Bab 4

695 37 0
                                    

Hari ini, hari yang kami tunggu-tunggu. Aku segera bersiap-siap menunggu jemputan. Kebetulan aku dan sahabatku berangkat bersama. Kami berangkat menggunakan mobil milik keluarganya. Aku dan teman kelompokku berpisah berangkatnya.

Menunggu sekitar 15 menit, datanglah sahabatku (yang menyetir keluarganya, lupa, entah abangnya atau siapa). Bertegur sapa sebentar dan aku segera memasukkan barang-barangku ke dalam mobil. Kami singgah sebentar ke Indomaret untuk beli snack dan juga minuman. Tentu saja, 8 jam bukan perjalanan yamg sebentar.

Dalam perjalanan, kami bercanda ria bersenda gurau. Kami lakukan agar perjalanan tidak membosankan. Pantat seperti mati rasa. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Tak terasa, kami hampir tiba di tujuan. Rasa gugup dan tegang menjalari tubuhku. Sahabatku tau. Dia segera menggenggam tanganku dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Kepala desa sempat menelepon dan bertanya aku ada dimana, ku katakan bahwa aku hampir sampai.

Desa ini memiliki jalan yang panjang dikelilingi pohon-pohon besar disekitarnya.

Kurang lebih gini lah gambar jalannya, cuma aspalnya mulus dan ga berkelok, kayak lurus aja gitu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurang lebih gini lah gambar jalannya, cuma aspalnya mulus dan ga berkelok, kayak lurus aja gitu

Kalau siang atau sore masih okelah. Kalau malam? Aku belum bisa membayangkannya. Aku segera turun di depan Balai Desa. Kedatanganku disambut hangat oleh ibu kades dan aparat desa lainnya. Ternyata, aku orang pertama yang sampai di desa, menyusul teman-temanku dan dospemku. Sahabatku sudah pergi menuju desanya sendiri.

Disinilah cerita dimulai.

Hari pertama kami di desa baik-baik saja. Kami melihat-lihat tempat yang cocok untuk jadi posko KKN kami dan juga untuk kami tinggali. Pilihan posko KKN jatuh di Balai Desa sekaligus tempat tinggal teman laki-laki kami, sedangkan kami memilih tinggal di Polindes.

Hari-hari berlalu, tak ada keanehan, hingga tiba di malam itu. Seperti malam-malam biasa, kami makan bersama di Polindes. Memang, sudah ditetapkan kalau masak dan makan di tempat tinggal kami, di Polindes. Tempat tinggal kami di pisah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik mencegah kata bu kades. Malam itu, kami makan, selesai makan, ada jadwal untuk mencuci piring dan bersih-bersih setelah makan. Aku heran saat melihat salah satu teman KKN kami (kating) sedang mengambil beras dan kunyit diletakkan di wadah (mangkok). Awalnya tak ku hiraukan.

Teman perempuanku, Sia, mendatangi aku dan berkata, "kak, coba liat si bang Zuma, ngapain lah dia kek gitu?"

Aku pun menoleh dan menjawab, "kek gitu gimana?"

"Ku lihat pun dia taro kunyit dan beras jadi beras kuning, terus dilemparkannya ke depan polindes itu"

Aku terheran-heran, buat apa kak Zuma melakukannya.

"Hah? Masa sih?"

"Beneran kak, coba lah kakak liat"

Aku pun segera pergi ke depan Polindes. Ternyata benar apa yang dikatakan Sia, aku dapat melihat beras kuning itu sudah berserakan. Aku pun langsung mencari kak Zuma dan bertanya padanya.

"Kak, buat apa beras kuning itu kakak lempar di teras?"

Aku melihat dirinya cukup terkejut dengan pertanyaanku.

"Kenapa kamu bertanya?"

Diriku mengernyit.

"Loh, memangnya salah kalau aku bertanya kak?"

"Enggak sih, tapi cuma kamu yang berani bertanya seperti itu ke aku"

Aku cuma menggeleng pelan.

"Kakak belum menjawab pertanyaanku"

"Gak papa. Abaikan saja"

Kak Zuma berlalu begitu saja meninggalkan diriku yang melihatnya pergi menuju Balai Desa.

Bukannya aku tak tau, tapi aku harus memastikan dulu alasannya itu. Pada akhirnya, aku masuk ke Polindes dan segera beristirahat.

Pengalaman Saat KKN (Agak Horror)Where stories live. Discover now