16. Misunderstanding

394 67 26
                                    

Klik di atas untuk mendengarkan lagu Ashe - Moral of the Story

Pagi ini, Yibo dan Xie Yun bangun lebih awal dibandingkan Xiao Zhan. Mereka sibuk di dapur untuk membuat sarapan.

Prang!

Brak!

Suara nyaring itu membangunkan Yun Bin. Keluar dari kamar karena penasaran, Yun Bin heran karena tidak biasanya Xiao Zhan sangat berisik. Keheranan pria itu semakin bertambah ketika mendapati bahwa kini yang berada di dapur bukanlah Xiao Zhan, melainkan putra-putranya, yaitu Yibo dan Xie Yun.

“Sedang apa kalian?” tanya Yun Bin.

Xie Yun menoleh sekilas ke arah ayahnya. “Ayah sudah bangun? Kami mau membuatkan sarapan untuk Zhan-Ge,” jawab pemuda itu.

Yun Bin menghampiri si kembar, kemudian menahan tangan Yibo yang hendak memecahkan telur yang dipegangnya dengan pisau daging. “Tidak. Tidak seperti itu caranya.”

Yibo menoleh ke arah sang ayah. “Lalu bagaimana?”

“Tunggu sebentar,” ucap Yun Bin. Pria itu kemudian pergi ke gudang. Lima menit kemudian Yun Bin kembali dengan sebuah palu di tangannya. “Nah, pakai ini.”

Yibo mengambil palu itu dari tangan Yun Bin, kemudian memukul telur yang dipegangnya dengan palu.

Prak!

“Huh?” Telur itu hancur di telapak tangan Yibo. “Telurnya rusak.”

“Ah, kau terlalu keras memukulnya!” omel Xie Yun, kemudian merebut palu itu dari tangan Yibo. “Sini, biar aku saja!”

Xie Yun mengambil ancang-ancang, kemudian ....

Prak!

Telur itu bernasib sama dengan telur yang pertama, hancur tak berbentuk.

“Aneh sekali,” gumam Xie Yun.

“Jangan terlalu banyak menggunakan tenaga! Sini, biar ayah saja!” Kali ini Yun Bin yang merebut palu itu.

Prak!

“Eeeh?”

*****

Sinar mentari pagi yang menyusup lewat celah tirai jendela membangunkan Xiao Zhan dari tidur nyenyak. Pemuda itu tertidur sangat pulas hingga tidak menyadari bahwa Yibo dan Xie Yun telah bangun lebih dulu.

“Ugh, pukul berapa sekarang,” gumam Xiao Zhan seraya merenggangkan otot tangan.

Pemuda itu masih enggan untuk mendudukkan diri. Melirik ke arah nakas, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Xiao Zhan merasa ingin menangis. “Hiks ... kenapa sudah siang,” keluhnya, kemudian menarik selimut hingga mengerubuti tubuh.

*****

Di dapur, saat ini tiga pria dewasa tengah memandangi sebutir telur dengan tatapan rumit.

"Jadi tidak perlu palu,” ucap Xie Yun.

“Cukup membenturkan cangkang telurnya ke pinggiran teflon,” timpal Yibo.

“Maaf, sepertinya Ayah sudah menyesatkan kalian,” ucap Yun Bin penuh sesal.

Mereka baru saja mencari di internet tentang cara membuat telur mata sapi. Dan kini, mereka mempersiapkan diri sebelum mencoba memasaknya.

Mereka mulai menghitung mundur. “Tiga, dua, satu!”

Klatak!

Telur berhasil dipecahkan dengan sempurna, terlihat mulai berbentuk di atas teflon. Tatapan ayah dan dua orang anak itu spontan berbinar-binar. Namun, sesaat kemudian, kekaguman berubah menjadi sebuah jerit histeris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Butterfly Bed (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang