[11.]

135 22 0
                                    

Malam itu Ranjan pulang dengan baju yang sedikit basah karena hujan. Laki laki itu masuk melewati pintu belakang , Ranjan segera membersihkan diri lalu berbaring di kamar nya. Ditatapnya langit langit kamar yang putih, suara hujan diluar begitu berisik membuat laki laki itu sedikit lega, setidaknya jika Ranjan ingin menangis sekarang hujan bisa membantu suaranya tidak terdengar.

"AGHHHHHH"

"Tuhan aku capek"

Ranjan lelah, Ranjan lelah minum obat, Ranjan lelah datang setiap saat ke dokter, Ranjan lelah dengan rasa sakit yang setiap hari menjadi lebih sakit.

"Aku cuma mau sembuh tuhan nggak boleh ya?"

Lagi lagi darah mengalir dari hidung nya, kepala nya tiba tiba terasa nyeri. Kata dokter Ranjan tidak boleh terlalu memaksakan diri melakukan sesuatu karena kondisi nya yang mudah lelah, tapi laki laki itu tetap keras kepala dan malah hujan hujanan dengan Cahya. Sebenarnya sederhana, Ranjan hanya ingin mengalihkan rasa sakitnya. Ranjan benci harus berdiam diri di rumah.

Dengan sigap laki laki itu segera mengambil tisu lalu membersihkan hidung nya. Setelah minum obat Ranjan langsung tidur, karena tubuhnya terasa semakin sakit diam diam Ranjan menangis dalam tidurnya.

"Anjan kangen kakak, Anjan pengen main bareng sama kakak"

Dalam tidurnya laki laki itu berbicara sambil terlelap tanpa menyadari daritadi seorang anak kecil diam diam memperhatikan nya dari pintu kamar nya yang terbuka.


Pagi ini Cahya sibuk mencari seragam olahraga nya, daritadi laki laki itu mengacak isi lemari namun tetap saja. Cahya memang seperti itu, suka lupa meletakan sesuatu.

"Ish dimana sih"

Dengan handuk yang masih terlilit di pinggang nya laki laki itu berjalan menuju dapur. Matanya sibuk mencari Bi Inah yang ternyata tidak ada. Karena terakhir Cahya lihat Bi Inah lah yang melipat baju olahraga nya.

"Memang beda kamu Ya, Kakakmu jam segini udah mau berangkat kamu masih aja belum pakai seragam"

"Ya namanya belum ketemu ma"

Cahya mengabaikan mama yang sudah berkacak pinggang sambil menatapnya, dengan jas rapi mama mengambil botol minum nya yang ketinggalan.

Saat hendak masuk mobil, mata mama tidak sengaja melihat Cahya yang masih mondar mandir naik turun tangga. Anak itu masih tidak memakai seragam juga, geram mama kembali menghampirinya.

"Ya, kamu nyari apa sih"

"Ck baju olahraga ma"

Cahya menggaruk kepala belakang nya yang tidak gatal.

"Kalo mama baik mah harusnya bantu cariin"

Mama membulatkan matanya tidak percaya.

"Nggak liat kamu ini jam berapa ?"

Mama menunjukkan jam tangan mewah nya, Cahya hanya melirik jam itu sekilas.

"Iya tau barang mama mahal nggak usah ditunjukkin ke Cahya kali"

"Duit papa kan?"

Cahya segera berlari menuju tangga lalu masuk kedalam kamar nya sebelum mendengar teriakan mama yang sangat berisik.

Lima menit kemudian Cahya berhasil menemukan seragam nya, ternyata ada diatas lemari. Laki laki itu segera memakai nya dan bergegas berangkat sekolah. Rumah sudah sepi, Cahya hanya melihat Janu yang sedang menyirami tanaman nya.

"Bang gue berangkat dulu ya"

Tidak ada sahutan, Jelas Janu mendengar suaranya tapi laki laki itu enggan untuk menatap nya.

"Yaudah deh, moga tanaman lu sehat aja" gumam Cahya pelan.

Cahya segera menggayuh sepedanya menuju sekolah, beruntung hari ini Lele sudah diperbaiki. Jadi sepeda itu tidak menyusahkan nya lagi, gini gini Cahya sayang sama sepeda nya.

"Bentar lagi gue mau daftar sekolah mana ya"

Cahya bergumam pelan sambil menikmati udara pagi yang sejuk, padahal jam tangan nya sudah menunjukkan pukul 06:55.

"Pagi weh"

Entah darimana datang nya Yayan tiba tiba ada di samping nya, mensejajarkan sepeda nya dengan sepeda Cahya. Seketika Cahya ingat sesuatu tapi entah apa itu.

"Tumben sepedaan, motor lo dijual ?"

"Enak aja, tuh motor rusak kemarin biasalah balapan"

Dengan gaya menaiki motor Yayan membungkukkan sedikit badan nya.

"Jangan ugal ugalan di jalan raya goblok"

"Iya iya"

Setelah beberapa menit keduanya sampai di depan pintu gerbang sekolah. Yayan mengikuti Cahya memarkirkan sepeda nya.

"Harus ya disamping sepeda gue ?"

"Sombong banget lo"

Cahya terkekeh pelan, seperti biasa Cahya selalu di beri roti coklat oleh pak Asep. Saat ingin menerima nya Yayan tiba tiba mengambil nya lebih dulu.

"Eh apaan" Cahya membulatkan matanya sedikit terkejut.

"Iri gue lo mulu yang dikasih roti, hari ini buat gue ya"

Tanpa rasa bersalah Yayan berlari meninggalkan Cahya begitu saja.

"MAKASI ROTI NYA PAK SATPAM"

Cahya hanya bisa mengusap dadanya

"Pak Asep Cahya ke kelas dulu, makasih roti nya"

"Eh iya Ya"

Cahya berlari mengejar Yayan yang ternyata berhenti di depan kelas nya.

"Fyuh ngapain lo disini kelas lo disana" Cahya menunjuk kelas Yayan dengan jari telunjuk nya.

"Ngga, gue cuma pengen tau lo duduk sama siapa ? cewek ya ?"

Cahya masuk ke dalam kelas nya setelah menjawab pertanyaam Yayan.

"Sama Jangga"

Deg!

Yayan melihat Cahya duduk di bangku nya sambil tersenyum ke arah bangku kosong di samping nya.

"Jangga...siapa ?"

Untuk Cahya Where stories live. Discover now