❲I❳ Carving for the Majestic King

389 148 38
                                    

Satu permasalahan, Dazelia Claudevier pernah bemimpi menjadi seorang pengrajin sepatu bordir floral untuk diperjual belikan pada wanita bangsawan. Ralat sih, lebih tepatnya itu hanya angan angan yang sama sekali tak pernah ia tekuni. Terlalu memupuk mimpi, dari keinginan menjadi penjual permata nilam, koki kedai memasak beragam jenis roti, hingga pengedar minuman perasa berasal dari biji bijian dan kentang yang di fermentasi.

Takdir tak merestui, Dazelia menemukan ketertarikan yang pantas ia anggap sebagai dunia. Sejak dini ia merasa frustasi menatap papan kayu beralas datar, jemari tangan Dazelia sangat gatal dan berkeringat untuk memberikan corak abstrak di setiap sisinya. Kerap kali ia menerka bahwasanya ini adalah sebagai obat pereda guna menyamarkan ketakutan hebat di masa lampau.

Beruntung, banyak dari relief ukiran tiga dimensi berbahankan kayu Cendana terborong tandas saat Dazelia berdagang ditepi dermaga pelabuhan Vedhetan. Meraup keuntungan berlipat ganda, beribu ribu koin emas membinarkan mata Dazelia.

Yah, Dazelia akui sedikit bahwa ia agak mata duitan. Lagian siapa yang tidak mencintai uang, rugi.

Tapakkan kereta kuda berhenti tepat didepan gerbang istana kerajaan Vedhetan. Tameng tameng prajurit penjaga kawasan luar gerbang menuntun atensi Dazelia. Luas tiada tara, nuansa coklat kuning keemasan disapu kilauan mentari menuju petang. Baiklah, berhenti menganga Dazelia. Ia harus segera mengirim pesanan Raja secara tatap muka, relief kayu Jati dengan panjang dua meter dan lebar tiga meter.

Entah ini keberuntungan atau petaka, Dazelia merasa sukacita dapat berkesempatan untuk berkunjung ke kediaman para berdarah biru. Kira kira berapa bayaran koin emas yang akan di berikan Raja Jaan kepada Dazelia? Lima ratus keping? Seribu keping? Bahkan lebih?

Ngomong ngomong, ia sedikit gugup jika nanti harus berkontak mata dengan sang Raja, penguasa yang di segani mati matian oleh rakyatnya. Merasa agak pelik, bukankah Raja mempunyai pesuruh untuk sekedar mengambil ukirannya, atau alibi semata agar lebih mudah bagi Raja untuk menawar? Konyol, mana mungkin.

"Sudah tiba, silahkan turun Nona." Dirasa delman sudah diberhentikan sepenuhnya oleh pak kusir, Dazelia menarik tungkainya untuk menapak pada tanah.

Pandangannya meluas, berpendar ke sembarang arah dan turut disambut oleh salah seorang pria gagah menggendong busur panah pada punggungnya yang tegap. Ia menundukkan setengah badan guna memberi salam kepada Dazelia.

"Selamat datang Nona Claudevier, ya?. Saya Kesatria Rein akan menghantar dan mendampingi Nona ke ruangan Yang Mulia Raja." Dazelia sanggup melihat senyum ramah di kedua sudut bibir Kesatria Rein.

"Terima kasih," Dazelia mengepakkan kedua sisi roknya dengan sopan. Rein mengangguk ringan, diringi mempersilahkan Dazelia untuk berjalan lebih awal. "Mari, Yang Mulia Raja sudah menanti."

"Prajurit!, angkat relief tersebut ke ruang utama singgasana Yang Mulia." Perintah Rein kepada dua prajurit disisi gerbong.

"Baik!."

Dazelia tak dapat menahan gejolak riang bak dikelilingi taman surga, rasa takjub amat besar meledak di dadanya. Arsitek kuno penuh pahatan patung dan ukiran ukiran berkesinambungan menarik perhatian kedua manik Dazelia sebagai pembuka. Ini tidak masuk akal, bagaimana mereka membuat itu semua. Detail sekecil biji beras bahkan tak terlewat sekalipun di mata wanita pengagum hal hal berbau seni visual tersebut.

"Kira kira ... bagaimana raut wajah Yang Mulia Raja saat melihat relief yang ku buat?" Dazelia mulai sedikit di banjiri gelisah, mengingat ia harus berhadapan langsung dengan Raja.

The Candle Will ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang