata memandang matanya menangkap banyaknya tamu undangan yang kelihatan sangat berkelas.

Wanita itu berusaha sangat keras untuk tidak melakukan tindakan ceroboh seperti misalnya menginjak gaun panjangnya sendiri atau jatuh terjerembab ke depan yang nantinya akan berakhir sangat memalukan.

"Punya waktu sebentar untuk berbicara dengan ayah?"

Abdurrahaman Mohsen mengetuk waiting room anaknya dengan pelan, pria paruh baya itu sudah berada di depan pintu yang terbuka dan tengah menatap sang anak dengan matanya yang memerah.

Zaura menatap Asher yang ada di sebelahnya, sebelum mengangguk sebagai jawaban membiarkan ayahnya serta Ibundanya masuk ke dalam.

"I'll give you some privacy," ujar Asher setengah berbisik sebelum berlalu keluar dari waiting room, pria itu sempat menyempatkan untuk menyapa sopan mertuanya sebelum menutup pintunya.

"Bagaiamana perasaan kamu?" Thania Mohsen mendekati anaknya dengan mata yang berkaca-kaca, Zaura menebak kalau ibunya tersebut baru saja menangis entah karena alasan apa.

Dengan canggung Zaura menjawab. "So nervous."

Thania mengangguk kakinya berderap mendekati Zaura dan langsung mendekap sang anak dengan erat. Tindakannya yang tiba-tiba membuat Zaura sendiri terkejut dia membeku merasakan hangatnya dekapan sang Ibu. It's been  a long time, matanya ikutan memanas dan wanita itu berusaha sekuat mungkin untuk tidak menjadi emosional di saat-saat seperti ini.

"Bunda hanya ingin meminta maaf atas segalanya yang terjadi, atas hari ini maupun tujuh tahun yang lalu harusnya Bunda mempertahankan kamu lebih keras," kata Thania nyaris seperti sebuah bisikan.

Setelah tujuh tahun berlalu akhirnya dia dapat meminta maaf dengan benar kepada anaknya. Rasa penyesalan karena dahulu berkata buruk kepada Zaura dan lebih mempercayai perkataan orang lain dibandingkan anaknya sendiri tiba-tiba bercampur menjadi satu tak tertahankan dan Thania tidak suka itu.

"Zaura baik-baik saja sekarang," ujar wanita itu membalas.

Setelah percakapannya dengan Asher tempo hari Zaura tahu kalau dia harus berdamai dan menerima segalanya, dia harus senantiasa ikhlas agar konflik diantara dirinya dan orang tuanya tidak semakin berlarut-larut.

Zaura mengurai pelukannya dengan sang Ibunda. "Lagipula Zaura tahu kalau yang Bunda lakukan demi kebaikan aku sendiri."

"Tidak Ning Zaura kali ini Bunda dan Ayah kamu yang bersalah, orang tua juga bisa salah kami yang selalu memaksakan kehendak kami dan tidak pernah mau mendengarkan pendapat kamu."

"Bundamu benar, sebagai orang tua kami meminta maaf Mbak."

Abdurrahman yang sejak tadi hanya diam kini membuka suaranya, paruh baya yang punya gengsi besar itu akhirnya mengakui kesalahannya kepada anaknya dengan lapang dada walaupun semua itu membutuhkan tujuh tahun.

Lady Al RashaedWhere stories live. Discover now