-04. Seamus-

279 34 0
                                    


"Sedang apa?"

Hermione mengernyit penasaran. Dihadapannya Ron tengah memindahkan satu persatu kepingan galleon ke tangan Seamus. Tiap-tiap koin diserahkannya dengan tampang masam.   

"Merlin, am I that dense? I mean, how does cursing made someone attracted to each other?!" Gerutunya. 

"....You're right. I have to say, they're kind of losing some screw up here." Seamus mengetuk-ngetuk jari telunjuk pada dahinya.

Hermione menangkap kalimat keduanya dengan jelas. Sayang sekali kedua penjudi amatiran ini terlalu sibuk bertaruh, sampai-sampai tak tahu ada konsep bahwa benci dan cinta punya pembatas yang bias.


Tetapi setidaknya Seamus tak memenangkan taruhan secara cuma-cuma. Butuh beberapa kali bagi dirinya untuk meyakinkan Ron pada tiap kesempatan. Supaya bisa menyaksikan sendiri bukti yang tersedia di depan mata. Butuh beberapa kali sampai akhirnya Ron mau mengakui kekalahannya.


Kali pertama Seamus sadar adalah ketika Harry datang dengan suasana yang tidak biasa. Tepat setelah mereka menerima detensi lain di jam 8 dua hari lalu. 

Bukan apa-apa. Eh, maksudnya, apa-apa. Harry masih dengan kacamata kutu buku-nya. Rambutnya yang sedikit ikal dan tak terlalu rapi. 

Hanya saja, begitu memasuki ruang rekreasi Griffyndor Harry seperti kehilangan nyawa. Ia tak datang dengan robe-nya. 

Insting Seamus merasa tergelitik dengan apapun itu yang ia rasakan di sekitar Harry. Secara tak sengaja, diihatnya pula Hermione sedang menatap Harry dengan mimik yang sebelas duabelas dengannya. Oh, kalau Hermione bereaksi begini, berarti instingnya benar.

He let the intrusive thought wins.

Seamus yang duduk di seberang Harry berdiri dari sofanya yang nyaman. Mendekati perlahan pemuda bersurai legam itu. Si cowok Potter itu memandangnya aneh. Bertanya padanya ada apa. Seamus memberi tatapan sok seriusnya. Dia masih memindai. Apakah gerangan yang berbeda dari si pembuat onar jenius ini.


Ah.

Dia menyingkap sedikit kerah kemeja putih Harry. Sontak Harry memegang tangan Seamus yang masih berada pada kerahnya. Tak hanya sampai sana, Seamus melihat kesana kemari seolah ingin menelanjangi pemuda dihadapannya itu. 

Yang diperlakukan begitu mulai kesal dan memekik. Apa yang kau lakukan, Finnigan!?- Semacam itu. Seperti tikus yang tertangkap basah.

Dirinya hanya menatap iris kelam Harry sebentar. Merasa menemukan sesuatu yang dicarinya, Seamus kembali duduk dengan perasaan puas. Mengabaikan wajah pucat Harry yang memerah dengan cepat.

Hermione menatap Seamus horor. Oh, pemandangan terbaik minggu ini. 

Sepertinya adik kecil imut Hermione sudah dihantam hormon remaja.

Oh, seandainya saja Ron tidak tidur cepat. Mungkin dia bisa menyaksikan beberapa helai blonde yang menempel dan terlihat jelas pada vest hitamnya dan salah satu -dari beberapa- tanda memerah di ceruk leher Harry. Tanda kemenangan Seamus.



Di kesempatan lain-

"Geser sedikit, Seamus." Harry menepuk pundaknya pelan. Memberi gestur supaya entah itu Seamus atau Ron di sebelahnya untuk memberinya sedikit tempat untuk duduk. 

Dark pleasure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang