37. Deliberasi

34 9 1
                                    

Ada yang tak mau beranjak dari tempat tidurnya padahal hari sudah cukup siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada yang tak mau beranjak dari tempat tidurnya padahal hari sudah cukup siang. Wajahnya yang terlihat sangat damai dan tenang masih dibuai mimpi. Seperti hari sebelumnya, dia segar saat pagi hari, lalu mendadak merasakan demam ketika malam hari. Sudah diminta untuk istirahat dan makan teratur, masih saja dia menolaknya dengan berbagai alasan yang dibuat-buat. Syukurlah semester baru belum dimulai, jika sudah, apa jadinya dia jika aku tinggalkan sendirian di rumah.

Hari ini, aku harus ke membersihkan rumah. Banyak sekali tugas yang harus segera kuselesaikan. Namun, wajah damai Pak Pram, membuatku tak tega meninggalkan dirinya sendiri. Laki-laki di depanku menggeliat pelan. Lalu membelakangi aku.

Perkataannya tadi malam membuatku tak percaya. "Kalau tidak suka, ngapain saya nekat datangi bapakmu?"

'Artinya dia memang suka,' gumamku berulang-ulang. Kalimat itu terus kuulang sampai bosan sendiri mendengarnya.

"Mas, Hana mau ke pasar sebentar, ada yang mau dibeli."

"Iya, hati-hati ya, sayang."

Dia melambaikan tangannya malas dari sofa. Aku segera pergi, hari makin siang, bisa-bisa aku tidak akan sempat membeli sayuran karena sudah kehabisan. Aku berlari kecil, langkah kakiku mendadak melambat. Sepertinya ada sesuatu yang terlupa, aku pun berjalan sambil memeriksa isi tasku. Langkah kakiku terhenti di depan sebuah taman yang terlihat familier.

Taman itu penuh dengan anak-anak kecil yang sedang asyik bermain. Mereka berkejar-kejaran, ada juga yang sibuk dengan prosotan dan juga ada yang sibuk dengan ayunan. Aku melihat seorang anak kecil diam di sudut taman.

Dia gadis kecil berambut cokelat yang aku temui di dalam mimpiku. Dia mengangkat kepalanya dan berkata,"kakak sudah bahagia sekarang? Boleh aku ambil kecerian Kakak lagi?"

Sontak, aku ingin berlari, tetapi langkah kakiku tertahan. Suara teriakanku hanya berupa erangan tanpa suara.

"Hana!!" Aku mendengar suara Pak Pram dengan sangat jelas. Namun, aku tak menemukan wujudnya.

Sensasi pusing dan berputar cepat kurasakan secara tiba-tiba. Lengkingan tawa dari anak kecil itu terdengar begitu nyata. Aku tergidik, kucoba untuk berlari menghindar, tetapi kakiku seperti terpatri di atas tanah.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?"

"Bukankah kau berjanji akan memberikan kecerianmu padaku? Apa kau pikir setelah menjauh dari tempatmu dahulu aku tak bisa menemukanmu?" pekiknya kuat.

Suaranya bukan lagi suara anak kecil. Dia berubah menjadi wanita bermantel hitam yang kini sudah melayang-layang di udara dengan seringai liciknya.

"Aku tak punya keceriaan yang kau inginkan, kenapa kau begitu keukeuh mengingini kecerianku itu?"

"Kau dikutuk tidak boleh merasakan kebahagian, karena semuanya itu semu. Kau harus ikut denganku!"

Suara tawanya yang melengking keras memekakkan telinga, aku mencoba menutup telinga walau terlihat sedikit tidak berguna. Suaranya yang begitu kuat membuat kepalaku terasa pusing. Aku pun memutuskan untuk berlari sekuat tenaga.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Where stories live. Discover now