Chapter 28

2.1K 430 69
                                    

Gadis itu menghela nafasnya, sudah satu jam ia menangis dan meluapkan emosinya untuk pertama kalinya didepan sang ayah.

Sasuke masih sibuk mengobati tangan [Name] yang terluka, matanya menatap fokus luka dan membersihkannya dengan teliti.

[Name] menatap Sasuke dengan lekat, senyuman tipis muncul dibibirnya, perasaannya kini mulai menghangat. Ahh, jadi ini rasanya mempunyai seorang ayah? Hangat ternyata.

Dikehidupan sebelumnya, [Name] tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang layak dari ayahnya. Dan sekarang ia mendapatkanya dari Sasuke.

Tapi... Ntah kenapa ini jadi terasa aneh...

"Masih sakit? Apa aku memperban nya terlalu kencang?" tanya Sasuke. [Name] menggelengkan kepalanya.

"Tidak, ini sudah pas," jawab [Name], Sasuke kemudian berdiri dan menyodorkan tangannya.

"Ayo, kita pulang kerumah." ajak Sasuke diangguki [Name].

"Ayah, apa ayah janji tidak akan meninggalkanku?"

"Ya, ayah janji,"

****

"[Name], apa kau akan pergi ke asrama secepat ini? Tidak bisakah tinggal disini lagi sebentar?" tanya Sakura dengan ragu, [Name] menggeleng pelan.

"Tidak bisa,"

"Apa ini karna kejadian semalam?" tanya Sakura lagi.

"Tidak,"

Sakura datang menghampiri [Name] dan memeluknya erat dari belakang, sedangkan [Name] hanya memutar bola matanya malas.

[Name] menepis kedua tangan Sakura lembut dengan raut ketus. "Ma, aku hanya tinggal di asrama Anbu, bukan jadi mayat."

Sakura menggeleng pelan. Ia menatap sang anak dengan sedih, tangannya terulur mengelus rambut [Name] namun ditepis olehnya.

"Aku pergi," ucapnya pamit sambil menggendong tasnya yang cukup berat, Sakura menahan tangan [Name].

Cairan bening keluar dari mata Sakura. Wanita yang mengaku sebagai Ibunya itu menatapnya dengan raut sedih.

"[Name], Mama minta maaf kalau Mama salah,"

"Mama selalu meminta maaf padaku, tapi kenapa nanti terulang lagi? Kalau begitu tidak usah meminta maaf kalau mau mengulangi kesalahan itu lagi."

Ucapan [Name] mampu membuat Sakura diam seribu bahasa, lidahnya terasa kelu dan hatinya terasa ditusuk dengan ribuan jarum.

Sakura mengelap air matanya dan kemudian memeluk [Name] dengan erat seolah tak mau dilepas. Gadis itu menghela nafasnya panjang dan memegang kedua bahu Sakura lalu mendorongnya pelan.

"Ma, bukan berarti aku selalu memaafkanmu. Tapi adakalanya aku juga lelah dengan sifat mama yang selalu naif dan pilih kasih dengan Sarada."

[Name] menatap tajam Sakura, netranya menatap lekat Sang ibu yang KATANYA tidak membedakan kedua anaknya.

[Name] mendesis pelan dan melirik kearah tangannya yang terluka.

'Uhh, sakit,' batin [Name].

"K-kau tidak boleh seperti itu pada orang tuamu [Name], nanti kau akan menyesal kalau kedua orang tuamu meninggal," ucap Sakura membela diri.

[Name] menaikkan alisnya, ia menatap remeh Sakura. "Kalau begitu kubalikkan kata-katanya. "Tidak boleh seperti itu pada anakmu, nanti kau akan menyesal kalau anakmu mati," bagaimana?"

Sakura bungkam, [Name] memutar bola matanya malas dan berjalan pergi keluar, terlihat Sasuke yang tampaknya menunggu dirinya keluar.

Senyuman terbit dari bibir [Name], ia berlari kecil kearahnya.

"Ay---"

"Papa!" panggil Sarada yang terlebih dahulu berlari kearah Sasuke, ia menggenggam tangan Sasuke dan tersenyum lebar.

"Ayo, katanya papa akan membelikanku makanan manis kan?" tanya Sarada. Sasuke mengangguk pelan dan menarik tangan Sarada.

"Iya, maaf ya semalam papa tidak ke Sarada dulu," ucap Sasuke.

Sarada menggeleng gelengkan kepalanya, ia memeluk tangan Sasuke erat.

"Tidak apa, lagipula [Name] kan kasihan nanti," ucapnya yang mulai berjalan.

[Name] membeku tak percaya, tatapannya berubah menjadi tatapan kosong, ia mengepalkan tangannya kesal.

Dia kemudian berlari kencang dan membiarkan air matanya menetes. [Name] melewati perbatasan Kohona, dirinya berjalan pelan dan seketika menghilang dengan sekejab.

Tahukah sakit yang tak terobati? Belum cepat sembuh tertikam lagi

[Name] menangis sejadi-jadinya, ia meringkuk dan membiarkan hujan membasahi badannya. Bohong, ia mendapat semua kebohongan, mulai dari ayah, ibu, dan Sarada.

Seseorang berjalan kearahnya dan kemudian mengelus kepalanya, ia mendongak dan melihat Orochimaru yang tersenyum tipis kearahnya.

"Orochi?.... Apa yang kau lakukan disini?" tanya [Name] sambil mengelap air matanya. Orochimaru tidak menjawab pertanyaan [Name].

Ia melepaskan jaketnya dan segera memakaikannya ke [Name], gadis itu terdiam sejenak lalu menatap Orochimaru bingung.

"Apa yang Orochi lakukan?"

Siluman ular itu kemudian berjongkok. "Ayo, akan kugendong sampai kita pulang ke rumah."

[Name] terdiam tapi kemudian menuruti perkataan Orochimaru. Siluman ular itu menggendong [Name] dipunggungnya.

Gadis itu menyembunyikan kepalanya dileher Orochimaru. "Orochi..."

"Hmm,"

"[Name] tidak mau pulang ke Konoha," ucap [Name] dengan suara seraknya.

".... Kita tidak akan pulang ke Konoha, tapi kita akan pulang kerumah," balas Orochimaru, [Name] mengangguk paham.

"Aku, tidak akan meninggalkanmu [Name]." ucap Orochimaru tiba-tiba. [Name] terkekeh pelan.

"Ayah semalam bilang seperti itu, tapi nyatanya dia meninggalkanku sendirian dikegelapan dunia ini." jawab [Name].

Orochimaru menggelengkan kepalanya.

"Tidak, kali ini aku benar-benar aku melindungimu, walau dunia membencimu, aku akan tetap berada disisimu."

"Ohh ya? Aneh rasanya kalau seorang Orochimaru mengucapkan hal itu,"

"... [Name], sejak kau tinggal dirumahku, aku mulai menganggapmu sebagai anakku, mau bagaimanapun juga, dan sampai kapanpun itu aku akan berada disisimu."

"Aku gagal sebagai teman dan gagal juga sebagai guru, tapi kali ini setidaknya biarkan aku untuk tidak gagal menjadi seorang ayah." ucap Orochimaru membuat [Name] bungkam.

Gadis Uchiha itu menatap ragu Orochimaru. "Bagaimana bisa aku percaya?"

"Kalau begitu akan kubuktikan nanti. Sekarang kita pulang dulu kerumah...."

[Name] mengangguk paham dan mulai memposisikan dirinya dengan nyaman.

"Rumah..."






Tbc...

Udah noh, dah gw turutin, si nem gw bikin jadi buronan ntar

Seneng kan lo pada? Seneng lah pastinya kapan lagi punya author yang sering nurutin kemauan kelen :)

Iye-iye masama, btw mau curhat, ini kenapa author jadi kagak ada semangat yak buat ngelanjutin si Boruto twins?

Aossmiznxixhxuzbzjznnz jadi buat gantinya Boruto twins, author bikin ni chapter sama yang kemaren-kemaren

Maap yak kalo author jadi curhat gini, soalnya author gak punya temen yang bisa diajak curhat, cuma kelen semua semua yang bisa diajak curhat :)

  UCHIHA PRIK  Boruto: Naruto Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang