Tergores Luka 1

905 114 7
                                    

Tergores Luka 1

Berdiri di dekat dapur sambil memandangi wanita cantik yang kini sibuk dari balik kompor, Delvin merasakan hatinya menghangat. Ia selalu kehabisan kata untuk menggambarkan sehebat apa Syabira di hidupnya. Pintar, cantik, mandiri, jago memasak, bahkan semangatnya berbisnis membuat Delvin bangga.

Mereka baru saja selesai merengkuh nikmat dunia beberapa jam yang lalu, berawal dari di atas ranjang dan berlanjut di dalam kamar mandi. Tidak ada rasa bosan untuk Delvin dalam menyentuh Syabira, semua yang ada di wanita itu selalu membuatnya takjub. Syabira sangat mempesona.

Tak tahan hanya melihat wanitanya dari jarak jauh, perlahan Delvin mendekat, melangkah menuju Syabira dan berhenti tepat di belakang tubuhnya. Dengan cepat ia rengkuh pinggang ramping wanita itu hingga pemiliknya sontak terperanjat.

Syabira memekik kaget. "Vin!" nada suaranya sampai melengking. Ia sontak memukul lengan Delvin yang berada di perutnya. "Kamu tuh, bener-bener deh!" keluhnya bersungut.

Delvin terkekeh, meletakan dagunya di atas bahu Syabira. "Masak apa sih? Sibuk banget."

"Gara-gara kamu nih," cebik wanita itu."aku jadi kesiangan buatin kamu sarapan."

"Kok aku? Kan kamu juga suka?" ledek Delvin menggoda seraya meniupkan angin ke telinga Syabira.

Tentu wanita itu memberi respon serupa decakan keras, lalu melepas tangan Delvin yang membelit perutnya. "Udah siang, jangan aneh-aneh."

"Emang aku kenapa? Aku kan cuma nanya."

"Tapi pertanyaan kamu ngeganggu aku," sungut Syabira dengan bibir mencebik mirip anak kecil.

Melihat itu Delvin malah tergelak keras. Sungguh, rasanya senang sekali mendapati reaksi menggemaskan dari wanitanya, membuat Delvin ingin terus menggoda Saybira, wanita yang ia kenal karena sebuah insiden. Dulu, bahkan Syabira tidak ingin menatapnya.

Sebelum mengenal Delvin, Syabira hanyalah gadis dingin yang baru pertama kali jatuh cinta. Delvin merubah segalanya, Syabira berubah menjadi jauh lebih hangat, lebih terbuka, bahkan kini ia bisa mengekspresikan apa yang dirasa. Meski galak, tapi Syabira juga bisa bersikap manja.

Terkadang di satu malam, Syabira merasa ia begitu bergantung pada Delvin, pun sebaliknya. Lelaki itu bisa menjadi sosok lebih baik karena dirinya. Hingar bingar kelab malam, alkohol, Delvin sudah sedikit mengurangi itu demi menghargai Syabira.

Sikap Delvin yang seperti itu tentu membuat Syabira luluh, lalu merasa kalau mereka memang diciptakan untuk saling melengkapi. Tapi, mungkin Syabira lupa kalau saling melengkapi tak menjamin mereka akan hidup saling memiliki.

"Vin!" Memeki saat Delvin mengecup lehernya, Syabira menyikut pelan perut lelaki itu. "Mending kamu duduk, bentar lagi mateng nih masakan aku."

"Sakit, Yang."

"Cepet sana ah."

Mendengus, Delvin lantas memberi ciuman di pipi Syabira sebelum kemudian menunggunya di meja makan. Selagi Syabira menyiapkan sarapan untuk mereka, Delvin duduk seraya memandangi wanita itu penuh puja. Dua minggu tidak bertemu Syabira benar-benar membuatnya tersiksa.

Hubungan mereka mungkin sudah terlalu jauh, tapi Delvin tidak bisa memberi lebih atas status Syabira di hidupnya. Hubungan mereka ditentang oleh kedua orang tuanya dan Delvin sendiri tidak tahu akan sampai kapan hubungan seperti itu harus mereka jalani.

Delvin ingin menikahi Syabira, tapi Papa pasti akan menghalangi niatnya itu. Ia jadi kembali teringat ucapan Papa tempo hari yang mengatakan ingin menjodohkannya dengan sang sahabat-Lovandra, oh ya ampun, bahkan Delvin sudah menganggap Lovandra seperti adiknya sendiri. Bagaimana bisa mereka menikah?

Tergores LukaWhere stories live. Discover now