0.0

1.1K 162 10
                                    

"Calon istrimu kecelakaan."

Jantungnya berhenti seperkian detik mendengar kabar buruk itu.

"Tolong pulang hari ini juga ya nak."

Lemas. Pria yang masih mengenakan pakaian formal itu pun bertumpu pada dinding di sebelahnya. Kakinya sudah tidak mampu lagi berdiri tegap.

"Sore ini aku pastiin sampai di Jakarta, bu."

"Ibu tunggu.. hati-hati ya."

Panggilan terputus.

Semesta Azizi Bumantara. Pria yang baru saja mendapat kabar buruk itu langsung mendudukkan tubuhnya di kursi. Dia menggeleng pelan dengan kepala tertunduk dalam. Pikirannya melayang kemana-mana.

Dari suara getaran sang ibu, Azizi yakin keadaan kekasihnya disana cukup buruk.

Sore harinya, pria itu sampai di Jakarta. Ia langsung bergegas menuju rumah sakit tempat kekasihnya di rawat.

"Ibu!" serunya pada sang ibu yang berdiri di depan ruang ICU.

"Gimana keadaan Mora, bu?" tanya pria itu tanpa basa-basi.

"Duduk dulu sayang." sang ibu menuntun putranya untuk duduk di kursi tunggu. Kedua tangannya lantas menggenggam tangan putranya.

Ibu menarik nafas sebelum menjelaskan apa yang terjadi pada Yessica Amora Wiraharja—wanita yang sedang berjuang di dalam sana.

"—dokter bilang, Chika bisa bertahan paling lama tiga sampai empat bulan."

Dunia Azizi seakan berhenti saat itu juga. Lagi, jantung Azizi seperti di hantam ribuan bom sejak tadi pagi. Ia tidak tau lagi harus bereaksi seperti apa.

"Buu.." suara Azizi bergetar hebat. Seumur hidupnya Azizi tidak pernah merasa hatinya sesakit ini.

Gracia—ibu Azizi lantas memeluk tubuh putra sulungnya dengan sangat erat. Membisikkan kalimat yang berharap bisa membuat Azizi tenang barang sekejap.

"Engga ada yang bisa melawan takdir. Kita harus ikhlas, kita harus tabah."

Azizi menangis keras di pelukan ibu nya. Tangisan pertama setelah Azizi menginjak usia dewasa. Gracia sangat sakit mendengar tangisan menyedihkan itu.

Kepala Gracia mendongak keatas, menghalau air mata agar tidak jatuh mengenai pipinya. Dia tidak ingin keadaan nya semakin kacau dan semakin membuat Azizi sedih.

"Nak Zee."

Azizi hafal suara itu, suara lembut yang sangat mirip dengan suara sang kekasih. Azizi lantas mendongakkan kepalanya. Ia mengurai pelukan dengan sang ibu serta menghapus air matanya segera.

Senyum ia umbar di hadapan sang calon mama mertua.

Shani Indira—ibu dari Yessica menggeleng pelan. Senyuman yang di berikan pria itu palsu, ia membencinya. "Mama tau kamu gak baik-baik aja."

Shani langsung menubruk tubuh Azizi. Pria yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. "Maafin Chika kalo Chika ada salah sama kamu."

"Aku lalai jaga Mora." lirih Azizi.

"Engga sayang, semuanya memang udah harus seperti ini."

"Aku mau Amora tetap sama aku, maaa.."

"Dia akan tetap sama kamu, Zee. Percaya sama mama."



•••°°•••



Azizi menatap undangan di tangannya dengan tatapan sendu. Ia menoleh pada seorang wanita di samping nya yang masih sangat betah menutup mata.

"Liat sayang, undangan pernikahan kita udah jadi. Harusnya kita sebar minggu depan."

"Gapapa ya pernikahan kita di tunda dulu? Sampai kamu sembuh." lanjutnya dengan suara sangat lirih.

Azizi terkekeh hambar ketika sadar ia hanya berbicara sendiri. "Gaun yang kamu pesen juga udah ada di rumah. Kamu pasti cantik banget pake gaun itu, Mora.."

"Lagi tidur pun kamu tetep cantik." puji Azizi sambil mengecup hangat punggung tangan Chika yang terlepas dari jarum infus.

Azizi bangkit dari duduknya, jam besuk dia sudah hampir habis. "Cepet buka mata, aku kangen." ia kecup lama kening Chika. Bertepatan dengan itu setetes air mata jatuh mengenai wajah Chika.

"Maaf kalo akhir-akhir ini aku cengeng, aku cengeng karena kamu." ujarnya sambil mengusap pipi Chika yang basah karena air mata Azizi.

Azizi melangkah pergi meninggalkan ruangan, sebelum benar-benar menutup pintu, Azizi menatap lama tubuh Chika yang terpasang banyak alat medis. Dengan sekali helaan nafas, ia tutup dengan rapat ruangan itu dan berjalan menjauh dengan rasa sakit yang menggerogoti hatinya setiap kali mengingat Chika.





























Bersambung.

Selamat datang kembali di cerita baru aku!
Semoga suka dan semoga terhibur.
See u di chapter berikutnya.

365 HariWhere stories live. Discover now